52. Kesabaran yang diuji

724 34 0
                                    

Sekali lagi Sekar gagal mendapatkan informasi penting mengenai kematian Alsya. Padahal selangkah lagi ia bisa mengetahui siapa orang yang tega memalsukan hasil pemeriksaan itu. Tapi sialnya, seorang suster datang diwaktu yang sangat tidak tepat. Suster itu mengatakan bahwa dokter harus melakukan operasi yang mendadak. Jadi mau tidak mau dokter itu harus mendahulukan pasiennya.

Sekar membuka pintu utama rumahnya dengan gerakan yang lesu. Tak ada senyum di bibirnya. Setibanya didalam dipertemukan dengan Farki, gadis itu langsung membuang pandangannya kearah lain. Ia masih marah dengan abangnya itu.

"Se–"

"Kak Saga.." gadis itu langsung berlari kepelukan Saga yang baru saja turun dari kamar Farki.

"Hai.."

"Sekar kangen!" gadis itu sengaja membesarkan suaranya, lalu Saga tersenyum sambil mengelus pelan surai panjang Sekar. Laki-laki itu mengerti bahwa hubungan Abang dan adik itu sedang tidak baik saat ini.

Farki mengeraskan rahangnya, kesal melihat tingkah keduanya. Dengan mudahnya Sekar mengabaikan panggilannya. Padahal dirinya telah menunggu Sekar pulang sedari tadi.

"Kamu udah makan?" Tanya Saga. Sekar hanya menggeleng, lalu melepaskan pelukannya.

"Sekar mau keatas aja, Sekar belum laper, kak."

"Kakak antar.." baru saja Saga ingin menarik tangan Sekar tapi lebih dulu sudah diterobos oleh Farki.

"Abang, lepas!" Ujar Sekar memberontak, karena Farki begitu kuat memegang tangannya.

"Ikut.abang!" Tekan Farki. Sudah cukup ia melihat drama antara adik dan kakak itu, huh!

"Jangan kasar sama Sekar!" Desis Saga melepaskan pegangan tangan itu. Sekar lantas berlari keatas dan membanting pintu dengan sangat kuat.

BRAK!

Bantingan pintu itu membuat Saga dan Farki langsung mendongak ke atas menatap pintu kamar Sekar. Lalu keduanya saling melempar pandangan tajam nan mematikan.

"Apa lo!" Ketus Farki.

"Abang gila!" Ketus Saga. Farki mendengus kasar dibuatnya. Enak saja, ganteng-ganteng begini dikatain gila!

"Buta mata lo?" Tanya Farki. Lalu Saga berlalu begitu saja.

Dikamar Sekar langsung mencampakkan Sling bag nya ketempat tidur, dan membaringkan tubuhnya disana. Ia menggembungkan kedua pipinya, hari ini benar-benar membuat suasana hatinya memburuk.

Perlahan Sekar meraba-raba dahinya. Memegang pelan pada perban yang tertempel di lukanya.

"Untung gak geger otak gue.." celetuk gadis itu.

Lalu Sekar beralih meraih tali Sling bag nya. Mengambil ponselnya dari dalam sana. Ia ingin menghubungi Aksara dan menanyakan bagaimana kabar cowok itu.

Tiba-tiba ia teringat akan sesuatu, Sekar menepuk dahinya kelewat kuat hingga membuatnya meringis menahan sakit.

"Bodoh lo, Sekar! Tadi kan kerumah sakit kenapa tadi gak cari Aksara, ya?"

"Bodoh lo gak ketolongan banget, sih!"

"Kalau gini kan, udah gak bisa keluar!"

Gadis itu bertambah kesal saat ini, merutuki perbuatan bodohnya. Lalu Sekar mencari nama Aksara di kontak teleponnya.

"Aaan"

"Buset, banyak bener A nya?"

"Adit"

"Alvian"

SEKARAKSARA (✓) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang