Bagian 20.

501 94 39
                                    

Haru membuka mata saat ia merasakan usapan lembut di pinggangnya. Haru bergerak dan baru menyadari bahwa ia berbaring di atas dada seseorang. Dengan kedua mata yang setengah terpejam, Haru mengangkat kepalanya dan melihat Hoseok tersenyum padanya. Tangan suaminya itu masih bergerak bebas mengelus punggungnya.

"Selamat pagi, Sayang?" Hoseok berbisik pelan kemudian menunduk untuk memberikan kecupan lembut di kepala Haru.

Haru tersenyum, "Selamat pagi," tangannya terangkat untuk mengusap matanya dan Haru tertegun saat ia mengingat sesuatu. "Oppa, jam berapa sekarang?"

Hoseok terkekeh, "Dini hari."

"Dini hari?"

"Ya. Ini masih jam dua malam dan kau terbangun."

Haru meringis, dengan perlahan ia menggerakan tubuhnya untuk turun dari dada Hoseok agar bisa tidur di kasurnya yang empuk.

"Kukira ini benar-benar sudah pagi," gumamnya.

Hoseok begerak menyamping, menumpu kepalanya menggunakan tangan kirinya yang ditekuk, melingkarkan tangannya di perut Haru sambil terkekeh, "Tidak, kau baru saja tidur beberapa jam yang lalu. Kenapa kau bangun? Apa kau membutuhkan sesuatu? Atau ada bagian yang sakit?"

Haru menggeleng, tanpa alasan merasakan pipinya memanas karena pertanyaan tak langsung dari Hoseok. "Tidak, aku hanya terbangun begitu saja. Bagaimana denganmu?" ia mendongak menatap Hoseok yang berada di atasnya, "Oppa, kau belum tidur sama sekali?"

Hoseok menggeleng.

"Kenapa? Ada yang menganggu pikiranmu?"

"Tidak. Aku suka melihatmu tidur di dadaku. Aku jadi tidak rela untuk menutup mataku, dan melewatkan wajah damaimu yang tertidur."

"Ey ...." Haru meringis, "itu menggelikan."

Memang benar. Bukan untuk kali ini saja, Hoseok terbiasa seperti itu setelah ia menikahi Haru. Hoseok selalu memandangi wajah tertidur Haru, lalu ia akan tertidur setelahnya.

Memandangi Haru adalah sebuah kebahagiaan tersendiri untuknya. Sebuah kebiasaan lama yang menjadi candu dan merasa hilang jika tidak dilakukan.

"Tidurlah lagi, aku akan memelukmu."

Haru dipeluknya dengan erat oleh Hoseok sembari mengusap lembut kepalanya. Namun, Haru tak lantasnya menutup mata, ia menatap dada Hoseok yang telanjang. Suaminya itu belum mengenakan pakaiannya karena kemejanya dikenakan olehnya.

"Aku jadi ingin bercerita," gumam Haru.

"Ya? Tidak mau tidur lagi?"

Haru menggeleng. "Biasanya, di jam-jam seperti ini memang sangat cocok untuk mengeluarkan isi pikiran kita. Kau sendiri yang bilang, dulu sekali, apa kau masih ingat, Oppa?"

Ya, tentu Hoseok masih mengingatnya. Semasa pacaran dulu, Haru selalu menghubunginya saat tengah malam jika dia tidak bisa tidur. Insomnia kerap kali melanda ketika sedang sibuk dengan pekerjaan atau bahkan terserang stres karena harus mengejar deadline. Hoseok akan dengan senang hati menemani Haru sepanjang malam, mendengarkan Haru berceloteh melalui sambungan telepon sembari berujar, "Tengah malam seperti ini memang cocok untuk deep talk atau sesi curhat bersama teman."

Teman. Untuk yang satu itu Hoseok masih lah orang lain untuk Haru. Masa pendekatan dengan Haru cukup sulit, sebab Haru adalah seorang gadis yang memiliki tingkat kepekaan yang rendah. Sebab lain, karena Haru harus membantu ayahnya mengajar. Tak ada waktu untuk menjalin relasi serta hubungan romantisasi berstatus pacar.

"Karena besok aku akan bertemu Jiyeon eonnie, kuharap Oppa akan baik-baik saja dengan itu."

Hoseok kembali tersadar dari lamunan. Tidak tahu sejak kapan dia mengingat masa-masa dulu sewaktu keduanya belum terlalu dekat satu sama lain.

Tickin' [Jung Hoseok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang