Sella dan Sendra bukanlah pasangan suami-istri sempurna. Sikap Sendra yang begitu dingin, membuat Sella enggan kembali berjuang agar hubungannya dengan sang suami membaik. Pernikahan mereka memang tidak didasari cinta. Namun, Sella memiliki pemikira...
Sejujurnya, Anna semakin tidak enak hati karena setelah memberikan sushi, Sendra masih mengirimkan makanan-makanan untuk Anna. Bahkan tidak hanya untuk Anna, tetapi juga untuk rekan kerja yang lainnya seperti Windy, Yemima, dan Anggita karena mungkin Johnny melaporkan kalau waktu itu Anna tidak sendirian.
Makanan gratis, siapa yang tidak suka? Ditambah lagi pengantarnya lelaki tampan dengan tampilan yang tangguh seperti Johnny. Yemima, Windy, dan Anggita akan menerima nikmat yang Tuhan berikan seperti ini dengan percuma. Kesempatan tidak akan datang dua kali bagi mereka sehingga setiap hari, di jam makan siang, mereka sudah siap di dekat meja kasir untuk melihat pesona Johnny yang tampan sekali. Namun, hari ini berbeda karena ditambah dengan pesona Sendra bak ukiran dewa. Ketika Anna mengetahui tingkah mereka dari kejauhan, ia hanya akan menggeleng heran tidak percaya. Anna tidak menyusul ke kasir karena ia harus meeting dan sengaja ingin membiarkan Sendra memilih akan menunggu atau kembali ke kantor.
Kali ini tidak ada Anna karena sedang melakukan meeting bersama team untuk project terbaru. Sangat disayangkan padahal Sendra datang ke kantornya hari ini diikuti Johnny di belakangnya.
Mata Yemima, Windy, dan Anggita berbinar ketika melihat 2 pangeran mengunjungi furniture shop tempat mereka bekerja.
Sebentar.
Wajah Sendra di mata 3 perempuan itu sangat tidak asing, tetapi mereka tidak mengetahui namanya atau mungkin lupa. Mereka berusaha mengingat siapa lelaki yang mencari Anna selama ini.
"Ada Anna?" tanya Sendra to the point ketika baru saja berhenti di depan meja kasir. Untunglah karena ini jam makan siang dan toko tidak terlalu ramai sehingga Sendra bisa leluasa di sana.
"E-eh, itu, Anna sedang ada meeting di atas sepertinya."
Sendra mengerutkan keningnya, "meeting?" tanyanya yang diiyakan Yemima. Setelah itu, Sendra mengangguk dan berbincang dengan Johnny. "Saya harus menunggu."
"Tapi Pak Sendra ada pertemuan dengan salah satu kolega, bukan?" balas Johnny mengingatkan Sendra dengan jadwal pekerjaannya.
"Saya ingat, tapi kan ini bukan urusan sepenting itu? Saya juga punya urusan jadi lebih baik mereka yang memaklumi saya," ujar Sendra yang akhirnya diiyakan Johnny.
Sendra berjalan mencari kursi untuk pengunjung di sana. Ia duduk dan menjadi pusat perhatian beberapa orang yang berlalu-lalang di hadapannya. Wajar saja karena selain mungkin mereka mengenal Sendra, ada juga yang ikut terpesona oleh ketampanan Sendra.
10 menit
20 menit
35 menit
40 menit
Sendra masih setia menunggu sampai Anna selesai dengan urusannya. Namun, kenyataannya perempuan itu tidak kunjung keluar juga. Sendra mulai suntuk di sana dan Johnny sendiri juga mulai bosan ikut menunggu Anna.
Sedangkan di meja kasir sana, teman-teman Anna saling berbisik menyebarkan berita.
Windy Sistt, gimana nih? Ada yang dateng mau ketemu Sama orang yang biasanya bawa makanan itu
"Ya tapi ganteng banget gak, sih? Curiga gue dia ini model sama temennya itu, tuh," sahut Anggita menebak.
"Tapi, relasi Anna bukan kaleng-kaleng, ya? Kenalannya orang-orang beres semua."
"Maksud lo kita berarti gak beres, Yem?"
"Ye, nggak gitu. Tapi gue iri aja soalnya gue gak bisa dapet yang begitu."
"Denger-denger, SMA Mbak Anna tuh tergolong elit banget dan favorit. Semua fasilitas lengkap, kayak sekolah luar negeri," ujar Windy menjelaskan.
"Ya emang di luar negeri, Win," ujar Seulgi asal.
"Lah? Dimana?"
"Swasta, kan? Swasta kan bukan negeri."
"Jujur, Git. Tangan gue siap banget loh buat ngebogem orang," ujar Yemima ikut kesal dengan tingkah sahabatnya itu.
"Anna dulu dapat beasiswa, kan? Keren banget tuh orang, asli," puji Windy kagum.
"Contoh, tuh. Udah baik, mapan, cantik, masih gak neko-neko. Masih fokus sama karir, meniti masa depan. Dicontoh, guys," ujar Yemima.
Tiba-tiba suara heels mendekat. Yemima, Anggita, dan Windy menoleh. Begitu juga dengan Johnny dan Sendra. Suara langkah kaki yang dari jauh bisa dipastikan itu Anna karena langkah perempuan itu tidak kalah jauh dengan model ketika runway di event fashion show. Sendra langsung berdiri.
Anna sempatkan menyapa ketiga teman yang biasa menemaninya sebelum menghampiri Sendra.
"Kamu gila?" celetuk Anna tiba-tiba. Sendra berdiri kebingungan.
"Aku? Kenapa?"
"Kan meetingku satu jam, loh," ujar Anna.
"Hampir satu jam. Menurutku gak lama, kok."
Anna berdecak sebal. Ia berkacak pinggang setelahnya. "Ada apa kamu sampai ke sini?" tanyanya.
Sendra memberikan paperbag kecil dan sepertinya berisi makanan manis jika dilihat dari logo brand di tas tersebut. Anna tidak langsung menerimanya. Ia menatap paperbag itu terlebih dahulu.
"Kenapa gak diambil?" tanya Sendra membuat Anna mendongak dan menatapnya tanpa arti.
"Kamu ke sini cuman buat ngasih ini?" balas Anna balik bertanya. Sendra tidak bisa berkata-kata, lebih tepatnya ia tidak bisa menjawab. Karena benar adanya ia datang ke sini karena ingin bertemu Anna, melihat wajahnya, berbincang, dan memberikan barang yang dibelinya tadi.
"An—"
"Everyone see you here, Sendra. Aku pikir kamu akan kembali ke kantor terlebih dulu. Aku barusan ada meeting and I think they know you too. Siapa sih yang gak kenal Sendra? Apalagi kamu juga punya bisnis furniture, Sen," jelas Anna dengan suara pelan.
"And there's nothing problem with it, Anna," balas Sendra tetap tenang.
"Nothing problem? So you would letthem thought that I was your affair?" Anna nampak tidak suka dengan reaksi Sendra.
"What?" Sendra mengerutkan keningnya.
"Ingat, Sen. Statusmu itu masih suami orang, suami Sella," ujar Anna penuh penekanan. Sendra mematung di hadapan Anna.
Pertemuan mereka kali ini jauh dari ekspetasi Sendra. Ia tidak menyangka semuanya akan jadi seperti ini. Kenapa Anna tiba-tiba marah? pikirnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.