25 - Polisi Wanita

43 8 0
                                    

       Saya bukan orang yang cukup bodoh yang akan pergi sendirian ke sekolah dan hanya mengandalkan kemampuan saya dan Mario saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

       Saya bukan orang yang cukup bodoh yang akan pergi sendirian ke sekolah dan hanya mengandalkan kemampuan saya dan Mario saja.

       Saat masih dalam perjalanan saya menelpon beberapa rekan polisi saya yang waktu itu pindah ke Jakarta.

       Sampai taxsi itu berhenti saya berlari mengendap-ngendap masuk lewat belakang sekolah.

       Saya melihat bangunan yang roboh serta tembok belakang sekolah itu yang sedikit roboh pula.

       Mario benarkah saya bisa masuk lewat belakang sekolah agar tidak ketahuan. Saat itu sepertinya Rio masih di perpustakaan.

       Saya pun mencari dimana letak perpustakaan sekolah ini, jujur wilayah baru apalagi yang tidak saya kenali sangatlah ber-resiko tinggi.

       Jika saya tidak berhati-hati bisa saja saya di tangkap oleh orang itu.

       "Lo kan yang bikin Bom itu,"

        Suara itu samar-samar saya dengar dari jarak yang cukup jauh, saya yakin itu adalah suara Rio.

       Saya sangat berterimakasih kepadanya, tentu saja dengan dia berbicara seperti itu dia menunjukan saya tanda dimana mereka berada.

       Saya hampir saja mendekatinya, beberapa langkah saja saya bisa menangkap orang itu.

       Saya akan menghampirinya dan membuat orang itu tidak bisa melawan saya.

       Saya melihat Mario dan orang itu sedang berhadapan, sepertinya dia memakai seragam sekolah. Apa dia sekolah di sana juga, namun saya tidak bisa melihat wajahnya karena saat itu dia memakai topeng putih.

       Sayangnya suara ponsel saya menghancurkan segalanya, suara itu saya lupa mematikannya.

       "Sutt," geram saya saat mengangkat telpon yang masuk.

        Itu dari rekan saya, mereka sudah sampai di belakang sekolah dan menunggu intruksi saya.

       Namun karena hal itulah saya mendengar keriakan Mario.

       "KAK," pekiknya tertahan.

        Sial, umpat saya sambil berlari kearah mereka. Saat itu saya tidak ada pilihan lain sekali melawannya sendiri.

       Mata kami saling menatap, rasa yang tidak asing sama seperti dejavu. Ada apa ini, mata orang itu meski di tutupi dengan topeng namun terasa sangat akrab.

        Seperti seseorang yang pernah saya temui, namun saya menggelengkan kepala saya, bagaimana bisa saat itu saya memikirkan hal yang tidak berguna seperti itu.

       "Arghh," ringis Mario karena lehernya di cekik oleh tangan orang itu.

        Lepaskan dia.

MISSINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang