Bagian 33

174 30 10
                                    

Haru dan orang tuanya menghabiskan waktu mereka dengan cara yang menyenangkan. Ayah dan Ibu menginap selama tiga hari dua malam, selama itu dihabiskannya dengan bercerita, disertai wejangan kepada sang ibu hamil untuk tidak terlalu stres, juga kepada Hoseok untuk selalu ekstra hati-hati karena usia kandungan Haru yang masih muda. Rasanya seperti kembali pada masa di mana hanya ada Ayah dan Ibu di rumah, sementara dia adalah putri kecilnya yang berlarian di ruang tamu. Sekarang, putrinya itu tengah mengandung dan sebentar lagi akan ada sosok kecil lain yang berlarian dengan celotehannya yang ramai.

Haru sangat menantikan itu, terlebih lagi Ibu tampak begitu bahagia. Beliau merawat Haru dengan sangat baik sebab tak bisa lakukan itu setiap hari. Hoseok pun sama bahagianya, ternyata bertemu dengan ayah dan ibu mertuanya tidak semenakutkan itu. Justru Hoseok merasa sangat beruntung. Mereka mengerti tentang kondisi keluarganya. Kemarin, ayahnya sendiri sempat datang berkunjung dan mengobrol dengan ayahnya Haru. Hoseok yang melihat itu sedikit khawatir, mengingat hubungan mereka tidak begitu bagus pada awalnya.

Namun, kekhawatiran itu sirna seketika kedua orang tuanya berpelukan dan saling menatap hangat. Seolah ada ikatan di sana yang hanya mereka tahu. Seolah ada pembicaraan di antara mereka yang anak kecil seperti dirinya tak perlu dilibatkan. Yang jelas, pemandangan seperti ini sangat jarang dan Hoseok merasa bersyukur akan kedatangan mereka ke rumahnya. Semua terasa nyata.

Kehamilan Haru kini sudah berjalan 6 minggu sejak kunjungan itu. Gejala seperti morning sickness mulai dialami Haru. Morning sickness kali ini lebih parah daripada minggu-minggu yang lalu. Jika pagi-pagi buta Haru bangun untuk mempersiapkan sarapan dan segala hal pekerjaan rumah lainnya, tidak kali ini. Hoseok harus mendapati Haru terbangun dari tidurnya yang lelap, berlari kecil ke kamar mandi hanya karena mual yang tiba-tiba datang. Hal itu terus terjadi setiap harinya bahkan saat usia kehamilannya menginjak bulan kedua.

"Sayang, aku di sini saja. Tak perlu pergi. Harus ditemani, tidak bisa aku tinggal sendiri."

"Aku tidak apa-apa, Oppa. Pergilah."

Bibirnya pucat, wajahnya letih, sarapan yang disantapnya pagi ini tak dapat dinikmati dengan benar. Haru sangat sensitif dengan bau sekarang. Jika dulu dia sangat menyukai daging ayam, sekarang sup ayam yang dia pesankan dari restoran favoritnya tak bisa dia makan.

"Aku bisa kerjakan di sini."

"Oppa ...."

"Hmm?"

Hoseok berjongkok, berlutut di hadapan Haru yang duduk di atas ranjang.

"Sebetulnya, aku juga tidak mau kau pergi."

"Iya, 'kan? Betul, 'kan? Aku tidak seharusnya pergi. Aku harus denganmu di sini."

Haru mengangguk. "Kepalaku pusing, badanku juga sakit."

"Oh, ya?"

Raut muka Hoseok seketika berubah panik. Gegas dia menaikkan suhu ruang agar hangat, memakaikan sweter miliknya hingga Haru terlihat tenggelam sebab ukurannya yang besar, membantu Haru untuk merebahkan diri dan menyelimutinya.

Hoseok pernah diberitahu oleh Jiyeon, kakak iparnya, perihal apa yang harus dilakukan untuk mengurangi gejalanya. Dia bilang, "Teh mint. Buatkan Haru teh mint."

Dengan begitu, Hoseok pergi ke dapur untuk membuatkannya sementara Haru memejamkan mata mengistirahatkan tubuhnya yang terasa lelah meski tak lakukan apa-apa. Hoseok tak sangka dia akan berada di posisi ini sekarang. Menjaga Haru, merawatnya, memastikannya baik-baik saja. Jika diingat lagi, dirinya tak pernah lakukan ini untuk Haru. Dirinya yang dulu begitu bajingan sehingga hanya kesedihan yang Haru dapatkan.

Maka dari itu, yang dia lakukan saat ini tidak sebanding dengan apa yang Haru korbankan untuknya.

"Hyung, aku akan melakukan pekerjaanku di rumah. Mungkin untuk beberapa bulan ke depan, aku akan sering di rumah."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tickin' [Jung Hoseok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang