He Knows It

102 21 8
                                        

Mohon dukungannya ya guys biar aku bisa semangat ngetiknya hehehe💙

Mohon dukungannya ya guys biar aku bisa semangat ngetiknya hehehe💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah acara besar perusahaan yang dipimpin Sendra terlaksana, akhirnya ia dapat menghirup udara segar lagi. Rasanya seperti baru saja keluar dari jeruji besi yang tidak akan pernah memberikan kelegaan. Menurutnya, kantor ibarat penjara karena sejauh ia hidup, ia tidak bisa bebas karena perusahaan.

Bekerja keras, menuruti apa kemauan mereka, tetapi tidak pernah dilihat.

Sendra tidak habis pikir dengan orang tuanya. Apa kata mereka? Sayang? Mereka menyayanginya? Sendra berpikir, itu hanya omong kosong. Sejak kapan mereka menunjukkan kasih sayangnya? Dengan menikahkannya? Dengan menjadikannya sapi perah meskipun Sendra tidak menyukai semuanya?

"Sendra," panggil seseorang yang tiba-tiba masuk, membuatnya harus langsung berdiri untuk menyambutnya. Beliau adalah mertuanya, ayahnya Sella.

"Papa? Ada apa sampai harus ke sini?"

"Saya kan datang ke rapat kantormu. Selamat, ya! Kamu hebat," ujar ayah mertuanya memuji sambil menjabat tangan Sendra.

"Terima kasih, Ayah. Tapi tidak sehebat itu juga," balas Sendra merendah.

"Tetap saja, Sen. Kamu bisa memimpin perusahaan ini dengan baik," ujar mertuanya itu.

"Terima kasih banyak atas pujiannya."

"Beruntung ayah ke sini," kata mertuanya.

"Bukannya harusnya Sella, ya? Kenapa ayah yang ke sini?"

Lagi dan lagi, Sendra selalu kelepasan soal hubungannya dengan Sella. Bahkan dengan mempertanyakan itu, Sendra seharusnya tahu bahwa itu bisa membuat hubungannya dengan sang istri yang tidak baik jadi sangat terlihat. Soal komunikasi yang tidak baik seperti ini saja, orang akan tahu yang sebenarnya terjadi.

Ayah mertuanya hanya tersenyum. "Sella sibuk di kantor. Saya kan masih menjabat menjadi pimpinan juga di perusahaan, jadi tidak ada masalah," ujarnya menjelaskan. Dalam hatinya, ia tahu kalau Sella yang mengundurkan diri dari undangan pertemuan ini. Sella yang memintanya untuk hadir menggantikannya. Ia tidak ingin ikut campur urusan rumah tangga putrinya. Oleh karena itu, ia hanya menanggapinya dengan tenang, pura-pura tidak tahu.

*****

"Capek juga, woy!" seru Revina selesai presentasi. Ia baru saja masuk ke ruang kerja Sella dengan banyak protes dan keluhan setelah meeting hari ini.

Sella yang melihatnya hanya mengangkat satu alisnya heran. "Kamu kenapa, sih? Kayak orang kesurupan marah-marah."

"Habisnya, masa mereka gak ada satupun yang kreatif dan inisiatif, sih? Masa harus aku arahin dulu harus begini, begitu," lagi-lagi Revina mengeluh.

The ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang