Hoseok tidak akan benar-benar marah kepada seseorang. Hoseok akan dengan cepat kembali membaik. Dia akan lupa setelahnya, dia hanya tidak akan melupakan kesalahan seseorang itu. Seperti misalnya karyawan yang bekerja untuknya melakukan kesalahan yang cukup fatal dan mampu membuat Hoseok marah, lalu setelahnya tidak lagi. Tapi dia akan tetap mengingat kesalahan itu dan tidak akan mau kembali memperkerjakan karyawan itu untuk melakukan pekerjaannya selagi dia mampu. Hoseok hanya akan memberikan tanggung jawab lain yang kiranya tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
Lain hal nya dengan Haru. Marahnya Hoseok kepadanya bukan karena sebuah kesalahan, melainkan karena ketidakpatuhannya padanya.
Jika memang marah, Hoseok akan marah kalau Haru tidak menghabiskan makanannya, marah jika Haru minum soju sampai mabuk, marah jika Haru berkeliaran ke luar sementara dirinya tak ada di rumah, dan, marah jika Haru ingin bertemu dengan keluarganya.
Seperti dirinya yang ingin pergi ke pesta ulang tahun Jinyoung.
Setelah bentakan itu terjadi, Hoseok bungkam. Dia sama terkejutnya dengan Haru. Bahkan lebih terkejut lagi. Dia merasa bersalah telah membentak istrinya. Dia merasa terluka ketika menatap istrinya yang ketakutan melihat dirinya. Apalagi dengan apa yang dia katakan. Hukum saja aku, Tuhan, pikirnya. Dia tidak seharusnya mengatakan hal itu. Kalimat itu tidak pantas dia lontarkan sebagai seorang suami. Benar-benar buruk, diriku, batinnya nelangsa.
Lantas, tanpa mengatakan apapun lagi. Hoseok menyambar piyama yang tergeletak di lantai. Membawa serta benda itu keluar dari kamarnya. Pergi meninggalkan Haru yang berdiri mematung di tempatnya dengan wajah pucat.
Katakanlah Hoseok adalah suami yang jahat. Karena Hoseok tidak akan menyangkalnya. Tapi, jika saja Haru mengerti, pasti dia akan menghargai setiap keputusan yang di ambil Hoseok.
Jika Hoseok merasa menyesal dan bersalah, maka lain lagi yang di rasakan oleh Haru.
Selepas kepergian suaminya, Haru terduduk di lantai. Sepatu hak tinggi yang hampir tak pernah di pakai olehnya itu di lepaskan. Dia memungut kemeja yang di robek Hoseok. Mendekap kemeja itu seolah sedang mendekap Hoseok sambil menangis.
Dia sakit hati. Dia terluka. Kenapa Hoseok bisa setega itu mengatakan kalimat yang begitu menyakitkan padanya. Apa maksudnya? Haru hanya ingin bertemu keluarganya sendiri, bukan orang lain. Apa harus suaminya itu selalu melarangnya setiap ingin berkunjung?
Jika Haru tidak di perbolehkan untuk bertemu orang lain, maka ia bisa menerima itu. Dia akan menurut, patuh kepada suaminya. Tetapi, jika itu adalah keluarganya, Haru tidak bisa terima. Haru adalah istrinya yang artinya dia adalah bagian dari keluarga Hoseok. Bukankah seperti itu?
Haru tidak mengerti, apa alasan Hoseok yang selalu enggan membiarkannya bertemu saudaranya. Seolah Hoseok tidak akan membiarkan Haru menginjakkan kakinya di kediaman mereka.
Malam itu, Haru menangis dengan luka. Sesak dan nyeri sekali rasanya. Namun, isakannya tak dibiarkan keluar, dia tidak mau Hoseok mendengarnya. Hoseok juga tidak kembali ke kamar setelah kejadian itu. Haru dibiarkannya sendiri. Namun, Haru merasa jahat jika membiarkan Hoseok tidur diluar.
Dia baru pulang kerja tapi sudah di sambut dengan pertengkaran.
Pukul dua dini hari, Haru keluar dari kamarnya. Pintu itu dibuka dengan pelan, tidak ada suara derit pintu yang terdengar. Dan, hati Haru mencelos seketika begitu melihat Hoseok tidur telentang di sofa. Dia jadi ingin menangis lagi, padahal tangisnya baru berhenti lima menit yang lalu.
Lantas, suaminya itu dihampiri. Duduk berjongkok di depan wajahnya.
"Oppa," bisiknya parau akibat terlalu lama menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tickin' [Jung Hoseok]
FanfictionWaktu terus berdetak. Waktu terus berlalu. Awan tersebar di langit. Menuju lampu lalu lintas yang rusak. Marriage Life. Jung Hoseok Fanfiction. 20/12/2019.