Break Up.

359 50 2
                                    

Hingar-bingar bar di sebuah mall tak juga membuat seorang gadis pergi dari sana. Walaupun ada perayaan ulang tahun yang cukup ramai di rooftop bar ini, gadis ini merasa tak terusik sedikit pun. Joanna yang biasa disapa Anna itu sedang menikmati cocktail yang ia pesan. Menikmati kesendiriannya, sampai kepala terasa pusing. Pekerjaan yang menumpuk, kehidupan yang penuh lika-liku, belum lagi ia baru saja putus dari mantan pacarnya.

"Anna..." suara lelaki itu, ia sangat membencinya. Anna memejamkan matanya sejenak. Lelaki itu mendekat.

"Diam," ujar Anna.

"Kalau kamu merasa tersakiti, aku minta maaf. Aku gak ada maksud untuk itu," balas lelaki itu.

"Apa lagi? Kamu memang berniat nipu aku, kan?!" Anna berdiri dengan penuh emosi.

"Anna," suara lelaki itu lirih.

"Dino, hubungan kita berhenti sampai di sini. Aku gak mau punya urusan sama kamu lagi," ujar Anna penuh penekanan.

"Aku minta maaf," Dino kembali mengucapkan kata ini.

"Urus saja Jeane! Kalian sudah akrab, kan? Lupakan masa lalu."

"I feel guilty," kata Dino.

Tiba-tiba, Anna tertawa. "I'm happy to know you realizing it." Anna menatap Dino tajam. Kedua tangannya maju untuk mencengkeram kerah Dino. Ia mendongak, "I never would be regret it all, to let you go with her." Ia melepaskan cengkramannya dengan kasar. "Tunangan aja sana sama dia!"

Perdebatan mereka mengundang banyak pasang mata dan telinga. Bahkan, yang ada di rooftop jadi turun karena penasaran.

"Mohon maaf, kalian berdua jangan membuat keributan di sini. Apabila ada masalah, kalian bisa keluar."

Anna masih menatap tajam Dino dengan amarah yang menggebu-gebu. Ia langsung mengambil uang dan meletakkan di atas meja. Kemudian, tanpa pamit ia langsung pergi dengan tasnya. Dino terdiam. Ia memang merasa bersalah dan tak bisa berbuat apa-apa. Ini akibat dari ulahnya sendiri. Menyia-nyiakan perempuan seperti Anna untuk seorang Jeane, teman masa kecilnya. Ia sendiri tak punya pilihan lagi. Bagaimanapun juga, hubungannya dengan Anna juga tak akan mendapat restu karena orang tuanya tak menyukai Anna. Ini semua dikarenakan orang tuanya merasa beda kelas dengan Anna. Karena itu, Anna terpacu untuk menjadi sukses dan mengubah identitas kelas hidupnya agar tidak ditindas lagi.

******

Anna keluar dari gedung itu dengan perasaan jengkel dan muak. Ia tak menyangka Dino, sang mantan kekasih, masih mengingat tempat favorit Anna. Kepalanya terasa ingin pecah.

Lalu lintas malam ini masih terlihat ramai meskipun tak sepadat di jam-jam berangkat maupun pulang kerja. Kepala Anna yang pusing membuat penglihatannya juga sedikit terganggu. Rasanya semua buyar. Ia ingin menyebrang. Awalnya ragu, tapi ia meyakinkan dirinya. Akhirnya, ia menyebrang.

Tiiiinnn!

Hampir saja terjadi kecelakaan. Mobil itu berhenti tepat saat Anna tiba-tiba terjatuh. Pengendara mobil itu langsung keluar untuk melihat kondisi orang itu. Di sekeliling area itu, sudah ramai orang berhenti. Banyak yang melihat kejadian ini. Bahkan, ada yang ikut mendekat dengan niatan menolong.

"Anna?"

Ternyata mereka saling kenal.

"Anda kenal sama orang ini, Mas?"

Pria berkemeja putih itu mengangguk. "Dia teman saya," jawabnya.

"Langsung dibawa ke klinik terdekat aja, Pak. Atau kalau tau rumahnya, bisa langsung dibawa pulang aja. Kayaknya mbaknya pingsan, deh."

The ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang