. Happy reading .
Matahari bersinar cerah dari ufuk timur, burung-burung berkicau merdu bertengger manis. Ayam yang berkokok lantang membuat seorang gadis terkejut.
Eflina spontan bangkit dari tidurnya. Matanya terbuka lebar kaget saat sang ayam berkokok lagi.
"Si Joko bener-bener, ya!" Eflina menguap pelan lalu membuka jendelanya dari seberang sana ia melihat seekor ayam yang sudah berganti posisi berada di tanah mencari sisa-sisa beras.
"Joko! Berisik banget lo! Gue lagi mimpiin Rafa, bego!" Marah Eflina pada ayam yang diketahui namanya Joko.
Joko hanya diam tetap mencari makan dengan rajin. Mengabaikan orang gila yang tengah meneriakinya.
"Joko! Gue potong jadiin rendang juga lo!" ucap Eflina lagi.
Eflina menoleh pada handphone-nya yang berdering. Gadis itu berjalan ke arah meja rias dan tersenyum saat melihat tanggal berapa hari ini.
"Ini tanggal empat belas?" Gadis itu mengucek matanya berusaha memastikan. Ternyata benar, Eflina tidak salah lihat.
"Joko! Gue ultah! Thanks, ya, udah bangunin!" teriak Eflina melambaikan tangan di depan jendela pada Joko.
Joko menjauh dari hadapan Eflina. Sepertinya ayam itu lelah.
Eflina tetap tersenyum meskipun ayam tadi tak menggubrisnya. Ia segera mengambil bingkai foto dan duduk di atas ranjang.
Eflina menatap lekat bingkai itu. Di sana, ia tersenyum manis dengan seorang cowok yang bajunya tampak penuh coretan. Rafa tersenyum kaku. Eflina terkekeh mengingatnya, itu hari kelulusan Rafa. Menjelang sore, Eflina ikut bergabung dengan mereka.
"Aku ultah. Kamu ingat ga?" tanya Eflina berbicara pada bingkai itu seakan Rafa ada di dekatnya.
"LDR itu berat tauk! Seharusnya kamu di sini aja!" Eflina memajukan bibirnya kemudian tersenyum lagi. "Tapi, gimana, ya ... kamu, kan, juga punya cita-cita. Semoga cepat balik, ya."
Eflina meletakkan kembali bingkai tadi lalu segera masuk ke kamar mandi.
Berat memang untuk LDR bagi Eflina dan Rafa, tapi keduanya saling memberi kabar.
Tahun pertama Rafa kuliah, cowok itu amat sering menelponnya. Melarang Eflina untuk jangan berdekatan dengan Bryan. Tahun kedua ini, keduanya mulai jarang memberi kabar karena kesibukan Rafa bertambah. Eflina hanya mendoakan yang terbaik saja bagi pacarnya.
Menjadi mahasiswi ternyata lebih sulit daripada menjadi gadis SMA. Sekarang Eflina harus fokus demi masa depannya. Terkadang ia mengambil pekerjaan paruh waktu agar kebutuhannya tercukupi.
"Happy valentine, Sayang!"
Eflina melirik ke pasangan di depannya di mana sang pacar memberikan buket bunga dan beberapa bungkus coklat. Keduanya sangat bahagia.
Eflina tersenyum miris, sedari tadi ia terus melihat pemandangan ini. Ini hari valentine, bertepatan dengan ulang tahunnya, tapi sepertinya Eflina tidak akan mendapatkan coklat atau ucapan dari Rafa.
Senyuman kebahagiaan tadi pagi luntur begitu saja saat tak ada panggilan dari Rafa sekedar mengucapkan selamat ulang tahun untuk Eflina.
Eflina tersentak kaget saat sebuah tangan menyentuh pundaknya. Ia berbalik badan menemukan Bryan.
"Nih."
Eflina mengambil coklat pemberian cowok itu. "Thanks, Bry." Bryan mengangguk.
Dalam hati Bryan tersenyum senang. Cowok itu baru saja melakukan kejahatan kecil. Mau tau apa? Cowok itu tidak memberikan coklat titipan seniornya. Padahal bisa terbilang cukup banyak yang menitipkan coklat pada Bryan, tapi Bryan hanya menyimpannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFAEL : ANNOYING BOY
Teen FictionRafa itu ibarat serigala dan Eflina adalah mangsanya. Ya, sama seperti saat pertama kali mereka bertemu. Dengan kurang ajarnya Eflina meneriakkan nyanyian yang membuat Rafa geram. Nyanyian? Seperti apa? Yang pasti itu membuat keduanya tak akur. Seri...