Selamat Pagi kalian yang jadi pelampiasan, korban pembullshitan, dan semua jiwa jiwa yang tersakiti:v
.Happy reading.
Sayup-sayup suara terdengar di telinga, panasnya terik matahari membuat gerah. Lalu lalang orang berlalu melewati rumah yang tampak sederhana itu. Sederhana, tapi beribu kenangan.
Seorang gadis keluar dari kamarnya sambil mengibaskan koran ke wajah putihnya. Gerah katanya.
Eflina Valentine Prawira, gadis yang kerap disapa Eflina itu memang memiliki nama yang estetik, tapi tidak dirinya. Kelakuannya sangat-sangat di luar nalar. Ada-ada saja tingkahnya.
"Duh, panas bat sih!" ucapnya sambil terus mengibaskan korannya berharap panas hari sedikit berkurang.
"Panas-panas gini enaknya ghibah. Suasana yang panas pun semakin panas. Asek!" ucapnya lagi.
Itu Eflina, gadis yang terkenal dengan sikap gilanya, bisa dibilang Eflina itu kembaran author. Author versi cantik, ahay!
Eflina keluar rumahnya memerhatikan sekeliling berharap ada ibu-ibu atau teman sebaya yang dapat diajak menjalankan aksinya.
Sehari ga ghibah itu hampa, boy!Dari jauh sana, Eflina melihat Bi Inah, tetangganya yang tampak memegang plastik penuh belanjaan.
"Bi Inah!" Eflina melambaikan tangannya saat Bi Inah melewati rumahnya.
"Naon atuh?" tanyanya menghentikan langkahnya.
"Ghibah, yuk!" ajak Eflina tanpa merasa berdosa.
"Heh! Jangan solimih kamu!" ucap Bi Inah, Eflina hanya terkekeh.
"Biasanya si bibik juga ngajakin saya ghibah, tuh!"
"Hus! Kok bener? Eh, tau ah!" Bi Inah jadi pusing sendiri karena Eflina.
"Bik, ayo dong! Mulut saya mau pecah-pecah ini." Eflina memasang puppy eyes-nya.
"Udah deh, kamu jangan godain bibik dong! Bibik mau masak odading ini."
"Odading mang oleh?"
"Bukan! Odading Mang Nurdin, suaminya Bi Inah," ucap Bi Inah. Tawa Eflina langsung pecah.
Eflina berusaha menghentikan tawanya. "Yaudah deh, bik. Besok-besok, ya, kita ghibahin tetangga sebelah."
Bi Inah mengangguk lalu berjalan meninggalkan pekarangan rumah Eflina. Eflina menatap sekeliling, tak ada yang menarik. Karena bosan, Eflina masuk lagi ke rumahnya.
Eflina melirik mic dan speaker yang ada di meja. Ide gila mulai muncul di otaknya. Bukan Eflina namanya, jika menghilangkan kegabutan saja tak bisa.
Eflina langsung mengambil mic-nya dan duduk di kursi plastik rumahnya.
"Tes ... tes ...." Eflina memukul mic-nya hingga berdengung beberapa kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFAEL : ANNOYING BOY
Ficção AdolescenteRafa itu ibarat serigala dan Eflina adalah mangsanya. Ya, sama seperti saat pertama kali mereka bertemu. Dengan kurang ajarnya Eflina meneriakkan nyanyian yang membuat Rafa geram. Nyanyian? Seperti apa? Yang pasti itu membuat keduanya tak akur. Seri...