Haru kembali pulang ke apartemennya saat makan malam. Beruntung karena Hoseok belum pulang. Dia jadi bisa memasak untuknya dan Haru tak perlu memberi alasan jika saja suaminya pulang lebih dulu dan mendapati dirinya tak ada di rumah. Terlebih lagi, Haru tak ingin ditanyai jika nantinya dia harus berbohong. Haru tak mau.
Kejadian di rumah sakit membuatnya takut. Ibu mertuanya itu tak pernah berbuat kasar padanya, sebelumnya. Meski sikapnya tak pernah baik, tapi ibunya itu tak pernah sekalut itu.
Namun, Haru bisa mengerti. Itu bisa saja karena kondisi ibunya sedang tidak baik. Mengingat Taehyung tidak sadarkan diri membuat dirinya hancur. Jelas saja, ibu mana yang tidak terluka melihat anaknya menderita?
Taehyung, apa sesulit itu? Apa yang sudah kau alami selama ini sehingga membuatmu menderita begitu banyak? Apa lelah yang kau sebutkan waktu itu adalah seperti ini? Kau lelah pada apa?
Memikirkan hal itu membuat pening di kepalanya kembali berdenyut. Kompresan itu cukup membantu ternyata, karena sakitnya tidak terlalu terasa. Hanya saja pusingnya masih tertinggal. Terima kasih kepada ayah mertuanya yang baik padanya. Memang, beliau tidak seperti ibu mertuanya yang benci padanya. Ayah mertuanya itu seorang yang baik dan hangat juga tak banyak bicara.
Permintaannya sore itu, haruskah ia sampaikan kepada Hoseok? Dia juga menginginkannya, tapi apa Hoseok mau mendengarkan? Di saat seperti ini, dia jadi teringat orang tuanya. Setiap kali bicara dengan mereka, selalu ada keinginan yang sama yang disampaikan oleh ibunya.
"Ibu ingin cucu. Sudah lama sekali, ibu rindu kamu. Kalau kamu punya anak, ibu tidak akan kesepian. Kamu bisa bawa anakmu ke rumah." begitu katanya.
Ayahnya juga terdengar antusias. Haru adalah anak satu-satunya. Jelas mereka mendambakan seorang cucu darinya. Tapi, kenapa rasanya beban sekali? Padahal Haru sudah menikah, memilik suami yang mencintainya dengan tulus, melimpahinya dengan kasih sayang, namun, itu lebih sulit dari yang Haru pikirkan.
Tanpa sadar tangannya meraba perutnya sendiri. Belum ada kehidupan di sana. Bagaimana rasanya? Pasti akan menyenangkan dan membahagiakan sekali. Saat sedang melamun, Haru dikejutkan dengan bunyi bel pintu.
Sempat terheran, siapa yang berkunjung? Hoseok tak mungkin memencet bel. Apa tetangga?
Setelah memerhatikan penampilannya di depan cermin, Haru segera melesat pergi untuk melihat siapa kiranya yang bertamu.
"Tunggu sebentar..."
Namun bel terus ditekan.
Tidak sabaran, pikirnya. Siapa orang itu?
"Siapa? Oh astagaㅡ"
"Haru, kenapa lama sekali?"
"Se-seokjin oppa? Apa yang terjadi."
"Buka pintunya dulu. Biarkan aku masuk. Suamimu ini berat."
"Oh iya,"
Haru dengan cepat membuka pintu lebih lebar supaya Seokjin bisa masuk. Hoseok ada di punggungnya. Tidak sadarkan diri. Kenapa?
"Oppa mabuk?" tanya Haru pada Hoseok yang sudah dibaringkan di sofa. Namun, suaminya itu tidak menjawab sebab dia tertidur.
"Hah, lelah sekali. Dasar payah." sungut Seokjin.
Haru berjongkok di depan wajah suaminya. "Kalian minum?"
Seokjin ikut duduk di sofa seberang. Dia menarik lepas dasinya sambil mengatur napas, "Iya, kami minum bersama. Hoseok menghabiskan empat botol. Aku sudah melarangnya, tapi dia tak mau dengar. Kau tahu sendiri dia tak bisa minum alkohol." jelas Seokjin panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tickin' [Jung Hoseok]
FanfictionWaktu terus berdetak. Waktu terus berlalu. Awan tersebar di langit. Menuju lampu lalu lintas yang rusak. Marriage Life. Jung Hoseok Fanfiction. 20/12/2019.