Bagian 11.

648 128 23
                                    

Air yang mengguyur tubuhnya itu terasa dingin menusuk kepalanya. Di bawah guyuran shower itu Hoseok termenung. Ketika dia pejamkan mata, yang dilihatnya adalah Haru, istrinya yang berwajah sedih. Penyebabnya adalah dirinya.

Istrinya itu pintar sekali mengalihkan pembicaraan. Hoseok merasa dibohongi (lagi) oleh Haru. Tentang luka itu, dia yakin bukan karena dia terjatuh menimpa pot bunga. Karena jika itu benar, harus ada luka, bukan lebam, benar-benar luka. Dan juga, Haru tidak akan seceroboh itu. Haru orang yang tenang, tidak serampangan dan tidak akan gegabah.

Pikirnya, Haru mungkin pergi ke suatu tempat, entah ke mana Hoseok tak yakin. Tapi apa? Apa sebabnya lebam itu ada? Lebam itu terlihat seperti bekas pukulan atau tamparan? Ke mana Haru pergi? Menemui siapa? Seorang teman? Teman lama? Siapa? Kenapa dia tak bilang? Jika benar apa yang dia pikirkan, apa yang terjadi sampai membuat Haru terluka?

Memikirkannya membuat Hoseok mendesah kesal, dia matikan shower itu kemudian kemudian meraih handuk untuk mengeringkan tetesan air di tubuhnya. Setelah mengenakan bath-robe, dia keluar dari kamar mandi.

"Seokjin oppa menelpon." Kata Haru, tepat saat dirinya keluar dari kamar mandi. Tangan kanannya memegang handuk untuk mengeringkan rambutnya yang basah.

"Dia bilang apa?" tanya Hoseok.

Haru mendekati Hoseok, mengambil alih handuk yang ada di tangan Hoseok, membantunya mengeringkan rambut. Lalu Haru menuntun Hoseok untuk duduk di tepi ranjang.

"Dia bilang ada pekerjaan yang harus kau kerjaan. Apa kau yakin tidak akan masuk kerja?"

Haru duduk di belakangnya dengan kedua tangan yang sibuk mengeringkan rambut Hoseok.  Beberapa waktu lalu, Hoseok memberitahu dirinya bahwa dia tidak akan masuk kerja. Ketika ditanya mengapa, dia bilang ingin mengajak pergi.

"Iya, aku kan sudah bilang ingin pergi denganmu. Aku bisa mengerjakannya di sini.".

Haru tersenyum kecil, "Baiklah kalau begitu. Omong-omong, kita akan pergi ke mana?"

Hoseok berdeham, dia pegangi tangan Haru, secara tak langsung memintanya untuk berhenti mengeringkan rambutnya. "Kau ingat saat aku bercerita tentang Taehyung?"

Hoseok ingat itu dengan jelas, karena saat itu juga, Haru megancam dirinya, mengancamnya untuk pergi darinya. Tanpa sadar Hoseok mengeraskan rahangnya. Hal itu entah mengapa membuatnya takut, cemas dan benar-benar merasa terancam. Dia tak mau Haru pergi darinya.

"Ah, ya, ada apa? Apa ada sesuatu?"

Hoseok berbalik menghadap ke arah Haru. Haru menelan salivanya gugup, dia sudah tahu apa yang terjadi kepada adik iparnya itu. Hanya saja, dia harus menutupi hal itu supaya Hoseok tak tahu kalau kemarin dia mengungjungi Jungkook untuk bisa menjenguk Taehyung.

Dari hal itu pula Haru menjadi tahu alasan mengapa Taehyung tak kuliah, alasan mengapa Taehyung dirawat, ke mana Hoseok pergi malam itu dan luka yang dia bawa pulang. Dari Jungkook juga dia tahu keadaan keluarganya meski harus terluka.

"Kita akan ke rumah sakit. Sesuatu terjadi padanya. Kita akan mengunjunginya siang ini."

Haru mengerjap. Benarkah? Hoseok mengajaknya untuk menjenguk Taehyung? Hoseok tak pergi bekerja untuk meminta itu darinya? Sungguh?

"Taehyung, dia, ke-kenapa? A-apa yang terjadi padanya?"

Hoseok meneliti wajah Haru yang memucat. Hoseok berpikir, apa ini karena Taehyung yang berada di rumah sakit? Istrinya itu khawatir kepada adiknya? Hoseok tahu Haru dekat sekali dengan kedua adiknya, jadi ia merasa tak heran jika reaksi yang ditunjukkan Haru seperti itu.

Tickin' [Jung Hoseok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang