Pintu terbuka bersamaan dengan keluarnya dokter dan seorang suster yang berada dibelakangnya. Valin langsung melepas pelukannya dan berlari menghampiri dokter Seka yang merupakan adik dari mamanya. Untuk sesaat Valin terdiam, menepis segala pikiran buruk yang ada di kepalanya saat melihat raut sedih dari dokter Seka.
"Gimana mama saya dok?" Dokter Seka masih bergeming ditempatnya.
"DOKTER JAWAB! MAMA SAYA GIMANA?!" Valin berteriak sambil mengguncang kedua lengan dokter Seka. Matanya sudah berkaca-kaca menatap dokter Seka yang masih diam sambil menatapnya.
"Pasien atas nama Rima telah meninggal dunia pada pukul 18.05 Wib karena penyakit kanker otak yang di deritanya."
Valin segera berlari memasuki ruangan dimana mamanya di rawat. Bibirnya bergetar menahan air mata yang siap membasahi pipinya
Dunianya hancur saat orang yang ia sayangi sekali lagi direnggut paksa olehnya.
"MAMA!" Valin mengguncang tubuh Rima yang telah kaku di atas brankar, bibir yang pucat dan suhu tubuh yang dingin seolah menjelaskan bahwa apa yang dokter Seka katakan adalah benar.
"Mama bangun, ma.."
"Mama!"
"Jangan tinggalin Valin, ma"
"Buka mata mama!"
"Valin disini ma.."
"Valin disini.."
Valin terus membangunkan Rima, berharap ada satu kesempatan lagi untuk ia bisa membahagiakan mamanya. Baginya Rima adalah dunia nya, dan saat ini yang ia lihat dunia itu telah hancur berkeping-keping. Bahkan ia belum sempat mengabulkan permintaan terakhir Rima. Isak tangis serta air mata terus mengalir tiada henti membasahi wajahnya.
"Mama bangun ma, Valin sama siapa kalau mama gak ada?"
"Mama bangun ma!"
"Mama mau ketemu Al kan?"
"Valin bakalan bawa Al ma, Valin janji bakalan bawa Al untuk mama.."
"Valin mohon ma buka mata mama.."
"Valin bakal telpon Al ma!"
"Mama mau dengar suara Al kan ma?"
"Valin putar sekarang disamping telinga mama.."
Halo Tante Rima. Eh, bukan Tante tapi bunda Rima. Bunda harus sembuh ya! Al janji kalau bunda sembuh Al bakalan bahagiain bunda. Al bakalan selalu ada untuk bunda begitu juga untuk Valin. Al bakalan sering main kerumah untuk liatin bunda. Bunda juga harus janji, jangan telat minum obatnya jangan telat makan juga. Al sayang bunda juga Valin.
Bahkan janji yang terucap saat itu kehadirannya tak ada disaat terakhir hidup Rima.
Rekaman itu terus berputar berulangkali disamping telinga Rima. Valin memeluk tubuh Rima. Gadis itu tersentak saat tangan Rima tak membalas pelukannya. Air matanya kembali mengalir, untuk pertama kalinya Rima tak membalas pelukannya. Dan saat itu terjadi ketika nyawa telah pergi meninggalkan raganya.
"Mama kenapa gak peluk Valin?"
"Mama gak sayang Valin?
"Mama bangun, buka mata mama. Valin disini ma.."
"Anak mama disini,"
Al sayang bunda juga Valin.
"ENGGAK! DIA GAK SAYANG MAMA!" Valin tiba-tiba melempar ponsel hingga hancur menghantam dinding. Sekar dan Aksara yang berada tak jauh dari Valin terkejut melihat sikap Valin yang spontan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKARAKSARA (✓) [Revisi]
Teen Fiction[HARAP MEMBACA CHAPTER TERAKHIR DI CERITA INI TERLEBIH DAHULU] -----***----- Ini bukan cerita tentang pertemuan seorang gadis lugu dengan laki-laki bengis dan kejam, dan juga bukan pertemuan antar geng yang kuat serta merebutkan seorang gadis ataupu...