Orang sabar itu disayang Tuhan, Kawan dan Atasan.
-Mission completed of Kampret.
"Mbak, saya puas sekali dengan hasil kerja Mbak Kinan dan tim. Mulai dari desain pertama yang diberikan ke saya, saya udah tau kalau hasilnya bakalan sangat bagus." Ucap Pak Sandro sambil menjabat tanganku erat.
"Iya Pak, sama-sama." Aku membalas dengan senyum tulus dan puas. Rasanya lega sekali beban beratku berbulan-bulan akhirnya menguap dengan sempurna.
"Enggak salah emang rekomendasinya Pak Baskoro, Mbak Kinan memang layak untuk dapet proyek skala besar." Pak Sandro memasukkan tangannya ke saku celana.
"Oh, itu yang waktu punya Pak Baskoro itu saya cuma desain layoutnya doang kok, selebihnya tim lain yang selesaikan."
"Ah, Mbak Kinan ini suka merendah ya, hahaha." Pak Sandro tertawa lepas. "Ngga, saya salut juga kalau perusahaanmu punya tim keren kaya begini. Papamu pasti nggak akan worried soal perusahaan lagi kalau kinerjanya kaya gini." Pak Sandro menepuk-nepuk pundak Dewangga.
"Iya Pak, terima kasih banyak." Dewangga tersenyum tulus. Dari air mukanya tampak dia pun juga terlihat puas dan bangga meskipun tidak akan pernah terucap dari mulutnya yang tajam itu. Dia tipe manusia yang mengapresiasi kerja seserang lewat gaji bukan pujian.
Setelah berbincang sedikit, Pak Sandro pun berpamitan untuk mengakhiri acara campaignnya ini. Dari kejauhan beliau juga tampak masih menyalami beberapa koleganya. Aku menghembuskan nafas lega dan hendak pergi juga.
"Kinan," Dewangga memanggilku, membuatku terpaksa berbalik.
"Kenapa Pak? mau bilang makasih juga?" Aku melontarkan kalimat iseng, yang sesaat kemudian kusesali sendiri.
"Makasih buat apa, kan memang itu jobdesk kamu." Alis Dewangga bertaut. "Ada yang mau gue tanyain." Oke, sekarang dia berubah menjadi informal.
"Lo beneran mau resign dari sini?" Ujarnya ragu.
Aku menelan ludah, gimana jawabnya? "mm... rencananya gitu Pak."
"Kapan?" Tanyanya sigap.
"Kontrak saya sampai akhir tahun ini." Menunggu Dewangga yang masih bergeming, aku melanjutkan lagi. "Saya sudah bilang ke bagian HRD dari beberapa bulan lalu kok Pak, dan sudah ada Lando yang gantiin saya."
Dewangga menghembuskan nafas berat. "Alright, kalau lo udah yakin." Aku bisa melihat rahang Dewangga mengeras. "Before the last day you wanna leave, I need to talk to you." Ujar Dewangga berjalan melaluiku.
Dewangga yang tengah berjalan, kemudian berhenti sejenak dan berbalik. " Personally." Ujarnya sambil menunjukku. Kemudian berlalu bergabung dengan beberapa orang di sisi ruangan lain. Aku hanya menaikkan alis tak mengerti.
**
Kurang dari seminggu sejak proyek kemarin selesai akhirnya aku bisa mendapatkan ijin libur lima hari untuk pulang ke Jogja. Tentunya setelah memastikan Lando si anak baru sudah paham akan jobdesknya, agar tidak membuat Mas Feri dan Mabk Ranita pusing.
Menjelang akhir tahun memang ada banyak perusahaan baru yang ingin berpartner dengan perusahaan kami, tentunya anak training macam Lando ini hanya akan makin merepotkan saja. Tapi aku sudah berjanji membuat Lando ini dapat diandalkan.
Sekarang tinggal memikirkan alasan alasan masuk akal apa yang akan kugunakan didepan saudara-saudaraku ini, bahwa aku masih tidak membawa pasangan ke kondangan di usia segini.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DEADLINE [FINISHED]
Romance'Setiap orang akan deadline pada waktunya' adalah kalimat yang tepat menggambarkan kehidupan Kinanthi. Perempuan yang dalam 4 bulan kedepan sudah menginjak usia 27 tahun ini, masih harus mengejar banyak hal. Sebagai mahasiswa semester tua, Kinan jug...