Leo masih berada di panti asuhan hingga keesokan harinya. Ia memang berniat menemani anak-anak panti seharian karena rasa rindu tak bisa dipendam lebih lama lagi. Ia juga ingin melihat Bu Minah. Belum lagi, ada yang ingin ditanyakan Leo kepada Bu Minah mengenai siapa itu Rosella.
"Bu, aku mau nanya, Rosella itu siapa, sih?"
Minah nampak heran. Ia menatap Leo. "Tumben nanya-nanya. Ada apa?" tanyanya balik.
"Penasaran aja. Kebetulan, sepertinya ada barang yang tertinggal."
"Apa yang tertinggal? Biar ibu yang kembalikan."
"Rencananya akan kukembalikan hari ini. Takut kalau dia perlu barang ini. Terus, rasanya kurang sopan kalau nyuruh dia ke sini buat ngambil barangnya," jelas Leo jujur membuat Minah mengangguk.
Ucapan Leo tidak salah juga, malahan benar. Terlebih, Sella adalah orang berkelas, baik dan penting di mata publik. Memang tidak sopan jika menyuruhnya mengambil barang yang tertinggal. Syukurlah, Leo mau mengembalikannya.
"Nanti ibu kasih kartu namanya. Kamu tinggal ke kantornya aja. Gimana menurutmu?" tanya Bu Minah.
"Ide bagus, Bu. Terima kasih, ya," balas Leo.
"Ibu yang harusnya bilang terima kasih ke kamu, Leo." Minah tersenyum, begitu juga dengan Leo. Kemudian, Bu Minah beranjak untuk mengambilkan kartu nama Rosella. Sembari menunggu, Leo mengamati obat yang ia genggam.
"Psikolog?" gumam Leo penasaran. Ia sedang menduga-duga, obat ini semacam antidepresan. Kemudian, ia merogoh sakunya dan mencari di internet, seberapa terkenal dan pentingnya Rosella ini.
Rosella Octa, itulah yang diketik Leo. Setelah itu langsung muncul banyak artikel mengenai Sella. Tentu saja, artikel teratas mengenai kondisi rumah tangga Sella dan Sendra. "Oh, udah punya suami," gumam Leo saat membaca judul artikel Jarang Terlihat Bersama, Nyatanya Pengusaha Ini Setia Mendampingi Sang Istri. Tentu saja itu disertai foto. Leo kembali menggeser ke atas untuk mencari artikel lain yang terus membuatnya penasaran.
'Menjadi Kaya Bukan Berarti Boleh Melupakan Sesama.' Berikut Kegiatan Sosial Pemimpin Yayasan Peduli Kasih dan Wakil Direktur Everest Group.
'Rosella Octaviane Yang Sempat Hiatus Dua Tahun.'
'Melawan Depresi Selama Dua Tahun, Bukan Perkara Yang Mudah.'
'Kesuksesan Tree House Motors Tak Lepas Dari Dukungan Istri Direktur.'
Leo membaca satu-per satu artikel. Ia mulai bergumam sendiri sambil membacanya. "Kalau dipikir-pikir, hidupnya enak, ya. Tapi masih bisa depresi juga. Ya, depresi juga gak memandang latar belakang," gumamnya bersamaan dengan kehadiran Bu Minah.
"Ini kartu namanya. Untung ibu masih simpan," ujar Bu Minah.
Leo menerimanya dan membacanya.
Rosella Octaviane R
Vice-Director of Everest Group.
Peduli Kasih.0271-8892038
Everest Group Tower, 8
SCBD, Jakarta."Dia kaya banget, ya? Wuis, aku sampai geleng-geleng kepala, Bu," ujar Leo.
"Ya begitu, lah. Namanya juga sudah kaya sejak lahir," balas Bu Minah.
"Tenang, Bu. Besok, Leo usahain bisa terus berjuang biar gak kalah."
"Buat apa?"
"Buat banggain Bu Minah, lah! Nggak lupa, banggain panti asuhan ini," jawab Leo semangat. Bu Minah tersenyum membalasnya. "Aku berangkat dulu, ya!" pamit Leo.
******
Bagi Leo, jarak panti asuhan sampai kantor Sella cukup jauh. Ia menghabiskan sekitar 2 jam untuk sampai sini. Kantor di pusat kota, padat, gedung-gedung menjulang tinggi yang membuat kagum Leo. Bukan, ia bukan kagum karena kali pertama menginjakkan kakinya di kawasan distrik bisnis yang elit ini. Melainkan, ia kagum karena pemilik kantor ini luar biasa. Jantungnya sudah berdebar untuk menghadap Rosella, selaku wakil direktur di sini.
Ia melangkah maju ke meja resepsionis. Sambutan ramah dari resepsionis langsung didengar Leo.
"Apakah Bu Rosella ada di sini? Saya ingin bertemu dengan beliau."
"Apakah anda sudah memiliki janji?" tanya resepsionis.
"B-belum, sih. Tapi, ini penting. Soalnya, ada yang perlu saya berikan kepada beliau," ujar Leo.
"Maaf, anda tidak bisa menemui Ibu Rosella untuk hari ini, terlebih anda belum memiliki janji," balas resepsionis.
"Tapi, ini penting banget!"
"Sekali lagi mohon maaf--"
"Siapa yang bertemu Ibu Rosella?" tanya seorang wanita membuaf Leo menoleh, begitu juga dengan resepsionis. Wanita itu menatap Leo. "Kamu?" tanyanya lagi.
"Iya, Bu," jawab Leo singkat.
Wanita itu mengamati penampilan Leo dari ujung ke ujung.
"Saya Revina, rekan kerja Ibu Rosella. Mari, saya antar. Ibu Sella sedang tidak sibuk," ujarnya menyarankan yang kemudian diikuti Leo. Mereka berjalan menuju lift yang akan membawanya ke lantai di mana Sella ada.
"Apakah anda tamu yang akan membahas projek bersama direktur?" tanya Revina. Leo terlihat bingung.
"Maaf, maksudnya?" tanya Leo sedikit sungkan.
"Loh, bukannya kamu perwakilan dari Tree House?" tanya Revina balik.
Merasa yang dimaksud Revina itu bukan dirinya, ia langsung membantah dengan sopan. "Oh, bukan. Saya ke sini ingin mengembalikan barang milik Ibu Rosella."
"Saya kira kamu dari Tree House. Kalau gitu, barang apa yang tertinggal?" pertanyaan Revina bersamaan dengan bunyi lift yang menandakan mereka tiba di lantai dituju.
"Apakah anda sekretarisnya Ibu Rosella?" tanya Leo.
"Bukan, saya cuman sahabatnya yang bekerja di sini juga. Kalau tidak ada kepentingan lagi, anda bisa titipkan barangnya kepada saya. Maaf, tapi kamu tahu, kan? Ibu Rosella termasuk orang yang sibuk."
"Ya, saya tahu akan hal itu. Makanya, kebetulan sekali kalau begitu." Leo mengambil barang yang ada di dalam tas selempangnya. Ia serahkan kepada Revina. Wanita itu sedikit bingung, barang yang dimaksud adalah obat? Ia berusaha memikirkan sesuatu, dan teringat jika Sella memang masih mengonsumsi obat untuk membantu ia tidur. "Saya minta tolong kepada Ibu Revina, untuk menyerahkan ini kepada Ibu Rosella. Ini sempat tertinggal waktu beliau berkunjung ke panti asuhan baru-baru ini," ujar Leo menjelaskan.
Revina menerimanya. Ia tersenyum ramah. "Baik, terima kasih," ucap Revina.
"Sama-sama," jawab Leo. "Kalau begitu, saya permisi," lanjutnya lalu pergi.
Revina menyesal tak sempat menanyakan nama lelaki tadi. Ia langsung pergi menuju ruangan Rosella berada. Ia mengetuk pintu dan masuk. Di sana, ada Sella yang tentu saja tak mungkin bersantai-santai.
"Sel, lo ada kehilangan barang, gak?" tanya Revina. Sella nampak mengingat sesuatu.
"Kayaknya ada, sih," jawab Sella.
"Apa? Obat, ya?"
"Kok kamu tahu?" tanya Sella balik.
Revina meletakkan obat milik Sella di atas meja. "Tadi ada cowok ganteng ke sini. Katanya, ini ketinggalan di panti asuhan yang belum lama lo kunjungin," jawab Revina.
"Oh, makasih," ujar Sella singkat. Ia memikirkan siapa yang menemukannya? Ia jadi penasaran. "Hahh, aku ceroboh banget," gumamnya.
"By the way, Sel. Cowoknya ganteng, tau," celetuk Revina.
Sella menatapnya bingung. Ia berdecih, membuat Revina mendengus sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Choice
FanfictionSella dan Sendra bukanlah pasangan suami-istri sempurna. Sikap Sendra yang begitu dingin, membuat Sella enggan kembali berjuang agar hubungannya dengan sang suami membaik. Pernikahan mereka memang tidak didasari cinta. Namun, Sella memiliki pemikira...