Rajin, ramah dan ceria. Anna memiliki kunci dasar untuk bisa menarik banyak orang di furniture shop tempatnya bekerja. Makanya, ia terpilih menjadi staf di sini. Promosi yang ia gunakan selalu membawa hasil yang baik. Anna sering mendapatkan pujian dari bos. Ia juga pernah mendapatkan uang bonus meski hanya sekali.
Kehidupannya tidak semulus itu. Ia terlahir dari keluarga biasa saja. Ayahnya hanya seorang guru dan ibunya pernah bekerja sebagai pegawai kelurahan. Kemudian, ayahnya meninggal dunia dan Anna pindah ke kota bersama ibu dan adiknya. Ibunya harus bersusah-payah bekerja menjadi asisten rumah tangga di rumah konglomerat. Oleh karena itu, ia dan adiknya tumbuh sebagai sosok yang mandiri. Anna terbilang rajin sejak dulu. Untuk sekolah, ia juga berusaha tidak akan membebani orang tuanya. Ia bahkan mendapatkan beasiswa dari nyonya tempat ibunya bekerja. Meskipun ia sekolah di sekolah swasta yang terkenal akan kualitas bagus serta isinya yang didominasi orang kaya, ia tetap menjadi dirinya sendiri yang sederhana. Tak peduli pandangan teman-temannya, tapi Anna tak pernah peduli dan ia tak pernah takut terhadap mereka. Ia menggunakan kemampuannya untuk menunjukkan bahwa orang miskin belum tentu payah.
Setelah ia lulus kuliah dan bekerja, ia semakin ambisius untuk menaikkan kelas keluarganya. Dunia ini kejam baginya, sehingga ia harus terus berusaha agar mampu mewujudkan cita-cita yang sesungguhnya.
Masalah kisah cinta, ia jarang menjalaninya dengan mulus. Sudah 2 kali ia berpacaran dan tak ada yang berakhir baik. Sebenarnya, semua ia lakukan ketika kondisi hatinya tak baik. Ia perlu mengalihkan dunianya dari masa lalu. Nama dunia itu adalah Sendra. Lelaki yang menjadi teman dekatnya saat SMA. Ia menyukai Sendra, tapi ia tak pernah berharap dibalas. Ia tahu diri untuk ini. Sama seperti halnya saat ia berpisah dengan Dino, ia tak berharap banyak untuk terus melanjutkan hubungannya. Terlebih, Dino memang sempat bermain di belakang bersama perempuan yang digadang-gadang akan menikah dengannya.
Kabar pernikahan Sendra kala itu sangat mengejutkan baginya. Meski begitu, ia tak bisa mengatakan apa-apa. Terlambat sudah jika ia ingin mengatakannya saat itu.
Ponsel Anna tiba-tiba berdering, mengejutkannya yang sedang melamun. Sang ibu menelpon.
"Halo, Bu."
"Anna, kamu masih kerja?"
"Oh, udah nggak, nih. Kenapa, Bu? Ibu mau nitip sesuatu?"
"Besok kamu bisa pulang, gak? Ibu mau periksa ke dokter, tapi adikmu harus belajar karena sebentar lagi ujian. Kira-kira kamu bisa, gak?"
"Oh, bisa aja, Bu. Besok aku pulang, ya."
"Iya, makasih, ya."
"Sudah tugasku, Bu. Aku besok cuti saja. Malam ini aku langsung pulang ke rumah."
"Loh? Seriusan?"
"Iya. Gak apa-apa, kok. Aku tutup dulu, ya! Mau order ojek online dulu, Bu. Keburu malam."
"Iya, hati-hati, Anna!"
Anna mengakhiri panggilannya. Malam ini ia akan pulang ke rumah ibunya. Selama ini, Anna tinggal di apartemen yang jaraknya lebih dekat dengan kantornya. Ia mengontrak per bulan di sana. Apartemennya juga bisa dibilang biasa saja, mungkin jika diberi rating sekitar 3 bintang atau bisa saja hanya 2. Sedangkan sang ibu dan adik tinggal di pinggiran kota, dekat kontrakan lama mereka. Saat ini, Anna masih dalam menyicil sebuah perumahan yang sudah dihuni ibu dan adiknya.
Hari semakin malam, tak terasa sudah pukul 10. Sembari menunggu ojeknya tiba, Anna membantu beberapa staf bersiap-siap menutup toko.
Ponselnya kembali bergetar. Kali ini seperti pertanda ada pesan masuk. Anna langsung mengambilnya.
+62 813-4568-2XXX : Hi?
+62 813-4568-2XXX : Ini aku, Sendra. Disave ya.Mata Anna membulat saat melihat layar ponselnya. Mau apa lelaki ini? Astaga, bisa-bisanya!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Choice
FanfictionSella dan Sendra bukanlah pasangan suami-istri sempurna. Sikap Sendra yang begitu dingin, membuat Sella enggan kembali berjuang agar hubungannya dengan sang suami membaik. Pernikahan mereka memang tidak didasari cinta. Namun, Sella memiliki pemikira...