42. Penyesalan

1.1K 43 0
                                    

Mela telah tidur setelah dokter memeriksa keadaannya dan untuk Elma gadis itu juga sudah pulang setelah memberi salep kulit ditangan Mela yang sedikit melepuh.

Kini di ruang tamu ada Aksara dan Dhafa. Sedari tadi kedua kakak beradik itu memilih diam. Membiarkan Aksara untuk meredam segala emosinya kepada Sekar. Sementara Dhafa sedari tadi terus menatap Aksara dengan tajam.

"Bodoh!" Kata Dhafa yang jelas tertuju pada Aksara.

"Maksud lo apa ngomong kaya gitu!"

"Lo bodoh!" Ulang Dhafa sekali lagi, "bahkan lo gak tau kejadiannya!"

Aksara berdecak kesal. Ia membenci Dhafa yang penuh dengan teka-teki seperti ini, "ngomong lo yang jelas!"

"Bukan Sekar, tapi Elma,"

"Maksud lo?" Aksara tak paham dengan apa yang Dhafa katakan. Serius deh, Dhafa itu hobi banget buat Aksara mikir!

"Gue liat Elma dorong Sekar. Gue mau nolongin tapi lo keduluan masuk,"

"Jadi bukan-"

"Bukan," Dhafa menyela ucapan Aksara. Adiknya itu terlalu bodoh bila berurusan dengan perempuan, "sup nya tumpah karena Elma sengaja dorong Sekar. Lo bodoh Aksara!"

Beneran deh, Dhafa itu kesel banget sama Aksara!

Dhafa beranjak dari duduknya, lalu berbalik badan menatap Aksara yang terdiam di tempatnya sekarang. "Sekar itu mirip sama Alsya, dan apa yang lo bilang sama Sekar itu udah nyakitin dia!"

Dari awal Dhafa memang tidak suka melihat Elma bersama Aksara. Jadi tak heran bilang saat ini Dhafa mendukung penuh pada Sekar.

Abangnya itu benar, Aksara memang bodoh. Bahkan ia tak melihat ketulusan Sekar pada Mela. Hanya satu kesalahan yang gadis itu lakukan melupakan segala kebaikan yang pernah Sekar kasih padanya. Seharusnya Aksara yang tidak pernah bersikap seperti itu pada Sekar. Dan sekarang apa yang harus ia lakukan? Hati itu bahkan sudah terluka akibat perkataannya.

Seharusnya ia mendengarkan penjelasan Sekar, bukan seperti ini! Aksara mengacak rambutnya, ia benar benar bingung. Sudah dapat dipastikan bahwa Sekar tidak akan mau memaafkannya. Lalu bagaimana dengan mamanya? Bahkan Mela sangat menyayangi Sekar. "Aaarrgghhh..." Aksara menendang meja dihadapannya. Menimbulkan suara nyaring yang mengisi kesunyian ruang tamu rumahnya.

"Alsya.. Alsya.. mama kangen.." sayup sayup Aksara mendengar suara mamanya yang mengigau.

Aksara membuka pintu kamar Mela disusul Dhafa dibelakangnya.

"Alsya.."

"Ma, bangun ma.. Aksa disini," ujar Aksara seraya mengelus kepala Mela.

"Alsya.."

"Ma, bangun ma. Ada Dhafa sama Aksara disini.."

"Bangun ma.."

"Alsya!" Mela terbangun dengan keringat dingin membasahi pelipisnya. Aksara membantu Mela untuk bersandar dan Dhafa mengambil segelas air di atas nakas.

"Alsya mana?" Tanya Mela mencari keberadaan Sekar.

"Jawab Aksa. Alsya mana?"

"Mama tidur lagi ya, udah malam, ma. Alsya juga udah tidur." Tiba-tiba ponsel Aksara berdering dari saku celananya.

Ada apa Farki menelponnya di jam segini?

"Halo bang!"

"Adek gue dimana? Kenapa dia belom pulang!"

"Apa, Sekar belum pulang?"

"Cepet lo cari adek gue! Atau lo gue habisin!"

"Alsya kenapa?" Tanya Mela khawatir.

SEKARAKSARA (✓) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang