31 - Pengacara Publik

33 9 0
                                    

Sudah hampir 15 tahun menjadi seorang pengacara saya tidak pernah membuat ketidak adilan hilang begitu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah hampir 15 tahun menjadi seorang pengacara saya tidak pernah membuat ketidak adilan hilang begitu saja.

Menyandang namanya saja membuat saya bangga sebagai seorang pengacara.

Pahit, asam, manisnya dunia pengacara telah banyak mengajarkan saya bagaimana harus bertindak adil.

Karena hal itulah hari ini saya merasa di remehkan oleh klien saya sendiri, anda yang ada di hadapan saya.

Mengapa tidak mengungkapkan apa yang anda pikirkan, saya menguasai bahasa isyarat. Mengapa anda tidak mengungkapkannya.

Karena kebungkaman anda tersebut di sidang kemarin saya hampir saja membela anda mati-matian.

Pengacara dan Jaksa memang selalu bermusuhan, taruhan kami adalah kebenaran. Jika saya benar maka Jaksa yang salah.

Kami adalah dua kutub yang bertolak belakang. Namun saya bukan seorang yang mengejar ketenaran itu, saya adalah orang yang mengejar kebenaran.

Dimana ada kebenaran maka saya akan ada disana. Saya telah jatuh berkali-kali, numun saya tidak pernah sakit karena dari awal saya harus mengurus klien yang benar-benar bersalah.

Karena ketekunan saya, akhirnya saya menjadi seorang pengacara publik, iyah pengacara yang di bayar oleh negara, pengacara yang harus bisa membantu Klien mereka tanpa memungut biaya sepeser pun dari Kliennya.

Saya sangat bangga dengan hal itu, saya dari kecil adalah seorang anak yang serambutan, tanpa saya mau kedua orang tua saya meninggal saat saya masih kecil.

Mungkin karena itulah saya sangat bersimpati kepada anda saat mengetahui anda adalah seorang anak yatim piatu sama seperti saya.

Namun setelah mendengar penuturan anda kemarin di sidang, hati saya sungguh sangatlah sakit. Bagaimana mungkin anak seumuran anda bisa bertindak sejauh ini.

Meski begitu anda adalah anak di mata saya, seorang anak berhak atas perlindungannya sendiri.

Hahaha, saya bodoh dengan membela anda kemarin dengan mengatakan anda harus menjalani pemeriksaan terlebih dahulu.

Sekarang apa, anda hanya tersenyum miring kepada saya seolah memenangkan lotre.

Saya sungguh tidak mengerti harus berkata seperti apa, mungkin saya hanya bisa mengakhiri pembicaraan sepihak saya ini sekarang juga.

Dan untuk sidang besok saya akan mengatakan semuanya, kebenaran yang belum anda sampaikan juga tentang hasil pemeriksaan yang akan keluar beberapa hari lagi.

Tapi sebelum saya pergi dari sini bisakan anda mengatakan sesuatu, tidak maksud saya menggunakan bahasa isyarat.

"Sampai ketemu di persidangan,"

Terimakasih karena mengatakan itu, kita akan bertemu disana dan saya berjanji akan memberikan apa yang menjadi kebenarannya.

Saya tidak akan memihak tau membela siapapun, untuk waktu ini saja saya akan menjadi robot berjalan dan mengabaikan sedikit fakta bahwa anda masih seorang anak.

Jadi tunggulah di sidang nanti!

...

Sidang kedua ...

Saya akan mengatakan segalanya, tentang hasil pemerikasaan itu Dea di pastikan mengidap Sindrom Mother Komplek.

Kata psikiater yang memerikasa Dea, gadis itu hanya mengucapkan satu kata saat berbicara.

Kata itu adalah 'Ibu', saya pun menyelidiki kembali latar belakang Klien saya dengan lebih baik.

Akhirnya saya menemukan fakta bahwa dia adalah anak dari seorang penulis terkenal dengan nama pena Psi.

Penulis yang menulis kisah tidak layak, kebanyakan bukunya menceritakan tentang kesadisan dari pemikirannya.

Namun buku yang terkenal adalah Trilogi Psikopat.

Banyak orang senang dengan buku-buku dari Desita atau yang kita kenal sebagai ibu Dea itu.

Tulisan yang menggabarkan jelas sudut pandang seorang psikopat terukir jelas di dalamnya. Buku itu terlihat jelas dan menarik perhatian banyak orang.

Dan saya baru menyadari bahwa buku itu memang kisah nyata, itu adalah konsfirasi. Itu adalah sebuah perintah kepada kedua anak nya untuk berbuat hal yang tidak baik.

Saya rasa cukup sekian pembelaan dari saya. Saya mohon Hakim memutuskan dengan tepat hukuman seperti apa yang akan anda merikan.

"Baiklah silahkan Jaksa meneruskan tuntutan anda" ucap Hakim melihat kearah Jaksa.

"Tidak ada yang perlu saya bicarakan lagi, bahkan saya menganggap Pengacara telah menjabarkan segalanya. Saya tidak bisa berbuat apa-apa lagi, sepertinya saya sepakat dengan pengacara untuk pertama kalinya. Namun jika boleh menambahkan saya mohon selidiki lebih lanjut tentang saudara dari terdakwa".

"Baiklah karena semua orang sudah mengajukan pikiran mereka dan saya pun sudah mengambil keputusan. Terdakwa sudah mengakui segalanya, namun tindakannya tetap kejahatan tingkat tinggi, menjadi pembunuh 15 orang di surabaya dan itu adalah pembunuhan berencana, serta membunuh 2 orang satu murid dan satu orang tua murid, karena nya saya memberikan terdakwa Hukuman Mati, hukuman mati sendiri sudah di hapuskan namun sebagai gantinya terdakwa akan dihukum penjara seumur hidup,"

Ketukan itu membuat saya menyunggingkan senyum saya, saya akan bisa menyelidiki Dea lebih lagi saat dia masih di dalam penjara.

Dan hukuman seumur hidup itu menurut saya sangatlah setimpal dengan apa yang telah dia lakukan.

Namun semuanya kembali rumit saat kejadian lain terjadi beberapa hari setelah ini!

***

Happy Reading

Enjoy to story

Idahagisna.

Jangan lupa chat dan komen yah :)

MISSINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang