42|Dijauhi

4.6K 580 111
                                    

Guys, maaf banget, ya. Beberapa hari ini tuh aku rada lama up-nya. Karena sibuk 🤧

_______________________________________



Aku mati.
tubuhku berjalan, tapi ragaku tetap di tempat. Aku merasa sepi

- Eflina

. Happy reading .

Eflina hanya berjongkok bak orang bodoh di parkiran. Berharap cowok itu kembali menjemputnya.

Yang dilakukannya hanya menangis tersedu-sedu. Entah sudah berapa jam ia di sini. Menunggu Rafa-nya.

"Padahal gue cuma mau Rafa! Selalu ... gue ga bisa dapetin apa yang gue mau," ucap Eflina mengusap air matanya agar tak turun lagi.

Kepalanya berdenyut sedari tadi, seperti dihantam batu berkali-kali. Padahal, Eflina pikir hidupnya sudah berubah. Ia pikir akan bahagia sekarang. Tapi tampaknya semesta masih tak berpihak padanya.

"Bangun! Udah sore!"

Eflina membalikkan badan, menemukan Bryan yang bersandar pada mobil orang lain.

Cowok itu ... menunggu Eflina sedari tadi.

Melihat Eflina yang hanya diam, Bryan mendekat dan ikut berjongkok.
Cowok itu dengan kurang ajarnya, mengeluarkan handphone-nya dan memotret Eflina tiba-tiba. Membuat Eflina kaget bukan main.

"Jelek banget, ahahaha!" Tawa Bryan pecah melihat ekspresi Eflina di dalam handphone.

"Ih, ingusan lagi. Pfttt." Bryan menutup mulutnya berusaha menahan tawanya, tapi tetap saja dirinya tertawa terbahak-bahak.

Buru-buru Eflina mengelap ingusnya dan mengambil paksa handphone Bryan berniat menghapus, tapi sialnya handphone cowok itu memakai kata sandi membuat Eflina geram.

"Ha–pus, Bry!" ucap Eflina sesenggukan.

Bryan tersenyum jahil. Menaikkan alisnya. "Jangan nangis lagi. Baru gue hapus," pintanya.

"Mana bisa!" Air mata Eflina kembali turun, Bryan tertawa lagi.

"Bisa bego! Kalo lo niat."

Bryan maju mendekat dan mengusap air mata Eflina dengan tangannya. Dirinya terdiam memandangi wajah gadis itu. Menurutnya, sekacau apapun Eflina. Ia masih terlihat cantik sekarang.

"Lo cantik kalo ga nangis," pujinya setelah selesai menghapus air mata.

Lagi. Air mata Eflina kembali turun. Gadis itu langsung memeluk Bryan. Bryan awalnya terkejut, tapi ia mengelus punggung gadis itu pelan. Memberikan Eflina ketenangan.

"Gu–gue ga mau jauh dari Rafa ...," ucap Eflina pelan.

"Iya, nanti gue bantuin," balas Bryan tersenyum getir terus menenangkan Eflina.


*******

Setelah beberapa menit, barulah Eflina mau diajak pulang. Bryan memaksa Eflina agar gadis itu pulang dengannya. Karena jika tidak, Bryan takut Eflina nekat melakukan sesuatu.

Hening. Bryan menyetir sambil sesekali memerhatikan Eflina yang sedari tadi mengambil tissue.

Eflina menatap ke jalanan sambil mengelap air matanya dengan tisu di tangan. Berusaha menghentikan air mata yang tak kunjung berhenti.

RAFAEL : ANNOYING BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang