Dipecat dari pekerjaannya. Eflina jadi tidak semangat melakukan apapun. Apalagi ini akhir bulan membuat Eflina jadi kelimpungan sendiri.
"Laura ... argh, sialan!" Eflina mengacak rambutnya frustasi. Dapat ia tebak ini pasti ulah Mami Laura.
"Kak Lina," panggil Efan mengetuk pintu kamar Eflina.
"Paan?"
"Ini udah pagi. Kakak ga ke sekolah?"
Eflina memukul pelan kepalanya. Bagaimana bisa ia lupa jika ini hari Kamis. Masih sekolah.
"Ntaran. Lo pergi duluan aja," ucap Eflina. Hening. Tak ada siapa-siapa lagi, sepertinya Efan sudah pergi.
Eflina keluar dari kamarnya lengkap dengan seragamnya. Gadis itu duduk lesehan ditemani telur ceplok dihiasi dengan kecap dan segelas air putih. Ah, mantap!
Tok- tok ....
Eflina terganggu dengan suara orang yang mengetuk pintunya. Menganggu makannya saja. Ia segera cuci tangan dan berjalan ke depan.
"Iya, bentar," ucap Eflina.
Eflina membuka pintu dan menemukan Bryan yang berdiri sambil tersenyum menenteng tasnya.
"Ngapain lo ke sini?!"
"Mau jemput lo."
"Ngga, Bry. Sorry!" Eflina hendak menutup pintu dengan cepat kaki Bryan menahannya.
"Aduh, kaki gue woi! Kejepit!" Bryan mengadu kesakitan. Eflina terkekeh.
"Mampus!"
"Buka dulu pintunya. Sakit ini kaki gue," ucap Bryan.
Eflina mengalah. Ia membuka pintu rumahnya. "Tunggu dulu gue make sepatu. Abis itu kita berangkat."
Bryan tersenyum penuh kemenangan.
"Lin, Norwegia itu di mana, ya?" tanya Bryan saat motor mereka dikemudikan amat pelan oleh Bryan.
Lumayan, bisa lama-lama sama Eflina!"Mana gue tau!" balas Eflina kesal.
"Lo tau ga kenapa Ana sama Elsa tinggalnya di Norwegia?"
"Ga taulah!" Eflina meninju bahu Bryan. Cowok itu menyebalkan.
"Karena kalo di Arab namanya Ana Ente," ucap Bryan terkekeh. Eflina hanya menggeleng. Dasar fucekboy.
"Ini lagi, nih, ada lagi." Sambung Bryan makin melambatkan motornya.
"Apaan, sih, Bry? Ini motor lo napa lama amat, sih? Modus banget lo!" Eflina meninju Bryan lagi.
"Tau aja, hehe." Bryan nyengir lebar.
Eflina memalingkan wajahnya. Kesal. Bryan sengaja melambatkan motornya. Coba kalau Rafa, Eflina pasti mau. Ups, ngarep.
Lampu merah. Bryan menghentikan motornya sambil sesekali menyugar rambutnya menatap genit anak SMP yang lewat. "Nanti kelas X masuk Aquarius, ya, biar ketemu cogan," goda Bryan. Mereka jadi salah tingkah.
Eflina menggeleng. Sudah paham dengan kebiasaan Bryan. Bryan tidak menyukainya, ia hanya senang menggoda Eflina dan mengejeknya.
Pandangan Eflina tertuju pada mobil hitam yang sangat Eflina kenali. Tulisan ANDERS di sana membuat Eflina yakin kalau itu Rafa. Posisi mereka berdampingan, apa tadi Rafa berniat menjemputnya?
"Bry," panggil Eflina.
"Apa sayang?"
"Serius bego!" Eflina menoyor kepala Bryan membuat Bryan meringis.
"ini mobil sebelah si Rafa, ya?" bisik Eflina.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFAEL : ANNOYING BOY
Teen FictionRafa itu ibarat serigala dan Eflina adalah mangsanya. Ya, sama seperti saat pertama kali mereka bertemu. Dengan kurang ajarnya Eflina meneriakkan nyanyian yang membuat Rafa geram. Nyanyian? Seperti apa? Yang pasti itu membuat keduanya tak akur. Seri...