Song : cintaku salah||Caitlin Halderman
. Happy reading .
"Baby, liat ke sana! Hujannya deras, ya." Rania kecil menunjuk ke luar. Rafa yang duduk di sampingnya menurut, mereka mengintip percikan hujan dari dalam mobil.
"Wijaya! Liat! Ada petir!" ucap Rania lagi.
Wijaya—orang yang berperan sebagai tangan kanan keluarga Rania. Ia menatap Rania sekilas. "Iya, Nona," ucapnya tersenyum lalu kembali fokus menyetir.
"Papa! Kenapa hujan terus, sih?" Rania memasang wajah cemberutnya menatap sang Papa yang duduk di depan.
"Kalau kamu mau tau, kamu bisa tanya Bintang atau Rafa," ucap Alex.
Rania menatap Rafa. "Baby, kenapa ada hujan? Kamu bisa jelasin?"
Rafa mengedikkan bahunya. "Ga tau."
"Kamu payah! Aku tanya Bintang aja deh. Pasti dia tau!"
Mendengar nama Bintang disebut, Rafa jadi tak terima. "Aku tau kok."
"Apa?"
"Hujan itu diturunkan buat menemani kesedihan seseorang. Mungkin, malam ini ada yang nangis. Karena Tuhan baik jadi Tuhan kasih hujan supaya orang itu ada yang nemenin," jelas Rafa asal.
Mulut Rania terbuka lebar.
"Kamu hebat banget!""Rafael anak Papi Gibran!" Rafa menaikkan alisnya tersenyum.
Alex dan Wijaya terkekeh mendengar interaksi keduanya. Karena perbincangan mereka, dua anak kecil itu jadi tak terlalu takut dengan petir yang menggelegar di luar sana.
Sebentar lagi, mereka akan sampai ke bandara menjemput Mama Rania yang baru pulang dari Jerman. Padahal, Alex sudah melarang keduanya ikut, tapi Rania terus memaksa.
Karena keasyikan mendengar cerita Rania, Wijaya tidak sadar di pertigaan ada sebuah mobil yang lewat di depan mereka.
"Wijaya!" teriak Alex—Papi Rania.
Wijaya panik dengan cepat ia membelokkan mobil mereka, hampir saja tadi mobil mereka bertabrakan. Alih-alih tak jadi tertabrak, mereka justru menabrak pejalan kaki.
Wijaya menghentikan rem tepat setelah mereka menabrak seseorang. Ia dan Alex saling berpandangan.
"Tuan ... saya tidak sengaja," ucapnya takut.
"Tidak apa, mari kita cek."
"Papa, kenapa?" tanya Rania dan Rafa penasaran.
"Rafa, kamu jaga Rania! Jangan keluar! Mungkin saja ini strategi mereka untuk membegal kita," ingat Alex pada Rafa.
"Pa! Begal tukang culik maksud Papa? Ga mungkin, Pa! Itu kayaknya kita nabrak orang!" ucap Rania ketakutan.
Alex dan Wijaya keluar memastikan.
Rafa yang melihat ekspresi ketakutan Rania mendekap anak kecil itu. Air mata Rania hampil luruh. Dibandingkan dengan suara petir, Rania lebih takut kejadian ini.
"Nini diem di sini! Aku mau liat dulu." Rafa pindah ke kursi kemudi berusaha mengintip yang sedang terjadi.
"Tuan, kita menabrak seseorang," ucap Wijaya berjongkok mendekat dan memeriksa.
Eflina kecil berlari ke tengah jalan dengan air mata yang derasnya. Kaki kecilnya tak beralaskan apapun. Ia berjongkok berteriak sambil mengguncang tubuh yang terbaring di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFAEL : ANNOYING BOY
Teen FictionRafa itu ibarat serigala dan Eflina adalah mangsanya. Ya, sama seperti saat pertama kali mereka bertemu. Dengan kurang ajarnya Eflina meneriakkan nyanyian yang membuat Rafa geram. Nyanyian? Seperti apa? Yang pasti itu membuat keduanya tak akur. Seri...