Bagian 8.

640 132 23
                                    

Halo, aku balik lagi. Kalau kalian lupa sama jalan ceritanya, kalian bisa baca ulang bagian sebelumnya karena cerita ini udah lumayan lama gak di terussin xD

Tapi meskipun gitu, selamat membaca.
💜

***

Esok harinya, Haru dan Hoseok tidak saling bicara. Hoseok merasa kesal dan marah kepada istrinya dan hal itu membuat Haru tertekan. Haru tahu dia sudah keterlaluan, tapi, jika tidak begitu dia tak akan bisa bertemu dengan yang lain.

Berkali-kali Haru ucapkan permohonan maaf kepada Tuhan dan suaminya karena sudah berlaku buruk. Haru seperti telah melakukan dosa besar dan Hoseok seolah mengakui dosa itu.

Hoseok benar-benar mendiaminya bahkan saat sarapan.

"Oppaㅡ"

"Aku tidak mau bicara jadi, diamlah."

Haru harus menelan pahitnya setiap kata yang diucapkan Hoseok padanya. Tapi, disisi lain, Haru merasa kalau dia berhak marah, Haru berhak menuntut alasan, Haru berhak atas apapun yang ada padanya dan juga Hoseok. Hanya saja, apakah caranya salah? Dia hanya menggertak suaminya, apa itu perbuatan buruk? Apa itu termasuk sebuah ancaman? Sungguh?

Sejenak, Haru terdiam, lalu dia mengangkat kepalanya yang semula tertunduk seraya mengulas senyum tulus. "Baiklah, kalau begitu, apa kau mau kubuatkan sesuatu? Kau bilang akan mengunjungi rekan kerjamu diㅡ"

"Tidak, hanya diam saja sampai aku pulang."

Haru kembali diam. Sakit rasanya melihat Hoseok tak acuh padanya. Tapi dia sadar kalau ini salahnya juga. Jadi, sebisa mungkin Haru tak terlalu memikirkannya. Haru yakin Hoseok akan kembali seperti semula saat pulang bekerja nanti.

"Aku pergi, tetaplah di sini."

Haru mengangguk.

Hoseok terlihat ingin mendekatinya namun dia tiba-tiba berhenti, Haru menatapnya penuh harap. "Ah, jangan... Lupakan makan siangmu. Aku akan tahu kau makan atau tidak."

Lalu setelah itu, Hoseok memakai jas kerjanya kemudian pergi meninggalkan dapur. Dia pergi tanpa kecupan hangat seperti biasanya. Namun, hati kecilnya menghangat, meski dalam diamnya Hoseok rupanya masihlah peduli padanya.

Apartemen terasa sepi, sunyi setelah kepergian Hoseok. Haru tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia jadi teringat dengan Taehyung, bagaimana kabarnya? Dia jadi khawatir dengan adik iparnya itu. Mengapa Taehyung tidak pergi kuliah? Apa yang terjadi padanya?

Apa yang membuat ibu mertuanya marah? Apa yang membuat Hoseok pergi malam itu dan kembali dengan luka di wajahnya? Sebenarnya, apa yang terjadi?

Oppa, apa yang kau sembunyikan dariku?

Apa yang tidak aku tahu?

Haru bergumam, "Apa, aku harus menemuinya?"

Haru meletakkan kepalanya di atas meja makan, "Taehyung, bagaimana keadaanmu?"

Banyak sekali yang Haru pikirkan. Terlihat jelas di wajahnya yang penuh beban.

Karena merasa sia-sia saja hanya diam dan tidak melakukan apapun, Haru berniat untuk membersihkan apartemennya. Kegiatan yang selalu dia lakukan setiap harinya saat Hoseok pergi bekerja. Selain itu, Haru hanya aka pergi ke taman untuk menyegarkan pikiran atau diam di balkon sambil memandang jauh ke setiap tempat yang dia lihat. Tak ada yang istimewa ketika Hoseok tak ada.

Mungkin jika dia punya bayi, Haru tak akan merasa kesepian. Ah, tidak, tidak, Hoseok sedang marah padanya dan Haru tak seharusnya memikirkan hal itu.

Tickin' [Jung Hoseok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang