Bagian 22

534 93 22
                                    

Pada pukul 2 siang, Haru baru melihat pesan yang dikirim Hoseok padanya, sudah sekitar tiga jam yang lalu. Ia sedikit menyesal, karena tidak langsung membalas pesan itu. Haru pikir, suaminya itu pasti menunggunya. Haru baru bisa melihat ponselnya ketika dia pergi ke toilet. Sebab, dia sangat sibuk membantu para pegawai. Menuruti semua keinginan ibu mertuanya juga mengikuti apa saja yang dikatakan perempuan bernama Sora mengenai panggung yang diinginkan untuk festival juga fashion show nanti.

Haru baru tahu, kalau perempuan itu adalah designer sukses yang disebutkan Jiyeon. Perempuan itu sangat cantik, tipikal seorang yang sangat mengerti mode dan sangat trendi. Begitu elegan dan dewasa. Sekejap dan sepihak, Haru merasa iri. Ketika melihat cermin di depannya, Haru berusaha membandingkan dirinya dengan Sora. Bahwa apa yang dimiliki Sora rupanya tidak sebanding dengannya. Terlebih lagi ketika melihat ibu mertuanya begitu dekat dan akrab dengannya, rasa iri itu semakin berlipat ganda.

Haru berpikir, bagaimana caranya ia bisa mengambil hati beliau? Apakah sudah terlambat untuk memikirkan hal ini? Siapa Kang Sora?

Haru menghela napas, tangan kanannya terulur untuk memutar keran. Air yang dingin keluar dari sana, Haru menadahi air itu untuk kemudian membasuh wajahnya. Begitu menyedihkan dan payah, batinnya. Lihat betapa kusut penampilannya, bagaimana mungkin ibu mertuanya akan suka jika dirinya seperti ini?

Haru hanya mengenakan pleated shirt dengan rok berwarna cokelat selutut. Terlihat sangat sederhana dan tidak menarik dibanding dengan apa yang dikenakan Sora. Lalu dengan wajahnya yang basah sama sekali tidak membantu. Lantas, segera ia mengikat rambutnya, membuka tas miliknya di mana alat make up tersimpan di sana. Setidaknya dengan ini, Haru bisa memperbaiki penampilannya.

"Aku banyak mendengar tentangmu."

Haru tersentak kaget, nyaris menjatuhkan lipstik di genggamannya. Tiba-tiba saja sosok Sora muncul dari salah satu bilik toilet, dirinya berdiri mematung di tempat. Menatap pantulan Sora melalui cermin yang memantulkan dirinya dengan raut wajah terkejut luar biasa.

Sora tekekeh, "Maaf, aku membuatmu terkejut, ya?"

Haru berdeham sekilas, berusaha kembali mengontrol dirinya untuk tetap terlihat biasa. "Iya, kupikir kau siapa," sahut Haru canggung.

"Ini pertama kalinya kita bertemu, benar?"

Ya, tentu saja. Bahkan Haru baru saja mengetahuinya tiga jam yang lalu. Bahwa ada seorang perempuan bernama Kang Sora yang begitu akrab dengan keluarga suaminya.

"Iya, senang bertemu denganmu, Sora-ssi."

"Aku dan suamimu dulunya sangat dekat," ucap Sora, mengabaikan sapaan Haru. "Kami teman dekat."

Haru mengerjap. Benarkah?

"Hoseok pria yang baik, dia sangat hangat dan penuh perhatian. Apa setelah menikah dia masih sama hangatnya sampai sekarang?"

Sora berjalan mendekat ke arah Haru, berdiri di sampingnya sembari bersedekap.

"Hoseok oppa, dia ... ya, dia pria yang hangat. Pasti beruntung sekali bertemu lebih awal dengannya." Haru membayangkan wajah Hoseok yang berseri-seri tepat di hari pertama keduanya bertemu dulu. "Tapi aku sangat beruntung bisa menjadi pendampingnya, meski harus terlambat bertemu."

Sora tersenyum. "Kau benar. Omong-omong tentang itu, aku baru saja bertemu dengannya."

Haru menoleh dengan cepat. Menatap Sora meminta penjelasan.

"Kami sudah lama tidak bertemu. Aku berniat mengundangnya untuk makan malam di rumah orang tuaku, tentunya bersamamu. Tapi kurasa, itu bukan ide yang bagus."

Tickin' [Jung Hoseok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang