Bagian 1.

2.4K 186 4
                                    

Haru tak pernah dengar kata cinta keluar dari mulut Hoseok.

Mungkin Jung Hoseok membutuhkan waktu.

Tapi, Haru sudah memberikannya.

Rupanya, Hoseok tetap bebal dengan keegoisannya.

"Haru, bisa kau turuti aku sekali saja? Berhenti menemui ibu, aku tidak suka."

"Tapi Oppa, ibumu adalah ibuku juga. Ibu mertuaku."

"Jangan jadikan itu sebagai alasan, anak ibu itu banyak, biar mereka saja yang melakukannya. Kau diam saja di rumah."

Hoseok selalu melarang apapun yang membuatnya tak suka.

Dilarang pergi keluar rumah jika tak ada kepentingan apapun.

Dilarang mengunjungi ayah dan ibu mertuanya.

Dilarang bekerja.

Dilarang bicara dengan saudaranya.

Bahkan, dilarang berteman.

Suatu ketika, ibunya yang tinggal di Incheon menghubunginya. Dia bertanya pada Haru, kenapa dia tak pulang saat tahun baru?

"Maaf, ibu. Disini sibuk sekali. Ibu mertua mengadakan seminar dan acara amal tahunan. Aku harus membantunya."

Sejujurnya, Haru tak pernah melakukan hal itu. Setiap harinya selalu ia habiskan dengan diam di rumah. Termasuk saat tahun baru.

Memang benar tentang kegiatan sosial yang dilakukan oleh ibu mertuanya itu, tapi Haru tak pernah ikut membantu. Bukan tak ingin, hanya saja Hoseok selalu melarang.

"Apa ibu baik-baik saja? Apa ayah sehat?"

"Kami baik-baik saja. Kenapa khawatirkan kami?"

Haru menggigit bibir bawahnya gusar, "Maaf karena tak pernah berkunjung. Tetaplah sehat, aku akan pulang jika waktunya sudah tepat."

Malam hari di tahun baru, tanpa Hoseok. Tanpa orang terdekat. Tanpa seorang teman. Rasanya, kosong, hampa, sepi. Haru tak melakukan apapun, hanya diam di kamar sambil menonton kembang api yang berpendar terang diatas langit yang gelap.

Itu tepat satu tahun yang lalu.

Kini, sama saja.

"Oppa, jangan pulang terlambat. Kau sudah berjanji untuk makan malam bersamaku."

"Iya,"

"Apa kau sedang sibuk hari ini?"

"Sangat sibuk, tapi karena kau yang bicara denganku, waktuku jadi banyak."

Haru terkekeh, "Apa oppa sedang menggodaku sekarang?"

"Kau pikir begitu?"

"Uhm, tidak juga hanya saja, aku senang mendengarnya."

"Aku juga senang kalau kau merasa begitu."

"Oh, oppa, kita punya tetangga baru. Aku ingin menyapanya, apa boleh?"

"Tetangga baru?"

"Iya, mereka baru saja tiba pagi ini. Kurasa mereka masih berbenah."

"Benarkah?"

Haru mendengung.

"Apa itu apartemen yang di tempati pak Lee?"

"Iya, mereka menempati apartemen itu."

"Hm, baiklah."

Haru diam sejenak, ragu ingin bertanya apakah jawaban itu sebagai bentuk ijin darinya untuk memperbolehkan Haru pergi atau tidak.

Tickin' [Jung Hoseok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang