Langsung baca aja
Salam love oranye 🧡
"Alsya?" Mela lantas memeluk Sekar. Sementara Sekar yang dipeluk secara tiba tiba mendapati getaran aneh pada dirinya.
"Mama kangen banget sama kamu, Sya,"
"Udah lama gak ketemu. Kenapa baru main sekarang?"
"Aksa gangguin kamu ya? Sampai gak mau liatin mama lagi,"
Mela terus melontarkan pertanyaan-pertanyaan aneh pada Sekar sambil mengelus Surai panjang gadis itu. Aksara yang melihat Mela mulai kehilangan kendalinya, buru-buru meletakkan paper bag yang dipegangnya ke atas meja.
"Mah. Dia bukan Alsya" ujar Aksara dengan muka cemas melihat Mela yang sudah berlinang air mata melepas rindu pada Alsya. Aksara berusaha melepaskan pelukan Mela yang semakin erat pada Sekar. "Mah, lepasin Sekar"
"Mama masih kangen banget sama Alsya. Kamu kenapa gak bilang kalau Alsya udah pulang?"
Aksara merasa untuk melepas pelukan erat itu tak akan membuahkan hasil. Ia menghela nafas pelan. Menatap Mela dengan pandangan prihatin sekaligus sedih.
"Mah,"
"Alsya udah gak ada, mah. Mama kan yang ngantar Alsya ke tempat peristirahatannya yang terakhir?" Ujar Aksara dengan nada berat. Hatinya terasa teriris bila harus mengingat kejadian setahun yang lalu. Perlahan Mela melepaskan pelukan itu. Menatap Sekar yang memiliki wajah serupa dengan Alsya.
"Mama tenang ya. Ada Aksa disini," kata Aksara berdiri dihadapan Sekar dan langsung memeluk Mela yang mulai terisak.
Sekar bingung dengan yang terjadi. Alsya? Siapa Alsya? Dan kenapa tadi mama Aksara memeluk dirinya? Keadaan semakin canggung bagi Sekar. Ia menepuk pelan pundak Aksara. Membuat laki-laki bercincin karet hitam dikelingkingnya menatap dirinya.
"Gue pulang dulu ya, lo temenin mama lo aja dulu."
"Salam buat mama lo, Aksa."
Aksara mengangguk. Pintu utama terbuka, tubuh Sekar menghilang dibaliknya.
🦄🦄🦄
Dimeja makan yang luas, dengan berbagai menu sarapan sudah terhidang disana. Seolah menu sarapan itu ditujukan untuk sebuah keluarga yang sedang berkumpul di satu meja yang sama. Nasi goreng, sandwich, roti yang sudah diolesi dengan selai coklat kesukaan tuan putri mereka, dan ada susu coklat dan air putih yang sudah tersedia disana. Namun sayang, satu keluarga yang diidam-idamkan berkumpul bersama itu hanyalah khayalan belaka milik Sekar. Nyatanya ia hanya berdua dengan Farki, abangnya.
"Bang, Sekar duluan ya." Gadis bergelang angsa itu menyeruput susu coklat miliknya.
Farki melihat kearah piring milik Sekar yang berisi nasi goreng buatan bik Inah. "Itu nasi goreng lo aja belum habis dek, setengah lagi. Habisin dulu," suruh Farki.
"Udah telat, bang"
Farki melihat jam hitam yang melingkar ditangannya. "Masih setengah jam lagi, habisin dulu,"
Sekar berdiri, mendorong kursi kebelakang sambil meraih tas yang ia letak di kursi yang kosong. Gadis dengan rompi merah, rok selutut berwarna hitam dan bergaris putih dibawahnya serta kaus kaki panjang selutut berwarna hitam bergaris putih diatasnya berjalan dengan anggun. Dua langkah ia berjalan, langkah itu terhenti setelah mendengar apa yang Farki katakan. "Kamu berangkat sama Abang,"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKARAKSARA (✓) [Revisi]
Teen Fiction[HARAP MEMBACA CHAPTER TERAKHIR DI CERITA INI TERLEBIH DAHULU] -----***----- Ini bukan cerita tentang pertemuan seorang gadis lugu dengan laki-laki bengis dan kejam, dan juga bukan pertemuan antar geng yang kuat serta merebutkan seorang gadis ataupu...