47. Kesempatan

656 32 1
                                    

Pintu terbuka, dokter keluar dengan ekspresi yang tak bisa dijelaskan membuat mereka menerka-nerka bagaimana kondisi Sekar?

"Adik saya gimana, dokter?" Tanya Farki.

Dokter menghela nafasnya, membuat mereka tak sabar menunggu jawaban dari dokter tersebut.

"Saya dan tim sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan pasien, namun—"

"Kenapa dokter?" Aksara menyela ucapan dokter, nafasnya memburu. Ia tak siap bila harus menerima berita buruk tentang Sekar. Percayalah mereka sungguh khawatir dengan kondisi Sekar saat ini.

"Nyawa pasien tidak dapat tertolong."

"Enggak dokter! Adik saya orang yang kuat! Gak mungkin Sekar pergi, gak mungkin!" Tolong bangunkan Farki dan katakan bahwa ini hanya mimpi. Ia tak siap bila adiknya pergi meninggalkannya. Dan bagaimana dengan orangtuanya? Apa yang harus ia katakan!

"Dokter, sekali lagi periksa keadaan Sekar! Berapapun yang dokter inginkan bakal saya bayar. CEPETAN PERIKSA!" Aksara membentak dokter lantaran ia tak menyangka bahwa ini bakal terjadi secepat itu.

Tolong tuhan, selamatkan Sekar dan beri ia satu kesempatan untuk minta maaf pada Sekar! Batin Aksara. Cowok itu mengacak rambutnya frustasi. Dulu ia kehilangan Alsya, sekarang Sekar. Dua gadis yang dapat menyita perhatiannya selama ini. Cukup Alsya yang lebih dulu dipanggil, ia tidak akan merelakan Sekar untuk pergi.

"Kalau begitu saya permis—"

"DOKTER, JANTUNG PASIEN KEMBALI BERDETAK!" Salah satu suster berteriak dari dalam.

Seluruh pandangan langsung mengarah pada suster yang berada didalam. Farki yang ingin ngotot untuk masuk langsung di hadang oleh suster yang berjaga.

"Maaf, mas. Mas tidak boleh masuk!"

"Adik saya sus!"

"Tolong biarkan dokter bekerja!"

"Far, udah Far!" Vero mendorong Farki agar menjauh dari pintu ruangan Sekar, tempat gadis itu di rawat.

"Adek gue, Ver.. adek gue!" Ujar Farki yang tak tahan membuat dirinya meluruh kelantai dan bersandar pada dinding di belakangnya.

Vero hanya mengangguk, ikut mendudukkan dirinya di samping Farki. Memberikan kekuatan pada sahabatnya itu. Disusul Idan dan Saga.

Sementara di kursi tunggu, Aksara hanya berdiam terus merapalkan doa untuk keselamatan Sekar. Malam ini, karenanya Sekar celaka.

Sudah lama Dhafa tak melihat Aksara dengan keadaan Sekacau ini. Terkahir ia melihat Aksara seperti ini ketika kepergian Alsya beberapa tahun yang lalu, dan itu sangat membuat Aksara terpukul. Harapannya sama dengan yang lain, yaitu Sekar selamat dan Aksara diberikan kesempatan untuk meminta maaf pada Sekar.

"Sabar, Sa. Percaya, Sekar pasti berjuang didalam sana!" Dhafa berucap sambil menepuk pundak Aksara beberapa kali.

Setengah jam berlalu, pintu ruangan kembali terbuka. Dokter keluar bersama seorang suster dibelakangnya.

Farki lantas berdiri dan menemui dokter tersebut, "gimana adik saya dokter?"

Dokter tersenyum, "pasien memang orang yang kuat. Sekar selamat dan ini karena kebesaran dari Tuhan."

Semua orang menghembuskan nafasnya lega. Terutama Aksara, ia bersyukur Tuhan masih mendengar doanya. Ia berjanji tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk minta maaf pada Sekar, dan apapun konsekuensinya setelah ini ia akan terima.

"Saya mau liat adik saya dokter," kata Farki yang langsung di tahan oleh dokter tersebut.

"Maaf, mas. Pasien baru saja melewati masa kritis nya. Jadi biarkan pasien istirahat."

SEKARAKSARA (✓) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang