Sebelumnya, Hoseok sudah berjanji kepada Haru untuk menemaninya pergi membeli gaun baru. Itu benar jika Haru ingin membelinya setidaknya satu untuk ia kenakan di acara amal yang diselenggarakan mertuanya. Acara amal itu selalu dilakukan setiap tahunnya untuk menggalang dana yang nantinya akan disumbangkan kepada anak-anak, tunawisma dan juga lansia yang sudah tidak bisa bekerja.
Keluarga Hoseok juga memiliki kebiasaan atau suatu "tradisi", dimana mereka selalu memberikan donasi kepada beberapa panti asuhan dan hal itu berlangsung cukup lama. Haru mengetahui hal itu dari Hoseok yang bercerita padanya. Tahun lalu Hoseok pernah membawanya ke salah satu pasnti asuhan yang selalu mendapat donasi setiap tahunnya dan Haru rasa, itu kegiatan yang mulia. Haru sangat menyukainya dan Haru harap ia bisa melakukannya lagi.
Dikesempatan kali ini, Haru ingin melakukan yang terbaik. Jauh dari apa yang ia lakukan sebelumnya. Haru ingin membuktikan bahwa dia bisa, dan dia mampu melakukan apa saja yang mertuanya inginkan darinya. Haru berharap, ini adalah kesempatan besarnya untuk menunjukkan hal itu kepada mereka. Itu karena Haru tidak pernah melakukan satu hal yang berharga dan kali ini Haru bertekad untuk menunjukkan yang terbaik.
Hoseok pun sepertinya sangat bersemangat untuk ini. Haru sangat senang karena pada akhirnya suaminya itu mau membuat Haru mengenal dunianya. Terbukti saat malam hari dimana Hoseok sangat antusias membicarakan acara amal itu bersamanya.
"Aku tidak tahu kenapa ini dilakukan secara mendadak. Tapi, aku senang juga karena akhirnya aku bisa sedikit lebih santai dengan pekerjaanku," begitu katanya.
Haru terkekeh, "Oppa, aku juga sangat senang. Karena akhirnya aku bisa kembali pada saat-saat dimana aku bisa melakukan suatu hal yang berharga untukmu, orang tuamu, dan juga orang lain. Aku selalu menantikan hal ini."
"Benar, 'kan? Tapi..." Hoseok tiba-tiba berubah murung. "Aku menyesal karena dahulu selalu melarangmu ini dan itu."
Haru tersenyum, "hey, tak apa. Aku sangat mengerti dan aku tidak menyesalinya."
Hoseok menatapnya teduh, lalu ia dekati Haru yang terduduk di tepi ranjang untuk ia peluk. "Aku yang menyesal, sayang. Aku menyesal dan maafkan aku."
"Tidak apa-apa. Yang terpenting sekarang adalah aku baik-baik saja dan aku bahagia."
Hoseok melonggarkan pelukannya hanya untuk menunduk menatap Haru, menangkup kedua pipi itu sembari diusap lembut. "Kau bahagia?"
"Hum.."
"Sesederhana itu?"
"Iya."
"Lalu aku akan selalu membuatmu bahagia."
Kemudian Hoseok menunduk untuk menempatkan bibirnya di atas bibir Haru. Hoseok menciumnya dengan perasaan bahagia yang membuncah ruah di hatinya. Pun dengan Haru yang dengan senang hati menyambut ciuman yang manis itu dengan senyum bahagia.
Kedua tangannya dilingkarkan di leher Hoseok begitu ciuman itu mendalam. Hoseok mencoba untuk melesakkan lidahnya ke dalam mulut Haru dan Haru menerima hal itu dengan tenang meski erangan lirih itu sesekali terdengar ketika Hoseok mendekapnya erat di dadanya, menyentuh pinggulnya dan sesekali meremasnya lembut.
Haru adalah pihak yang paling sering menelan air liur karena dia harus mendongak dan Hoseok yang memegangi kedua pipinya itu tidak membantu sama sekali. Akan tetapi hal itu tidak dihiraukannya karena yang mereka lakukan adalah semakin memperdalam ciuman itu.
Begitu ciuman itu terlepas, Haru mencoba mencuri napas yang beberapa saat lalu sempat tertahan. Bibirnya basah karena saliva sama hal nya dengan Hoseok. Keduanya lantas tertawa entah untuk apa. Seolah apa yang baru saja dilakukan adalah satu hal yang lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tickin' [Jung Hoseok]
FanfictionWaktu terus berdetak. Waktu terus berlalu. Awan tersebar di langit. Menuju lampu lalu lintas yang rusak. Marriage Life. Jung Hoseok Fanfiction. 20/12/2019.