Sesampainya di depan stand nasi goreng, tiba-tiba tangan Sekar langsung ditarik menjauh dari sana oleh seseorang.
Sekar terus berusaha melepaskan cekalan tangannya. Demi apapun perut gadis itu sangatlah lapar hari ini.
"Al!"
"Lo apaan sih, main tarik-tarik aja?"
"Lepasin Al!"
Sekar menatap heran saat Alvian membawanya ke Lab Fisika.
"Mau ngapain kita disini-"
"Al?"
"Ini elo?" Sekar sungguh terkejut dengan penampilan Alvian yang selalu rapi kini tampak begitu berantakan. Baju kusut, rambut berantakan wajah yang murung dan terlihat kantung mata yang sebelumnya tak pernah ada disana. Alvian lebih mirip dengan orang yang sedang mempunyai masalah yang begitu berat, bahkan mendekati kata frustasi. Tapi apa?
"Kar..." Alvian menenggelamkan kepalanya di bahu Sekar. Mencari kenyamanan dan memeluk tubuh Sekar dengan begitu erat.
"Gue harus gimana?" Tanya Alvian terdengar nada putus asa disana.
"Maksud lo apa, Al? Gue gak ngerti,"
Alvian melepaskan pelukannya, menatap Sekar yang terlihat bingung disana.
"Gue udah minta maaf sama Valin, udah dateng ke rumahnya. Tapi dia gak mau maafin gue apalagi nemuin gue. Gue ngerasa bersalah. Gue salah. Gue bodoh! Bodoh, kenapa waktu itu gak turutin kemauan Valin! Gue gak tau kalau itu hari terakhir bunda Rima,"
"Aaaarrrggghh.."
Tangan Alvian terhenti saat Sekar berada tepat dihadapan dinding yang ingin ia pukul.
"Gue nyesel, Kar. Gue nyesel! Bodoh karena gue udah egois! Gue lupa janji gue sama bunda,"
"Aaarrgghhh.."
"Alvian udah!" Sekar menahan tangan Alvian yang terus menjambak rambutnya membuat penampilannya semakin kacau.
"Lo tenang dulu.."
"Tenang gimana maksud lo? Gue dihantui rasa bersalah terus. Gue nyesel Sekar. Gue nyesel.."
"Lo duduk dulu disini," Sekar membawa Alvian untuk duduk di salah satu kursi yang ada disana. Membukakan sebotol air untuk meredakan emosi Alvian.
"Minum dulu, Al.."
"Gue harus apa, Kar?" Tanya Alvian mendongak menatap Sekar yang berdiri dihadapannya.
Sekar menggigit bibir dalamnya berusaha mencari cara untuk membantu Alvian. Bagaimanapun sepenuhnya bukan salah Alvian. Ada takdir yang memiliki peranan lebih besar disana.
Sekar terkejut ketika Alvian memeluk pinggangnya, menenggelamkan kepalanya di perut Sekar.
"Al, gue bis-"
Kriuk... Kriuk.. kriuk..
Sekar memejamkan matanya saat suara keramat yang tak diinginkan itu berbunyi. Malu? Sudah pasti.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKARAKSARA (✓) [Revisi]
Teen Fiction[HARAP MEMBACA CHAPTER TERAKHIR DI CERITA INI TERLEBIH DAHULU] -----***----- Ini bukan cerita tentang pertemuan seorang gadis lugu dengan laki-laki bengis dan kejam, dan juga bukan pertemuan antar geng yang kuat serta merebutkan seorang gadis ataupu...