34

80 6 5
                                    

Syifa terlihat gugup ketika ia  berada di depan gedung apartemen milik Rizky, meski sudah hampir sepuluh menit Syifa hanya berdiri hampa di sana, namun pikirannya menerawang jauh memikirkan banyak hal tentang keluarga Garibaldi, ada rasa takut yang kian menyiksa saat tau laki-laki paru baya tersebut justru mengancam dan memintanya untuk segera menjauhi Rizky dengan berbagai alasan.

Syifa melangkah masuk, meski ada tarikan nafas yang terdengar gusar namun Syifa berusaha untuk tidak menampakkan kegugupannya di depan Rizky nanti. Dan tentang pameran lukisan, Syifa terpaksa harus membiarkan hari ini berlalu begitu saja.

"Syifa.." suara itu membuyarkan lamunannya, melihat sosok laki-laki yang ingin ia temui pagi ini justru sudah berada tepat di depannya, laki-laki yang terlihat sudah ingin keluar dari dalam lift.

"Kamu sedang apa disini?" Rizky terheran, bukan karna apa, tapi seperti yang mereka bicarakan semalam seharusnya Syifa sudah harus berada di pameran lukisan, Rizky dengan spontan melihat jam tangan yang sudah menunjukkan pukul sembilan pagi lantas meraih tangan wanita itu. "Yasudah, mungkin kau sedikit gugup. Aku akan mengantar sebelum berangkat." Ucap laki-laki itu. Namun alih-alih ikut, Syifa malah melepaskan genggaman tangan Rizky seraya menatapnya dengan senyuman di wajah.

"Aku tidak berangkat,"

"Ha? Kenapa?" Rizky kembali terheran.

"Iya, ada yang ingin aku sampaikan, mungkin mendadak tapi aku hanya butuh keyakinan itu sekarang." Syifa menatap wajah Rizky penuh arti.

-

"Aku tidak akan membuat mu merasa kesulitan, tapi pilih saja apa yang akan aku pilihkan untuk mu." Garibaldi menatap dengan tatapan kelicikan, hanya dengan tatapan tersebut Syifa mengerti apa yang akan laki-laki paru baya itu inginkan darinya.

"Jangan pernah main-main dengan apa yang saya ucapkan kali ini. Kalau memang kau mencintai anak saya, artinya kau siap melakukan apapun padanya. Iya kan?"  Tanya Garibaldi kembali.

Syifa terdiam. Sementara Garibaldi mengeluarkan satu map, yang ingin ia perlihatkan pada Syifa. Meski tidak begitu paham, namun wanita itu mengerti bagaimana Garibaldi memanfaatkan situasi yang tidak menguntungkan bagi Syifa ini.

"Di sana ada beberapa opsi untuk kau memilihnya, pertama kau menjauhi putraku dan aku tidak akan melibatkan mu dalam hal apapun, dan kedua kau ingin tetap menikahi putraku tapi  jelas itu tidak akan berakhir baik, kau akan banyak mengalami masalah dalam pernikahan kalian dan juga aku tidak akan berhenti untuk membuat kalian menderita." Garibaldi meyakinkan.

Syifa menggenggam map tersebut, dengan tatapan tajam wanita itu lantas segera melemparkan benda  tersebut di hadapan Garibaldi.

"Kalau hanya untuk menjauhi Rizky, aku bisa melakukan itu. Tapi apa bapak yakin Rizky akan segera melepaskan aku begitu saja jika dia mendengar keputusan ku? Bapak yakin Rizky akan menjadi penurut jika aku tidak berada di sampingnya?" Syifa menimpali.

Mendengar itu amarah Garibaldi kembali tersulut, ia lantas menjambak Syifa dengan cukup kasar, sampai membuat wanita itu harus merasa kesakitan.

"Jangan macam-macam denganku! Bagaimana mungkin kau menganggap rendah diriku dengan menjawab semua yang tidak perlu aku dengar! Ingat! Kau hanya ada dua pilihan dan itu semua tergantung keputusan mu!" Garibaldi melepaskan cengkramannya dengan kuat, lalu meminta wanita itu untuk segera turun dari mobil miliknya.

"Kita sudah berada di depan gedung apartemen Rizky, dan kau tau apa yang harus kau lakukan iyakan?" Garibaldi kembali melihat ke arah supir. "Jalan pak!" Lanjutnya dengan arogan.

-

"Syifa.." Rizky memanggil nama wanita itu berulang kali, lalu akhirnya Syifa tersadar dari lamunannya tentang apa yang terjadi pagi ini dengannya. karna merasa khawatir Rizky segera memeluk wanitanya, kedua tangan laki-laki itu dengan cepat membopong tubuh Syifa dalam dekapannya. Rizky benar-benar tidak mengerti apa yang Syifa alami sampai harus tergesa-gesa seakan Syifa akan hilang nanti.

"Kenapa ?"

"Rizky, ayo kita segera menikah. Apa kau bisa melakukan itu untukku sekarang?" Syifa akhirnya mengatakan satu hal yang membuat Rizky terdiam, bukan karna apa? Hanya saja ini masih terlalu pagi untuk membahas hal-hal yang memakan waktu panjang untuk mereka berdua.

"Kau yakin? Kenapa harus mendadak begini.."

"Kau bilang, kau ingin segera menikahi ku, aku hanya menginginkan itu sekarang.." Syifa berusaha mengingatkan janji Rizky beberapa bulan lalu, sementara Rizky yang mendengar itu mendadak memegangi pundak wanitanya, kedua matanya tak henti melihat sorot mata Syifa intens, Rizky benar-benar curiga dengan apa yang sudah Syifa lewati sepagi ini.

"Ayo kita menikah.."

"Aku akan menikah dengan mu. Kau tau?"

"Apa bisa kita lakukan dalam minggu ini?" Syifa kembali bertanya. Kali ini Rizky tidak menjawab langsung, segera ia meraih tangan Syifa dan membawanya keluar gedung apartemen. Perasaan mereka campur aduk, Syifa dengan semua ketakutannya dan Rizky dengan semua ketidak pahamannya.

***

"Benar aku ingin menikahi mu Syifa, tapi itu semua butuh waktu. Kita akan menikah dengan pernikahan impian yang sudah kita bicarakan." Rizky kembali mengingat bagaimana mereka berjanji untuk menjadikan momen pernikahan itu adalah satu-satunya pencapaian dalam hubungan mereka.

"Aku tidak perlu menikah dengan yang seperti kita impikan dulu, pernikahan sederhana saja sudah cukup. Yang terpenting aku hanya akan berada di sisi mu selamanya." Syifa berucap putus asa, sementara Rizky hanya bergidik ngeri karna ucapan Syifa itu.

"Syifa. Apa yang menekan mu?"

"Rizky, aku mohon. Kalau bener kau ingin menikah dengan ku. Kau harus lakukan itu sekarang. Aku hanya butuh sekarang.." Syifa kembali dengan lantang menyuarakan keinginannya tersebut lantas karna merasa darurat, Rizky langsung mengiyakan apa yang Syifa ingin kan. Laki-laki itu segera mengambil ponsel berniat untuk menghubungi sang ayah. Namun belum sempat menekan tombol memanggil Syifa segera merebut ponsel milik Rizky dan kembali menyimpan ponsel tersebut ke dalam saku celana laki-laki itu.

"Aku akan menghubungi ayah, aku akan mengatakan padanya kalau aku mungkin akan segera menikah."

Mendengar itu Syifa menggeleng. "Mungkin kita akan bertemu ayahmu jika sudah menikah, apa kau bisa menikah meski tanpa ayah mu disisimu?" Tanya Syifa kembali yang mana kembali membuat raut Rizky terlihat bingung. "menikah bukan hal yang mudah, tapi kau seorang laki-laki yang bahkan tidak butuh wali jika harus menikah." Tutur Syifa.

Rizky terdiam meski kali ini pikirannya sedang bermain. Ia tidak ingin mengecewakan Syifa, Rizky akhirnya menurut dan tidak melakukan apapun melainkan menenangkan wanitanya tersebut dari segala kegundahan yang mungkin sedang ia jalani.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Storm Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang