Setelah tiba di kafe yang Anna maksud, mereka langsung duduk di kursi yang masih tersisa dan memesan sesuatu. Hari ini pengunjung terbilang cukup banyak karena kafe ramai. Pelayannya juga nampak sedikit kewalahan melayani sebanyak ini.
"Kamu mau apa ya, Cahya?" tanya Anna setelah mengatakan pesanannya yaitu choco strawberry bounce yaitu es perpaduan antara cokelat dan stroberi, lalu di atasnya diberi topping es krim dan wafer roll.
"Saya cappucino aja," jawab Cahya setelahnya pelayannya pun pergi. Atensi Cahya kembali mengelilingi sekitar. Ramai betul ini. Apa semua orang memang sedang menikmati malam bersama pasangannya masing-masing?
"Dokter Cahya?"
Yang dipanggil pun langsung mengerjap sadar dan menoleh. "Ya?" balasnya.
"Maaf ya, kalau tempatnya ramai banget. Mungkin kamu gak nyaman," ujar Anna tidak enak hati.
"Nggak, kok." Cahya menggeleng, "saya biasa aja. Udah biasa sih nongkrong di coffee shop yang ramainya gak ketulungan, bahkan lebih dari ini," sambungnya bangga sekali. Anak tongkrongan.
"Oh, ya?"
Cahya mengangguk. "Kamu sendiri, suka mampir sini?" tanyanya balik.
"Nggak terlalu, sih. Kecuali kalau ada yang ngajak. Saya kurang suka main keluar dan sendirian," jawab Anna. Cahya kembali mengangguk paham.
Anna membuka tasnya, lalu mengeluarkan ponselnya. Notifikasi pesan masuk sampai tidak terhitung jumlahnya. Ada yang dari kantor, ada adiknya yang sepertinya meminta sesuatu, lalu ada dari Sendra. Anna ingin membukanya, tetapi keburu Cahya memanggilnya tiba-tiba.
"Eumm, ada yang mau kamu omongin, Na?" tanya Cahya.
Anna kemudian memasukkan lagi ponselnya ke dalam tas dan fokus dengan Cahya.
"Ah, begini—" baru juga ingin bersuara, pelayan kafe datang untuk mengantarkan pesanan. Akhirnya Anna terdiam sebentar sampai pelayan itu pergi. Seakan Cahya memahami suasana dan situasinya saat ini, ia langsung kembali fokus kepada Anna.
"Lanjutin lagi," ujar Cahya mempersilahkan Anna berbicara. Anna mengangguk.
"Sebenarnya, saya hanya ingin intermezzo saja dengan anda. Setelah banyaknya pertolongan dan kesediaan anda kepada ibu saya, saya jadi merasa berterima kasih sekali dan jadi tidak enak hati," jelas Anna akhirnya.
"Loh, buat apa kamu gak enak hati sama saya?" tanya Cahya lalu menyesap kopinya. Lalu keningnya berkerut sembari menatap minumannya.
"Kenapa ya, Dok? Nggak enak, ya?" tanya Anna yang masih seringkali menyebut 'dok' lalu memastikan tanggapannya setelah melihat ekspresi Cahya. Namun, Cahya menggeleng.
"Enak, kok. Jujur ini kopi yang pertama kali saya rasain pas gitu. Nggak manis, tapi nggak pahit juga," ujar Cahya yang diangguki Anna. "Jawab dong pertanyaan saya tadi." Cahya kembali bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Choice
FanfictionSella dan Sendra bukanlah pasangan suami-istri sempurna. Sikap Sendra yang begitu dingin, membuat Sella enggan kembali berjuang agar hubungannya dengan sang suami membaik. Pernikahan mereka memang tidak didasari cinta. Namun, Sella memiliki pemikira...