30. Masih berlanjut

1.3K 106 8
                                    

☆☆-☆☆

"Duduk"-Perintah Langit kepada lawan bicaranya

Gadis itu berdeham menetralkan suasana, lalu duduk

Langit terdiam sebentar "kemarin yang ngechat kamu itu Galih bukan gua"-Jelas Langit, bahasa yang aneh bukan? Gua dan kamu.

"Iya tau kok tenang aja"

"Kayaknya deket banget ya sama Galih"-Tanya Langit dengan nada tak suka

"Ha? Enggak kita deket gara-gara cuma Galih doang yang percaya sama aku waktu itu"-Sangkal gadis berkulit putih pucat

Langit terkekeh pelan, "Iya iya gua percaya"

Mendengar kekehan yang keluar dari mulut Langit membuat gadis itu sedikit lebih lega, artinya dia tidak marah.

"Kamu kenapa?"

Langit mengernyit heran, "Gua? gak gua gak kenapa-napa emang kenapa?"

"Kok nanya balik?"

Langit mendengus, sangat susah berbicara dengan kaum betina, "Gua gak apa-apa Aurora, puas?"-Ujarnya mencoba tidak menceritakan masalah ini.

"Terus ngapain nyuruh kesini kalo gak kenapa-napa?" ya benar juga sih

"Ya, ya karena pengen ketemu aja kan udah lama gak ketemu"

"jangan membuat kebohongan baru, gak baik itu bisa membuka kebohongan yang lain"-Sarkas Aurora

Baiklah dia mengaku salah sekarang, "Salah gak sih kalo cowok punya masalah terus curhat?" pertanyaan itu keluar sendirinya dari mulut Langit

Aurora menggeleng, "Enggak salah, siapa yang bilang salah? Orang bodoh yang bilang itu salah"-Jawab Aurora meyakinkan

Langit terdiam sesaat, meyakinkan dirinya untuk bercerita, "Minggu depan gua mau keluar kota, ada hal penting"

What?

"Ha? Mendadak banget ada apa? Hal penting apa?"-Tanya nya terkejut sekaligus bingung

Langit menggeleng, "Gak, ini gak terlalu penting gausah dipikirin lagi"

"Lah terus kenapa bilang nya hal yang penting kalo gak terlalu penting?"-Desak Aurora, ayolahh tinggal cerita aja gak akan payah.

"Lo yakin mau gua kasih tau?, kalo gua kasih tau yang ada lo tambah gak aman"-Tolak Langit

Aurora mencerna kata-kata Langit, "Aku? Aku lagi gak aman? Maksud- oh atau jangan-jangan kamu tahu soal surat yang neror aku sampe sekarang?"

suasana sungguh membingungkan Langit tak tahu sama sekali perihal surat itu

"Surat teror? Enggak gua gak tau, mana coba liat suratnya"

Aurora mengangguk lalu mengambil secarik kertas yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi, "Ini" Ia memberikan kertas itu kepada Langit

Satu detik....

Dua detik....

Lima menit....

𝙎𝙏𝙍𝙀𝙀𝙏 𝙀𝙈𝙋𝙀𝙍𝙊𝙍 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang