27. Trauma

356 27 0
                                    

Hai, apa kabar semuanya?

Gak bosen bosen aku nanyain kabar kalian, karena sekarang lagi zaman gak enak🤪

Tetap patuhi protokol kesehatan ya!💙💙

Siap baca chapter ini?👍

✨✨🧡🧡🧡

Happy reading guys

🦢🦢🦢


"Gue anter lo pulang,"

Sekar dan Aksara berjalan di trotoar dengan mengenakan seragam sekolah yang berbeda. Jalanan sore tidak seperti biasanya, karena kali ini jalanan terlihat lengang, suara klakson yang biasa berbunyi nyaring bersahut sahutan kini terasa sepi karena suara itu sedang meliburkan diri.

Sedari tadi Aksara terus menggenggam tangan Sekar. Perpaduan antara hangatnya telapak tangan milik Sekar begitu klop dengan telapak tangan milik Aksara yang terasa dingin.

Entah lah, cowok itu merasa telapak tangannya lebih dingin dari biasanya. Berada didekat Sekar menimbulkan dampak yang luar biasa baginya.

Aksara tersentak saat Sekar melepaskan genggaman itu. Entah kenapa hatinya merasa terusik dengan sikap Sekar yang seperti ini. Gadis itu lebih banyak diam dari biasanya.

Sementara Sekar merasa lega saat genggaman itu berhasil ia lepaskan. Hatinya merasa nyeri ketika harus mengingat bagaimana Aksara menghina dirinya waktu itu.

Perkataan cowok itu benar-benar melukai dirinya. Terlebih Aksara telah menghina bandul Angsa pemberian kakeknya.

Sekar mendongakkan kepala menatap langit sore yang samar-samar mulai mengeluarkan guratan jingga yang indah. Pandangan gadis itu tidak sedang baik-baik saja. Hanya langit yang dapat melihat pandangan penuh luka itu. Tidak siapapun kecuali dirinya.

Aksara mengikuti arah pandang Sekar. Baginya menatap sunset bersama gadis disampingnya terasa lebih baik dan dapat menenangkan pikirannya.

Hatinya menghangat ketika berada disamping Sekar, tapi cowok itu tak pernah tau bagaimana hati Sekar saat dekat dengan dirinya.

Apakah kehangatan itu sama dengan yang ia rasakan?

"Sekar?"

"Hm?"

"Sorry,"

Sekar menatap Aksara. Ia mendengar nada penyesalan ketika cowok itu mengucapkannya. Apa benar Aksara menyesali perbuatannya?

Atau ini hanya perasaannya saja?

Entah lah. Banyak pertanyaan yang ingin kedua insan itu utarakan. Tapi tak ada satupun dari mereka yang mengucapkannya. Semua terasa canggung bagi keduanya.

"Gak papa," jawab Sekar mengalihkan pandangannya.

"Setelah gue ngehina lo?" Tanya Aksara berhasil membuat langkah keduanya terhenti.

Sekar tertawa untuk sesaat. Tawa yang Aksara dengar menjelaskan betapa kecewanya Sekar saat ini.

"Makanya kalau ngomong di rem, Aksara"

Laki-laki itu masih diam, bingung harus berbicara apa setelah ini.

Nyatanya mengakui sebuah kesalahan jauh lebih sulit dibandingkan sekedar mengucap kata maaf.

"Gue gak papa Aksara!" Ujar Sekar gemas lalu mencubit kedua pipi Aksara menggunakan tangan halusnya.

Aksara terkejut bahkan tak menyangka bahwa Sekar akan melakukan ini padanya.

SEKARAKSARA (✓) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang