----------------------------*-----------------------
Setelah dari pemakaman Aksara tidak langsung membawa Sekar pulang melainkan mampir ke Warbun untuk sarapan nasi goreng buatan bunda yang super enak itu! Aksara sendiri tidak tahu apakah bunda sudah membuka warung sepagi ini atau belum.
"Turun lo!" Kata Aksara saat keduanya tiba di Warbun. Bunda masih menata barang dagangannya sebelum Warbun benar benar dibuka. Dibantu dengan Elis yang sibuk menyusun mie di etalase.
"Assalamu'alaikum bunda."
"Waalaikumsallam tumben pagi-pagi udah mampir? Eh, ada cah ayu.."
"Assalamu'alaikum bunda." Kata Sekar mengucapkan salam seperti yang Aksara lakukan.
"Kak Aksara!" Panggil Elis. "Kakak yang lain mana?" Tanya seorang anak perempuan yang bisa diperkirakan berusia tiga belas tahun.
"Molor," jawab Aksara seadanya.
"Kakak cantik siapa namanya?" Elis menjulurkan tangannya dihadapan Sekar.
Sekar menyambutnya seraya tersenyum. Sepersekian detik berikutnya mata Sekar menyipit ketika melihat sebuah bandul di kalung yang Elis pakai. Bandul itu, sangat persis dengan bandul miliknya.
"Nama kakak siapa?" Tanya Elis sekali lagi.
"Se-Sekar.." pandangan Sekar terus tertuju pada bandul di kalung Elis. "Bandul gue.." gumam Sekar.
"Elis, kak" Elis sudah melepaskan uluran tangannya.
"Duduk!" Aksara menarik Sekar namun gadis itu hanya diam ditempat. Matanya mulai berkaca-kaca, ia yakin itu adalah bandulnya. Terdapat goresan di sayap Angsa itu.
"Duduk, gue laper. Ayo!"
"A-Aksa.."
"Bandul gue," euforia sepertinya sedang berada di diri Sekar. Bahkan air matanya menetes dari sebelah kanan, menandakan betapa bahagianya ia saat ini.
"Bisa gak sih jangan ngomongin bandul lo dulu. Gue laper!"
Sekar segera mendekat pada Elis yang sedang meletakkan sebotol saos dan kecap pada setiap meja.
"Elis!"
"Iya kak?"
"Ini bandul gue. Angsa ini punya gue!" Sekar hampir saja menarik paksa kalung yang melingkar dileher Elis.
"Lo apa-apaan sih! Itu Elis kesakitan." Aksara menjauhkan tangan Sekar dari Elis.
"Bandul itu punya gue Aksara. Gue mau ambil!"
"Tapi ini punya Elis, kak!"
Sekar menggeleng kuat. Ia menatap Aksara agar cowok itu percaya padanya. "Itu punya gue Aksara. Lo percaya kan sama gue?"
"Elis, buka sebentar kalungnya." Kata Aksara berusaha membujuk Elis.
"Enggak. Ini punya Elis, kak!"
"Kakak liat, Elis," kata Aksara lembut. "Buka ya, Lis?"
"Enggak. Ini punya Elis!" Elis terus menolak saat Aksara memintanya.
"Kakak liat Elis!" Sorot dingin dan tajam Aksara menatap Elis. Ia paling tidak suka bila kesabarannya di uji. Takut melihat Aksara marah, Elis segera membuka kalungnya dan memberikannya pada Aksara.
Aksara melihat dengan jelas bandul itu. Terdapat goresan dibagian sayapnya persis seperti yang pernah Sekar katakan padanya.
"Aksara, bandul gue" kata Sekar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKARAKSARA (✓) [Revisi]
Fiksi Remaja[HARAP MEMBACA CHAPTER TERAKHIR DI CERITA INI TERLEBIH DAHULU] -----***----- Ini bukan cerita tentang pertemuan seorang gadis lugu dengan laki-laki bengis dan kejam, dan juga bukan pertemuan antar geng yang kuat serta merebutkan seorang gadis ataupu...