I Just Wanna Be Happy

138 19 2
                                    

Hari ini merupakan hari yang cukup sibuk untuk Sella

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini merupakan hari yang cukup sibuk untuk Sella. Oleh karena itu, ia tetap harus pergi ke kantor dan setelahnya orang tua Sendra pun pulang karena rumah akan sepi jika Sella dan Sendra bekerja.

Ada beberapa kegiatan yang harus dihadiri Sella seperti terjun ke lapangan untuk memantau produksi salah satu pabrik anak perusahaan milik ayahnya, lalu Sella diundang menjadi narasumber untuk 2 acara seminar, yang terakhir yaitu Sella harus kembali ke kantor untuk rapat dan memeriksa berkas-berkas yang diserahkan kepadanya. Memberikan tanda untuk direvisi jika perlu.

Sella tidak sendirian. Ada Leo yang berada di sebelahnya selama dibutuhkan. Kabar baik yang baru-baru ini datang yaitu Leo kini menjadi sekretaris Sella. Pilihannya jatuh kepada Leo bukan tanpa sebab. Pasalnya, Leo betul-betul nampak sungguh-sungguh dalam pekerjaannya dan pekerja keras. Sella juga merasa Leo ini mudah dipercaya dan bertanggung jawab. Terlalu banyak poin plus dari Leo yang bisa diambilnya. Bahkan lelaki itu bisa memberikannya energi positif setelah frustasi dengan berbagai masalah dalam kehidupannya. Leo ini ceria dan manis. Semua yang ada di Leo tidak pernah ditemukan Sella sebelumnya, bahkan tidak ada dalam diri Sendra.

Sella mulai berkemas ketika jam dinding menunjukkan pukul 3 sore. Memang belum jam pulang, tetapi Sella tetap harus keluar sebentar untuk pergi ke rumah sakit dan kembali konsultasi karena ini jadwalnya. Sella masih rutin mengunjungi poli kejiwaan di rumah sakit untuk melanjutkan pemulihannya.

"Ibu mau kemana?" tanya Leo spontan ketika melihat Sella keluar dari ruangannya.

"Saya mau ke rumah sakit, tapi kamu gak perlu repot-repot nganterin saya. Kamu tetap di kantor saja, ya. Periksa berkas yang masuk apakah sudah sesuai atau belum," ujar Sella menjelaskan.

"Lalu Bu Sella nanti ke rumah sakit bersama siapa?" tanya Leo.

"Saya bisa sendiri, kok," jawab Sella yang pada akhirnya diangguki Leo. Kemudian Sella pamit undur diri untuk pergi ke rumah sakit.

******

Pada kenyataannya, Sella tidak pergi ke rumah sakit. Ia memang memiliki janji dengan psikiaternya, tetapi tempatnya dialihkan ke sebuah kafe untuk berbincang ringan saja karena Sella memang sudah mulai jarang pergi ke rumah sakit dan merasa semakin membaik dari waktu ke waktu.

"Jadi kamu sudah merasa lebih baik, betul kan?"

Sella mengangguk. Pertanyaan yang dilontarkan dokter di hadapannya ini memang benar. Sella sudah tidak merasa separah dulu, sudah tidak terpuruk seperti dulu. Sella merasa dia mampu menjalani hari-hari baru dengan penuh semangat tanpa keputus-asaan.

"Apakah kamu merasa hari-harimu masih sama atau sudah menjadi lembaran baru?" tanya dokter itu lagi.

Sella tersenyum, ia sedikit menunduk lalu menjawab, "saya merasa seperti ini diri saya yang baru. Bukan lagi menjadi Sella yang lalu, yang lama, dan putus asa."

"In other words you are now strong, right?" tanya sang dokter yang diiyakan Sella. "To be honest, I'm glad to hear that. In the end, results won't betray effort. You have determination and hard work," lanjutnya.

"Thank you, Ma'am," jawab Sella tersenyum.

"Kamu pasti juga punya alternatif lain kan untuk bisa melepaskan semuanya. Saya sedikit penasaran sih soal ini, tapi tidak perlu dijawab jika ini privasi anda."

Sella masih tersenyum dengan tatapannya yang nampak tenang, tetapi serius.

"Entahlah bagaimana bisa. Tapi saya bertemu dengan orang yang selalu memberikan saya energi yang positif, memberikan saya secercah harapan, dan membuat saya menjadi lebih sukacita."

"Oh, ya?"

Sella mengangguk. "Dia rekan kerja saya yang sekarang juga cukup dekat. Dia hanya orang biasa yang dengan segala kegigihannya bisa mencapai tujuannya dan itu sebabnya dia selalu bisa membagikan cerita berharga kepada siapapun, lalu bisa dipetik hikmahnya," jelasnya yang diangguki Dokter Lisia.

"Then, how about the condition of your relationship with your husband at this time? After all, I know one of the reasons you feel hopeless and unworthy."

Sella menyesap secangkir teh hangatnya. Lalu meletakkan cangkir dan bersender lagi dengan kursi. Tidak pernah terbayang dalam benaknya jika sudah banyak sekali cerita yang dibaginya kepada Dokter Lisia, psikiater yang membantunya selama ini melawan kecemasannya. Segala luka yang ditorehkan Sendra selama ini tak terhitung jumlahnya sampai hampir meledak dalam bendungan hatinya. Namun, sekarang Sella sudah mampu tersenyum dengan percaya diri. Tidak ada lagi perasaan negatif yang menghalangi kehidupannya untuk terus berkembang dan maju ke depan. Apa yang sudah berlalu tidak perlu disesali.

"Well, we finally made a deal to get a divorce. However, this is still in the plans and preparations because it would be difficult to do if our family found out," jelas Sella yang dimengerti Dokter Lisia. Kisah Sella terlalu complicated, tetapi ini memang harus segera dituntaskan agar Sella tak semakin larut dengan belenggu yang ada.

"Dia masih tidak mencintaimu?"

Sella mengedikkan bahunya tanda tak tahu. Itu bukan urusannya untuk dibahas dan dijawab.

"Dan suamimu itu tetap biasa saja ketika kamu bilang ingin cerai?"

Sella mengangguk. "Dia memang sangat menginginkan ini, bukan? Itu sebabnya, responnya tidak akan membuatku kaget," jawab Sella.

"Maaf jika aku terdengar begitu kepoan bagimu, hehehe. Tapi aku masih ingat kalau suamimu itu belum bisa melupakan seseorang, benar?"

Sella mengangguk lagi. "Iya. Dan sekarang mereka bertemu lagi. Dia hanya masih menyesali kehidupannya yang saat ini dan belum bisa melupakan kehidupan lamanya yang mengesankan baginya. Mungkin memang hanya waktu itu dan bersama perempuan itu dia merasa telah mendapat apa yang tidak pernah didapatkan selama ini. Tapi aku tidak apa, itu haknya bukan? Sekarang aku hanya ingin bahagia."

Dokter Lisia menggeleng. Ia menolak apa yang dikatakan Sella tadi.




"I think he also needs a psychiatrist for this problem."

The ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang