Drink

133 21 4
                                    

Sendra hanya duduk di kursi tunggu sambil menunduk sejak tadi. Ia merenungkan perkataan Sella yang mengejutkannya. Sebenarnya tidak ada rasa yang membuatnya sedih ketika mendengar ajakan cerai dari Sella, ia malahan merasa biasa saja. Namun, Sendra terkejut karena ia tak menyangka jika Sella akan mengatakan itu apalagi di situasi seperti ini. Sella yang ia temui tadi seperti bukan Sella yang biasanya.

Sendra tidak masuk ke ruang inap karena ia tak ingin ibunya terluka lagi melihatnya. Ia juga tak bisa melupakan kejadian yang membuat kesehatan ibunya menurun seperti ini.

Kakaknya, James, menyempatkan diri untuk datang ke sini. Namun, Sendra memintanya untuk tidak memberi tahu Frederika soal kehadirannya di sini dan tidak perlu menyuruhnya masuk ke dalam untuk menemui ibunya.

Sella barusan keluar dan membuat Sendra mendongak. Sebelumnya Sella mengurus mertuanya di dalam. Saat sudah selesai, ia keluar untuk menemui Sendra yang sendirian.

"Mau minum?" tawar Sella melihat Sendra yang nampak pucat.

Sendra menggeleng, "nggak usah."

"Teh oolong?" Sella masih menawarkan.

"Nggak," jawab Sendra singkat.

"Brown sugar aja, ya?" Sella tetap menawarkan. Bagi Sendra, saat ini Sella tengah memaksanya.

Akhirnya Sendra mengalah, "cola," jawabnya yang berbeda dari tawaran Sella.

"Kamu biasanya gak minum cola, kan?"

Sendra mengangguk, "lagi pengen aja," ujarnya.

Setelah itu, Sella mengiyakan dan pergi membeli minum sendiri. Seperti biasanya, Sella akan jalan sendiri dan Sendra juga lebih memikirkan dirinya sendiri.

******

Lumayan lama Sella meninggalkan Sendra sendirian karena ia harus pergi sampai ke lantai bawah, di mana minimarket rumah sakit berada. Ia membeli minuman untuknya dan Sendra, serta ada sedikit cemilan.

Sendra masih duduk di sana dalam diam. Kalau tidak bermain ponsel, dia hanya akan diam menunduk. Hari ini Sendra terlihat begitu pucat, lelah dan kosong. Ini kali pertama Sendra menunjukkan ekspresi wajah itu kepada Sella. Biasanya, Sella yang merasa bahwa dirinya selama ini kosong, lelah dan menderita sendirian. Ternyata, sama halnya dengan dia, Sendra tak berbeda jauh dari nasibnya. Hanya saja, Sendra pandai menutupinya.

Sella duduk di samping Sendra dan langsung memberikan sebotol cola yang diminta suaminya itu. Berhak kah Sella memanggilnya suami?

"Aku juga beli sedikit cemilan," ujar Sella sambil menunjukkan isi kantong plastik.

Sendra melihatnya, "ini gak sedikit," ujarnya berkomentar.

Sella hanya tertawa garing, "menurutku sedikit, sih."

"Terima kasih," ucap Sendra saat membuka tutup botol cola.

"Sama-sama," balas Sella.

Sudah lama sekali Sendra tak meneguk cola karena ia memang mengurangi minuman bersoda seperti ini. Padahal, ini sangat menyegarkan. Namun, mengonsumsi ini terlalu sering juga tidak baik untuk kesehatan.

"Nggak mau cookiesnya, Sen?" tanya Sella.

"Nanti," jawab Sendra singkat.

Hening sebentar. Sella tak tahu harus berbasa-basi seperti apa lagi.

"Gimana mama?" tanya Sendra tiba-tiba.

"Mama lagi istirahat," jawab Sella.

"Menurutmu, apa aku keterlaluan waktu itu?" tanya Sendra lagi.

The ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang