Episode 15.

1.8K 274 123
                                    


Halo semuanya. Katanya update-nya telat ya hari ini? Maaf ya.

Soalnyaada musibah, Novi-nya kecelakaan motor.

Lukanya lumayan banyak, cukup parah juga sampe djahit. Tangan juga luka, jadi kayaknya untuk episode selanjutnya bakal lama.

Bantu doa ya biar cepet sembuh.

Ini dia udah nulis semalem, ga sempet update karena musibah itu. Aku bantu update aja.

Komennya jangan lupa, biar dia semangat hehe





Buat kalian yang vote dan suka komen!

Buat kalian yang vote dan suka komen!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thank you!!!

That are make me happy, komen lagi biar akunya semangat nulis dan cepet update! \^O^/




Jisoo tetap mengarahkan anak panah berapi itu tepat di dada Seokjin. Tapi ia tak kunjung melepasnya.

"Ayo, Jisoo...."

"Bunuh aku!"

Jisoo memejamkan matanya begitu mendengar suara Seokjin yang meninggi, menbentaknya. Ini baru pertama kalinya ia mendengar suara Seokjin setinggi itu padanya, karena Seokjin selalu lembut padanya, selalu baik, selalu melakukan apapun yang Jisoo inginkan tanpa mengeluh.

Melihat dan mendengarnya seperti itu membuat hati Jisoo sakit. Karena Jisoo benar-benar menyayanginya, Jisoo mencintai Seokjin. Kekasih mana yang tega membunuh pasangannya sendiri? Sejujurya Jisoo tidak ingin. Sangat tidak ingin.

Tapi ini harus.

Jika tidak ia tidak akan bebas hukuman. Atau bahkan Jisoo akan mati.

"Jisoo, lepaskan panahmu!" bentak Rose.

Jisoo kembali membuka matanya, tatapannya langsung tertuju pada Seokjin. Pada wajah Seokjin kemudian pada dadanya.

Seokjin juga masih menatapnya, dengan tatapan kecewa, dengan tatapan sendu dan sedihnya, tatapan amarahnya, semuanya bersatu di sana.

Mata kiri Jisoo yang memerah mulai menutup, tangannya bergerak perlahan menarik anak panah itu sedikit lebih dalam lagi karena tadi mulai mengendur.

Seokjin menahan nafasnya, jantungnya sudah berdebar tak karuan, ia terlanjur kecewa. Baginya, jika hidup pun tidak akan membuatnya benar-benar hidup. Jadi ia hanya akan diam, terus menatap Jisoo meski matanya mulai memerah, menahan liquid bening agar tak runtuh.

Setidaknya, Seokjin juga melaksanakan keinginan terakhir Jisoo tentang dirinya jika ia terbunuh di tangan Jisoo.

Tangan Jisoo hampir melepaskan anak panah itu, membuat suasana semakin menegang, mereka terlalu takut, mereka terlalu lemah untuk melawan.

Who Is The Black Swan? [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang