Bagian 12.

638 120 24
                                    

"Kau tidak memiliki sopan santun bahkan kepada suamimu sendiri. Seharusnya anakku tidak menikah denganmu."

"Buat aku hamil anakmu oppa! Aku ingin punya bayi! Aku ingin punya bayi!"

"Bagaimana jika aku akan tetap melakukannya? Aku akan bertemu ibu dan ayah, bertemu dengan Taehyung dan Jungkook, dan bertanya pada mereka, kakakmu, Jiyeon eonnie, apa yang akan kau lakukan? Beritahu aku, atau tinggalkan saja aku?"

Ingatan itu menghancurkan dirinya. Menghantamnya dengan keras. Betapa egoisnya. Haru tak pernah berpikir kalau Hoseok semenderita itu. Hoseok yang banyak diam, tidak pernah bicara atau bercerita tentang keluarganya itu membuat dirinya merasa buruk. Dia tidak tahu apapun dan dia masih berani bersikap keras padanya, menuntut banyak hal, menginginkan ini dan itu tanpa tahu apa saja yang ada di setiap keinginannya.

Hoseok berjuang sendiri tanpa mau melibatkan dirinya hanya karena dia tak mau menyakitinya.

Apa ini salahnya? Jika diingat kembali, di mana saat pertama kalinya keduanya bertemu, Hoseok sosok yang hangat, manis dan baik sekali. Bahkan dia akan meminta izin darinya hanya untuk menggenggam tangannya. Pertemuan itu dipenuhi dengan keromantisan, Haru sangat dihormati olehnya, lalu setelah menikah, apa lagi yang Haru harapkan jika keadaannya seperti ini?

Pernikahan bukanlah satu hal yang mudah. Tapi Haru tak menyangka kehidupan pernikahannya akan serumit ini. Haru tidak menyesali hal itu, Haru sangat mencintai Hoseok, sosok pria yang sangat dia inginkan di kehidupannya. Tetapi, mengapa Hoseok tidak berterus terang saja? Jika alasan Hoseok hanya karena tidak mau menyakiti dirinya, bukankah dengan diamnya saja sudah menyakiti Haru meski tidak secara langsung?

Haru menyesal karena tidak tahu apa-apa. Hoseok terasa berbeda, terlalu tertutup. Menutupi segalanya darinya, istrinya, pendampingnya.

.
.
.

Haru menangis.

Perbincangan yang sangat panjang. Fakta yang menyakitkan. Taehyung memberinya banyak kebenaran yang Hoseok tutupi. Taehyung memebritahu semuanya. Tapi, Haru masih tidak tahu alasan ibu mertuanya membencinya. Apa yang membuatnya merasa seperti itu? Mempertaruhkan hidup dan mati seseorang hanya karena sebuah ambisi, membenci seseorang hanya karena dia tak suka padanya.

Apa alasannya? Apa yang harus Haru perbaiki? Haru mencoba untuk dekat dengan keluarganya, Haru sudah berusaha dengan keras. Apa usahanya itu tak cukup? Siapa yang harus disalahkan? Apakah Hoseok, dirinya sendiri, atau pernikahannya?

Haru tak tahu apa yang salah dari dirinya jika semua orang menutup mata dan mulutnya.

"Haru, ayo kita pulang."

Hoseok meraih pergelangan tangan Haru. Taehyung menatap keduanya dengan ekspresi wajah yang sedih. Dia terpaksa harus mengatakannya karena menurutnya itu adalah pilihan yang terbaik. Taehyung merasa bahwa Haru perlu tahu. Taehyung tidak tahu rencana Hoseok tapi jika terus dibiarkan, Taehyung takut Haru akan terus terluka.

Air mata yang membekas di pipinya itu dia usap dengan perlahan. Dia tak mau ditatap aneh oleh orang lain karena habis menangis. "Oppa, tunggu."

Sebelum benar-benar pergi, Haru sempat melirik Taehyung yang menatapnya sendu. Begitu keduanya keluar dari ruang rawat Taehyung, lelaki itu menghela napas lalu menundukkan kepalanya. Dia tidak meyesal dengan apa yang sudah dia lakukan. Hal itu adalah kebenaran.

Taehyung tidak ingin Haru seperti dirinya. Menderita selama bertahun-tahun hanya karena sebuah ambisi yang diciptakan ibunya. Taehyung tidak ingin Haru berakhir seperti dirinya. Taehyung ingin kakaknya hidup dengan bahagia.

Tickin' [Jung Hoseok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang