"Haru, bangunlah, kau bisa terlambat."
Pintu kamarnya diketuk tiga kali dari luar.
"Aku sudah bagun bu,"
"Kalau begitu, apa yang membuatmu begitu lama? Cepat turun ke bawah. Ayahmu tidak bisa menunggu lagi."
"Aku sudah selesai," serunya. "Aku akan turun ke bawah sebelum Ayah melototiku."
Saat itu adalah hari pertamanya mengajar sebagai guru TK. Usianya 24 tahun, lajang, belum menikah bahkan sedang tidak menjalin kasih dengan pria manapun.
"Ayah juga harus mengajar, kenapa kau terlambat di hari pertama?"
Begitu kata ayahnya saat di perjalanan menuju sekolah.
"Maafkan aku, ayah."
"Tidak, seharusnya jangan meminta maaf. Katakan, kau tidak akan mengulanginya lagi."
"Iya, aku tidak akan mengulanginya lagi, ayah."
Haru adalah gadis kecil mereka. Akan selalu seperti itu, kendati usianya sudah dewasa.
Haru tumbuh di tengah keluarga yang sangat hangat. Terlebih lagi, dia adalah anak tunggal. Satu-satunya seorang putri yang dimilik keluarga Kim.
Selama hidupnya, Haru selalu di perlakukan dengan baik dan penuh hormat. Dia tidak pernah mendapatkan suara teriakan keras atau bentakan kasar dari keduanya jika Haru melakukan kesalahan. Hal itu membuat kedua orang tuanya di hormati olehnya pun disegani oleh orang-orang di tempatnya tinggal maupun diluar itu.
Haru sangat baik budi pekertinya, lembut tutur katanya, maka ketika dia mendengar suara teriakan dari seorang wanita paruh baya yang menjadi ibu mertuanya, Haru tak bisa berkutik. Dia mengkerut takut, tak sanggup menatap sepasang mata tajam yang sedang menatapnya tak suka.
"Ibu, maafkan aku. Ini kesalahanku. Maafkan aku,"
Ibu mertuanya menatap dingin Haru, "Kupikir kau sudah tahu kalau ibu mertuamu ini tidak pernah menyukai alasan apapun. Termasuk alasan darimu yang terlambat bangun."
Oh, Haru sayang, Haru yang malang.
Benar, dia terlambat bangun tidur. Pukul delapan pagi dia baru bangun, lebih tepatnya dibangunkan tidurnya oleh ibu mertuanya sendiri.
Entah sejak kapan, ibu dari suaminya itu sudah ada di kediamannya. Yang jelas, dia begitu terkejut mendapatinya berdiri dengan elegan di depannya yang masih berbaring nyaman di tempat tidur beberapa waktu lalu.
"Kim Haru!"
"Mau berapa lama lagi kau tidur? Apa kau tidak malu pada Hoseok?!" Begitu katanya.
Haru yang terlampau hapal dengan suara itu segera bangun. Mengabaikan pusing di kepalanya akibat nyawanya belum sepenuhnya terkumpul. Matanya yang perih itu terbuka lebar. Menatap sosok wanita berumur dengan pakaiannya yang mahal berdiri dengan sebuah tas terjinjing di tangan kirinya.
Rasanya, Haru tak usah bangun saja dari tidurnya.
"Hoseok pergi bekerja pukul setengah tujuh pagi tapi kau masih berada di atas tempat tidur. Apa kau selalu seenaknya seperti ini?"
Haru gelagapan, ingin menjawab tapi tak bisa karena Haru tak mau terlihat lebih buruk lagi hanya dengan sebuah alasan tak masuk akal. Yang lebih penting, mendengarkan adalah jalan terbaik untuk saat ini karena dia memang salah.
Dan, apa tadi? Suaminya pergi bekerja sepagi itu? Kenapa?
Kenapa Hoseok tidak membangunkannya? Dan kenapa juga dia terlambat bangun tidur?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tickin' [Jung Hoseok]
FanfictionWaktu terus berdetak. Waktu terus berlalu. Awan tersebar di langit. Menuju lampu lalu lintas yang rusak. Marriage Life. Jung Hoseok Fanfiction. 20/12/2019.