See, the birds don't fly till the summer
But the sun still cries alone
And I'm at my my worst right now
'Cause you are my, yeah, you are my obsession(Obsession by Beds and Beats)
-------
"Saya yang salah, saya yang minta maaf."
Ucapan Sendra membuat Anna semakin bingung dibuatnya. Sendra mendekat dan kini sudah berada di dekat Anna. Manik cokelatnya menatap lurus ke arah Roland. Menandakan jika Sendra serius. Intonasi ucapannya juga bukan sesuatu yang main-main.
Roland mendengus kesal di hadapan Sendra. "Lo ngapain tiba-tiba dat—"
"Saya yang nyuruh Elle ke sini untuk bertemu dengan Anna. Kalau kamu mau marah, jangan sama Anna, tapi sama saya," ujar Sendra.
"Oh, jadi lo? Siapa sih lo sampai berani nyuruh Elle ke sini?"
"Saya atasannya," ujar Sendra cukup tegas membuat Roland mengatup mulutnya. Kini giliran rasa cemas dan bersalah yang menghinggapi pikiran Roland karena pengakuan Sendra barusan. Sikapnya kasar, dan takut membuat citra 'kekasihnya' ini jadi jelek di depan atasannya itu. Setengah percaya, dan setengah tidak. Namun, Roland yakin jika orang yang mengakut sebagai atasan kekasihnya ini tidak bohong. "Saya Sendra, mantan dirut Tree House Motors dan sekarang menjabat sebagai CEO di Tree House Group," lanjut Sendra memperkenalkan dirinya lebih detail lagi.
Anna yang melihatnya tidak bisa berkata-kata lagi. Sudah kehabisan akal dengan maksud Sendra hari ini.
"Kamu bisa bawa Elle pulang. Kalau kamu tidak suka dengan cara saya, kamu bisa suruh Elle keluar dari perusahaan saya," ujar Sendra tegas kepada Roland yang kini menahan emosinya yang kian memuncak. Kemudian Roland langsung membawa Elle keluar. Roland tidak terlalu berani untuk melawan Sendra yang selain karena atasan Elle, Sendra juga bukan sembarang orang.
Kini tersisa Anna dan Sendra saling menatap satu sama lain. Meskipun mereka dikelilingi aroma alkohol yang khas, tetapi keduanya masih sama-sama sadar sepenuhnya. Cukup lama saling menatap dalam keheningan. Tidak ada suara yang membuka topik perbincangan. Anna sendiri diam karena bingung dan masih tidak habis pikir dengan maksud kedatangan Sendra saat ini. Ditambah dengan bagaimana bisa Sendra mengenali Elle? Apakah keduanya berhubungan pada hari ini sampai-sampai bukan hanya sebuah kebetulan.
"Na, kita makan—"
Anna menepis uluran tangan Sendra yang ingin meraih bahunya untuk dirangkul. Sendra langsung menatap tak percaya.
"Maksud yang kamu bilang atas semua kejadian barusan tadi itu apa?" tanya Anna juga tak kalah tegas. Tatapannya mengatakan jika Anna serius. Sendra memaku karena sedikit terkejut dengan sikap Anna yang tiba-tiba. "Sen, aku gak mau diam lagi. Kamu bikin aku pusing dan bingung," lanjutnya jujur.
"Anna..."
"Maaf katamu? Memangnya kenapa? Kamu berbuat salah?"
Sendra kehabisan kata-kata. Tidak tahu harus menjawab apa karena ia sudah bisa menebak jika Anna tidak suka dengan perbuatannya.
"Sen, jelasin!"
Sendra semakin memaku. Tiba-tiba hanya perasaan bersalah dan cemas yang menghinggapi hati dan pikirannya. Ditambah ketika ia menatap wajah Anna, hanya ada amarah dan kebingungan perempuan itu. Sendra menunduk, mengepalkan tangannya di bawah sana. Kepalanya terasa pusing mendengar pertanyaan Anna.
Tidak bisakah Anna mengerti barang sekali?
Sendra tidak mampu mengatakannya dengan jujur.
Sayangnya, diam bukanlah jalan keluarnya. Sendra tidak tahan memendamnya.
Sudah terlalu lama dirinya berdiam diri dan pasif. Kali ini, ia berharap bisa meledak.
Dan meledaklah Sendra.
Tangannya tiba-tiba mencengkeram bahu Anna dengan beraninya. Sendra memberi tatapan lurus tajam seperti burung elang yang mendapatkan mangsanya. Keningnya juga berkerut membuat Anna tak dapat mengedip barang sedetik karena terkejut dengan perlakuan Sendra yang tiba-tiba.
"Sen?"
Suara Anna pertanda frustasi dan bingung. Namun, suaranya lah yang mampu menyadarkan Sendra dari kebodohannya. Sendra kemudian melepaskan cengkraman dari bahu Anna yang nafasnya mulai sedikit tidak beraturan karena takut.
"Ma-maafin aku, Na..."
Anna menggeleng pelan.
"This is not the way you are," ujar Anna sedih. Sendra tahu ini sudah salah. "Sen, what's wrong with you?" lanjut Anna.
"Can you just stop to ask me, Anna?!"
Anna semakin bingung dan kaget dengan tanggapan Sendra yang emosinya malah memuncak. Tatapannya tidak bisa melunak, tidak seperti biasanya yaitu Sendra yang ramah di mata Anna.
"Jujur aku gak paham sama semua ini, Sen. Harusnya kamu, kamu yang berhenti bersikap gak seperti biasanya," balas Anna berani.
"Nggak seperti biasanya gimana?!"
"Kamu gak kayak Sendra yang aku kenal selama ini. Apa maksudmu ngikutin aku dan seakan kamu punya kontrol atas aku?"
"A-aku cuman mau bantu kamu untuk yang terbaik, Anna. Aku cuman mau selalu berada di samping kamu."
"Ini gak wajar, Sen," sela Anna. Mereka malah berdebat di bar. "Aku rasa ini gak wajar. Kenapa kamu harus ngelakuin ini terhadap aku? Seharusnya kamu ada di samping istrimu, bukan aku," ujar Anna berusaha meyakinkan.
"Aku gak bisa, Anna," tolak Sendra.
"Kenapa? Dia istrimu, dia sempurna untuk kamu."
"Because I only fell for you since long time ago, Anna. And I think there's no one who can break us," balas Sendra.
"You're really insane. I never think my old friend would be like this?"
"Anna..."
"Jangan panggil aku lagi, Sen. Boleh gak aku bilang sekarang aku muak sama pola pikirmu yang gila ini?"
Sendra tersentak meskipun Anna tidak membentak.
"Oh, God." Sendra mengusap kasar wajahnya frustasi.
oo0oo
ayo guyss sangat dipersilahkan segala keluhan para readers akan cerita ini. tararengkyuh💗
KAMU SEDANG MEMBACA
The Choice
FanfictionSella dan Sendra bukanlah pasangan suami-istri sempurna. Sikap Sendra yang begitu dingin, membuat Sella enggan kembali berjuang agar hubungannya dengan sang suami membaik. Pernikahan mereka memang tidak didasari cinta. Namun, Sella memiliki pemikira...