The Boys

234 29 2
                                    

Pagi yang cerah, ditambah lagi tawa anak-anak yang bisa terdengar sampai pinggir jalan, dapat dijadikan sebagai alarm yang bisa bekerja dengan baik. Belum lagi, anak-anak itu akan benar-benar membangunkan kita. Ini yang terjadi pada Leo. Lelaki itu terbangun karena adik-adik panti sudah mengganggu tidurnya yang ingin ia lanjut.

"Om Leo, bangun!"

"Om gak mau bangun?"

"Om!"

Leo tidak langsung bangun. Ia malah memilih mengubah posisi tidurnya yang tadinya terlentang malah miring ke kanan.

"Om, disuruh bangun!"

"Om masih ngantuk. Bentar lagi bangunnya," ujar Leo dengan suaranya yang menandakan ia malas bangun dan masih mengantuk.

"Om Leo pemalas!" seru salah satu adik pantinya yang langsung beranjak dari sana. Leo akhirnya memilih bangun. Ia mengerjapkan matanya berulang kali dan berusaha mengumpulkan kembali kesadarannya. Ia tersenyum karena anak-anak itu sudah semakin besar. Tidak, mereka tidak salah. Itu ajaran Leo dan ibu-ibu panti. Jika ada yang bangun siang, maka itu tandanya pemalas. Leo pun bangun. Ia melihat jam dinding yang ternyata sudah jam 7 pagi. Untung saja, hari ini adalah akhir pekan. Alhasil, Leo cukup santai. Semalam ia lembur dan itu membuatnya harus tidur larut. Seperti biasa, ia akan merapihkan tempat tidur.

"Om Leo udah bangun?" tanya adik pantinya.

"Hah? Iya," jawab Leo masih belum sepenuhnya sadar.

"Tadi dicariin ibu. Tapi, aku bilang kalo om masih tidur jadi ya udah, katanya gak apa-apa," ujar anak itu.

"Iya, makasih, ya. Nanti om akan nemuin ibu sendiri," balas Leo ramah.

"Oke, Om!" seru anak itu lalu pergi keluar untuk bermain. Selesai merapihkan kasurnya, Leo langsung keluar untuk mencari Bu Minah.

"Loh, Leo tidur di sini?" tanya salah satu pendamping di panti ini.

"Oh, iya, Bu. Tadinya saya mau bermain sama anak-anak sini. Tapi, semalam saya lembur, jadi habis kerja saya ketiduran," jawab Leo menjelaskan. "Ngomong-ngomong, Bu Minah kemana, ya?" tanya Leo.

"Ada di luar. Tadi saya lihat lagi nyiram tanaman, sih."

Leo mengangguk sambil mengucapkan terima kasih. Kemudian, ia menghampiri ke mana Bu Minah berada. "Ibu!"

Bu Minah yang baru saja selesai dengan aktivitasnya menoleh. "Ada apa?" tanya Bu Minah sambil meletakkan selang.

"Selamat pagi," ucap Leo saat berada di dekat Bu Minah.

"Selamat pagi juga, Leo," balas Bu Minah dengan memberi senyuman. "Kamu gak pulang ke kosan kemarin?" tanya Bu Minah.

"Iya. Tadinya, saya mau main sama anak-anak sini. Tapi, saya semalam udah capek duluan karena lembur. Saya juga udah janji akan nemenin mereka tidur," jelas Leo. Bu Minah berjalan menuju ke dalam panti dan Leo mengikutinya.

"Kalau capek istirahat saja," ujar Bu Minah.

"Iya, Bu."

Bu Minah berhenti mendadak sehingga Leo sedikit terkejut. "Ada apa, Bu?"

"Kemarin, kamu sudah memberikan obatnya kepada Bu Rosella?" tanya Bu Minah balik.

"Sudah," jawab Leo.

"Ya sudah."

"Bu, Rosella itu orang kaya, ya? Dia juga sukses banget. Hmm, saya gak habis pikir sama keluarga seperti itu," ujar Leo heran.

Bu Minah tersenyum. Ia menepuk bahu Leo. "Kamu tenang saja. Besok juga anak ibu yang satu ini bisa seperti itu, kok." Bu Minah mencubit pipi Leo gemas.

The ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang