Alvian segera memutar audio itu. Apa yang didengar membuat hatinya mencelos. Seperti ada ribuan jarum menusuknya berulang kali tanpa henti.
Pintu terbuka. Alvian melihat Sekar yang sedang duduk sambil memainkan ponsel nya.
"Hai." Sapa Alvian sambil mengelus puncak kepala Sekar.
"Al, ngapain nyuruh gue kesini?" Tanya Sekar sambil memasukkan ponselnya ke saku rok.
"Bawa titipan gue?" Sekar mengernyit. Titipan apa?
"Emangnya apa?" Tanya Sekar. Alvian menghembuskan napasnya. Ragu mulai menguasai hatinya.
"Berdiri dulu." Sekar segera berdiri dihadapan Alvian.
Alvian menyelipkan rambut Sekar kebelakang telinga gadis itu. Sekar tersenyum manis. Ia suka diperlakukan lembut seperti ini.
"Hati gue di sampul buku lo." Kata Alvian. Sekar seakan tersadar. Jadi itu titipan yang Alvian maksud? Buku itu berada di tasnya. Bodoh! Kenapa ia bisa lupa.
"Mana?" Pinta Alvian.
"Di tas gue," jawab Sekar, "gue ambil bentar!"
"Gak usah!" Alvian menahan tangan Sekar, "gue mau bicara, Kar."
"Bicara apa, Al?" Mendadak suasana berubah menjadi serius. Ditambah Alvian yang menggenggam tangan Sekar. Menatap mata gadis dihadapannya dengan begitu lekat. Jantung Alvian tiba-tiba berdetak tidak karuan.
"Sekar, gue suka sama lo. Gue tau kalau waktu itu lo udah denger. Tapi sekali lagi, didepan lo. Gue nyatain perasaan gue yang sebenarnya." Alvian menjeda ucapannya, "dan buktikan kalau apa yang gue denger itu gak bener."
Sekar mengernyit. Apa memang yang Alvian dengar?
"Tapi Al-"
"Gue sayang sama lo, Sekar. Gue janj-" dengan cepat Sekar menggeleng dan meletakkan telunjuknya dibibir Alvian.
"Jangan janji, Al. Gue takut kesalahan yang sama bakal terulang."
"Gue bakalan berubah Sekar. Kali ini gue tulus,"
"Lo mau kan jadi pacar gue?" Ujar Alvian dengan sorot mata penuh harap pada Sekar, dan dapat dilihat jelas bahwa pancaran itu menunjukkan ketulusan.
"Jawab Sekar," Alvian mengeratkan genggamannya.
Bagaimana bisa Alvian memintanya sebagai pacar? Sekar bingung harus mengatakan apa pada Alvian.
"Ta-tapi Al... Gue-"
"Kenapa, hm?"
Sekar menggeleng, bagaimanapun juga ia harus jujur dengan Alvian dan tidak bisa bila harus memaksakan perasaannya. "Maaf Alvian. Tapi gue gak bisa." Sekar melepaskan genggamannya.
"Berarti bener kalau lo cuma nganggap gue sebagai temen lo doang?"
"Kenapa? Lo kaget gue bisa tau?" Kata Alvian seakan tau apa yang dipikirkan oleh Sekar.
Alvian mengeluarkan ponselnya dan memutar audio yang tadi ia terima sebelum memasuki lab fisika. Ia memutarnya dengan volume yang besar agar Sekar bisa dengan jelas mendengarnya.
Terus kak Al gimana?
Vio? Batin Sekar.
Gimana apanya?
Lo kan suka sama kak Al.
Gue gak pernah suka sama Alvian. Sama sekali gak pernah. Gue cuma anggap dia sebagai temen doang.
Kenapa, Kar? Bukannya kak Al selalu ada buat lo?
Risma? Batin Sekar lagi.
Bukan berarti yang selalu ada, itu yang jadi pilihan gue. Ya kali gue sama Alvian. Kaya gak ada cowok lain aja? Masa iya gue ambil bekas Valin!
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKARAKSARA (✓) [Revisi]
Teen Fiction[HARAP MEMBACA CHAPTER TERAKHIR DI CERITA INI TERLEBIH DAHULU] -----***----- Ini bukan cerita tentang pertemuan seorang gadis lugu dengan laki-laki bengis dan kejam, dan juga bukan pertemuan antar geng yang kuat serta merebutkan seorang gadis ataupu...