Ayo, komen lagi biar aku tambah semangat ngetiknya, hehe.
. Happy reading .
"Gue mau tunangan sama orang yang sayang sama gue, Lin," ucap Rania tersenyum menatap Rafa.Eflina menatap Rafa berharap cowok itu akan memberikan penjelasan, namun Rafa hanya diam.
"Ya udah gue pergi dulu, ya. Gue mau nyari dress dulu sama Rafa, bye." Rania dan Rafa pergi dari sana.
Eflina terdiam memandangi keduanya yang tampak serasi.
Liat gue, Raf. Please, kasih tau gue kalo ini mimpi!
Eflina meremas kuat amplop putih berisi undangan tadi.
Rafa tak membalikkan badannya, hancur sudah pertahanan Eflina. Tangisan Eflina langsung pecah.
"Lo boleh sama Rania ... tapi untuk tunangan sama dia, gue ga sanggup liatnya," ucap Eflina tenggorokannya terasa sakit, tak bisa berucap lagi.
Yang ia lakukan hanya menangis sekarang. Menumpahkan semua rasa sakitnya.
"Gue bodoh ngira lo suka sama gue, Raf. Gue bodoh!" Eflina berjongkok menutupi air matanya dengan rambut panjangnya.
Rafa bisa pergi dengan Rania.
Sedangkan Eflina, ada banyak yang mencarinya, tapi ia memilih untuk mencintai Rafa meskipun sakit.
Eflina memang sering tertawa, tapi mengenai percintaan ia terus menangis.
Air mata Eflina tak mau terhenti sedari tadi, dadanya terasa sesak. Ia ingin meneriakkan bahwa ia sakit, tapi tak bisa.
Sebenarnya, Eflina terkadang mendoakan agar Rania mati saja.
Eflina iri dengan Rania.
Rania, Rania dan Rania, semua orang menyukainya tak apa, tapi Eflina tak mau jika Rafa juga menyukai Rania.
Eflina terus menangis tak memperdulikan tatapan orang-orang.
Eflina tersenyum perih mengingat bagaimana dulu ia sering bertengkar dengan Rafa.
Bermain basket, berduaan di perpustakaan, pulang bersama.
Eflina rindu semuanya, Eflina rindu Rafa. Lebih baik ia bertengkar terus dengan Rafa daripada Rafa bersikap seolah tak mengenal dirinya.
"Gu–gue rindu lo ... Raf," ucap Eflina menangis sesenggukan.
******
Entah berapa banyak tissue yang Eflina habiskan sedari tadi.
Gadis hanya diam mengusap pelan pundak Eflina memberikan Eflina kekuatan.
Suara tangisan Eflina amat kuat, ia benar-benar merasa sakit. Beruntung, kamar Gadis kedap suara jadi takkan ada yang mengetahui tangisan Eflina.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFAEL : ANNOYING BOY
Teen FictionRafa itu ibarat serigala dan Eflina adalah mangsanya. Ya, sama seperti saat pertama kali mereka bertemu. Dengan kurang ajarnya Eflina meneriakkan nyanyian yang membuat Rafa geram. Nyanyian? Seperti apa? Yang pasti itu membuat keduanya tak akur. Seri...