Sad Boy

273 25 1
                                    

Sendra lebih tenang setelah ditemani Anna semalam. Pelukan hangat dari Anna sangat membantunya. Sendra sangat merindukan waktu bersama Anna seperti dulu, waktu mereka sekolah.

Sebenarnya, Sendra ingin membawa Anna bekerja di perusahaannya. Namun, setelah melihat tempat bekerjanya saat ini, Sendra berpikir wajar saja jika Anna menolak tawarannya karena furniture shop tersebut memang cukup besar namanya di kota ini. Jika bisa, mungkin Sendra akan memilih opsi tawaran kerjasama dengan kantor tempat Anna bekerja.

Biasanya, jika Sendra kembali ke rutinitas, ia tak akan semangat. Namun, hari ini berbeda. Ia masih mengingat pelukan hangat semalam meski hanya sebentar. Ia merasa jika itu semua bisa jadi power supply untuk hari ini. Lihat saja, betapa cerianya ia hari ini sampai sekretaris yang melihatnya nampak heran.

Pintu terketuk. Ada salah satu staf datang dan memberikan dokumen-dokumen penting. Sendra ingin segera menyelesaikannya. Hari ini, ia ingin banyak beristirahat karena menurutnya itu penting juga.

"Maaf, Pak."

Sendra menatap sekretarisnya.

"Hari ini akan ada meeting bersama Ibu Rosella," ujar sekretarisnya mengingatkan.

Sendra bahkan hampir lupa dengan jadwal meeting penting ini. Ia mengangguk. "Terima kasih," balasnya.

Moodnya yang sempat naik 100% mungkin sekarang sudah turun 20% karena harus meeting, terlebih dengan Everest Group.

******

Meeting yang diadakan untuk memperkuat hubungan kerja antara Everest Group dan Tree House pun selesai. Narasumber kali ini adalah salah satu manager di Tree House dan sekretaris Rosella. Baik Sella maupun Sendra tak banyak bicara selain menanggapi urusan bisnis. Selesai meeting pun, mereka langsung kembali ke rutinitas masing-masing.

Mengenai hubungan mereka, sudah banyak tersebar berita yang mengatakan hubungan keduanya sangat dekat. Namun demikian, yang sebenarnya terjadi seperti lingkungan kantor maupun keluarga bukanlah seperti itu. Berdasarkan apa yang mereka lihat, orang-orang di lingkungan tersebut sudah mengetahui jika hubungan Sendra dan Sella sangat renggang. Mereka terlihat jauh, menjaga jarak antara satu dengan yang lainnya. Bahkan di keluarga mereka, terutama keluarga Sendra, tersebar rumor jika berita-berita itu palsu dan sengaja dibuat oleh Frederika, ibunya Sendra yang paling antusias dengan hubungan Sendra dan Sella.

Sejak awal, memang Frederika yang sangat mendukung perjodohan Sendra dan Sella. Meskipun keduanya terasa sangat jauh, Frederika memaksanya agar mereka terlihat dekat. Dengan segala cara, bahkan harus memanfaatkan kesempatan yang ada seperti kondisi kesehatannya yang menurun saat ini. Frederika tahu jika Sendra pasti akan mengalah jika ia terus menggunakan penyakitnya.

Frederika memang mengidap kanker, tapu bukan stadium 3. Belum ada perkembangan signifikan, tapi dokter mengatakan jika Frederika masih berada di stadium 2. Jika Frederika lengah sedikit, ini bisa bertambah parah. Jika ia rutin check up dan kemoterapi, ia tetap aman. Kanker serviks ini sudah lama ada, tapi Frederika belum sepenuhnya pulih juga. Pengobatan yang ia lakukan juga sudah cukup lama. Yang terpenting bagi Frederika, hubungan Sendra dan Sella harus sampai pada kesempurnaan. Walaupun itu jauh dari kata mungkin.

Memang, selama ini apa yang dilakukan Sendra tak sepenuhnya dari hati nurani. Ia melakukannya atas perintah kedua orang tuanya. Ia merasa tak pernah melakukan sesuatu yang ia inginkan dengan bebas. Ayahnya menyuruhnya masuk ke ranah bisnis, ibunya menjodohkannya, keluarga besarnya menyudutkannya. Hanya ada 1 orang yang tahu betapa malangnya Sendra ini. Dia Anna.

******

Tidak seperti biasanya, hari ini kantor Anna menerima kunjungan dari partner pemilik furniture shop ini. Sepertinya, mereka akan menjalin kerjasama.

The ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang