10 - Pangeran Kelas

89 11 0
                                    

     Harus seberapa jauh lagi kami bertahan, entah mengapa aku mulai merasa tahu alur permainan yang dia lakukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Harus seberapa jauh lagi kami bertahan, entah mengapa aku mulai merasa tahu alur permainan yang dia lakukan.

     Nanti malam dia akan kembali, memberikan kami sedikit makan untuk bertahan hidup dan besok malamnya akan ada korban lagi yang bernasib sama seperti kami.

     Diantara kami bertiga hanya Dimas-lah yang terlihat tegar dan masih kuat dalam menjalani penyekapan ini.

     Dia bahkan mengurus aku dan Anwar yang sangat ketakutan. Dimas bahkan menggendongku ke toilet kecil yang ada di ujung ruangan ini dan bolak balik membawakan air dengan kausnya untuk mengompres Anwar yang demam beberapa hari lalu.

     Kaki ku tetap tidak sembuh, bahkan aku sampai berpikir tidak akan bisa berjalan lagi karenanya.

     Meski begitu harapan ku untuk bertahan hidup masih tertanam kuat di hatiku.

     Anwar sepertinya tidak bisa lagi kami ajak bicara, secara mental dia sangat tertekan. Tentu saja dia sangat terpukul karena kematian ayahnya dan merasa putus asa berada disini.

     "Tidak papah," Dimas menepuk-nepuk punggung Anwar dengan sabar.

     Jika di pikir lagi Dimas memang paling dekat dengan Anwar, dia bilang Anwar mirip dengan adiknya yang sudah meninggal dulu saat kecelakaam.

     Itulah mungkin sebabnya dia sangat panik ketika Anwar demam beberapa hari kemarin.

     Setelah Anwar tidur aku bertanya kepada Dimas apa dia merasa lapar, dia bilang tidak tapi perutnya terdengar bersuara mengatakan hal yang berbeda.

     Aku berkata bahwa kita sangat menyedihkan, dibandingkan memikirkan soal yang pastinya sia-sia kita kerjakan, sekarang kita lebih memikirkan apakah ada sesuap nasi yang akan datang.

     "Dia akan datang besok malam,"

     Ucapan ku terbukti benar, orang itu kembali datang pada malam berikutnya. Namun ada hal yang berbeda kali ini.

     Dia mengeluarkan sebuah pulpen yang ternyata berbunyi, itu bukan pulpen biasa tapi sebuah rekaman audio.

     Disana terdengar suara Brian dan Dino yang sedang berbicara lewat telpon, rencana mereka yang akan merekam melalui video dan memakai alat pelacak di badan masing-masing.

     Astaga orang itu adalah hacker, aku sangat marah. Aku sangat ingin memberitahu Brian dan Dino bahwa seharusnya mereka segera pergi dari kota ini dari pada merencanakan sesuatu yang tidak pasti seperti itu.

     "Brengsekk," Dimas sangat marah.

     Saat itu dia berdiri dengan sisa-sisa tenaganya dan memukul orang itu tepat di pipinya.

MISSINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang