12. Nonton Konser

6.4K 650 2
                                    

Sibuk bukan alasan untuk tidak bisa bersenang-senang.

-Kampret yang berhasil membagi waktu.


Akhirnya hari minggu pun tiba juga. Setelah berhasil terseok-seok menahan kantuk semalaman aku dapat menyelesaikan deadline dari Dewangga sebelum pukul 00.00 dan lanjut mengerjakan revisi dari Pak Pram.

Tidur lima jam sudah sebuah anugerah terindah yang pernah kumiliki. Karena ini hari minggu, aku bisa bangun pukul 09.00 tanpa takut bermacet-macet ria di tengah padatnya Jakarta. Jadwalku juga tidak banyak dihari minggu. Hari ini aku hanya ada janji dengan Mas Danis untuk menonton konser Two Quarter di Tennis Indoor Senayan. Sebenarnya aku juga tidak tahu lagunya, hanya saja ada banyak guest lainnya yang aku sukai. Salah satunya ada The Rain dan Naif.

Masih ada waktu 6 jam sebelum Mas Danis menjemputku nanti. Artinya aku punya waktu untuk perawatan sederhana, dan nonton Netflix. Hal sederhana begini termasuk langka beberapa bulan terakhir, apalagi saat Mbak Ranita cuti kemarin.

Aku berjalan ke dapur untuk membuat kopi panas, setelah mencuci wajah. Untung sekali aku kemarin sudah sempat belanja, kulkasku hari ini penuh. Aku menyetel TV mencari saluran Netflix. Sembari memilih saluran aku menyeruput kopi pagiku. Wah, andai setiap pagi damai seperti ini.

Aku jadi merindukan suasana di Jogja. Biasanya pagi-pagi sekitar pukul 06.00 orang rumah sudah tenggelam dengan aktifitas pagi mereka. Ibu biasanya sudah menyiapkan wedangan berupa kopi, teh atau susu. Tidak lupa pisang goreng yang nikmat tiada tara, membuat semua yang mencium aromanya bisa langsung lapar.

"Wihhh udah melek aja. Gue kira bakalan bangun jam 12 lo." Nadir memecahkan keheningan ku seraya masuk ke ruangan.

"Jogging dimana?" Aku sudah mengunyah lembar kedua roti tawarku.

"Cuma di taman utara situ, malas jauh-jauh." Nadir melepas sepatu runningnya kemudian berjalan ke toilet."Lo pergi jam berapa Kin?"

"Jam empat, ntar dijemputnya." Aku masih fokus menonton Money Heist di layar.

"Sama siapa lagi kali ini?" Pertanyaan Nadir ini kok seolah-olah aku sering bergonta-ganti pasangan ya. Eh tapi ada benarnya sih. Aku pernah jalan dengan Bram, pernah diantar Icuk bahkan tempo hari Bang Dira main kesini. Sekarang pergi dengan Mas Danis. Wajar sih kalau Nadir bertanya begitu.

"Mas Danis." Jawabku singkat dan jelas.

"Who the hell he is? Lo tuh ya tiap sama cowok kok nggak pernah ada yang sama. Gitu juga nggak ada yang nyangkut." Sekarang Nadir sudah berada di sebelahku sambil menenggak air putihnya.

"Kan kemarin teman kantor semua... ini kakak kelasku jaman SMP." Nadir hanya menggeleng-geleng mendengar penjelasanku tanpa berkomentar lagi.

**

Jam dinding sudah menunjukan pukul 16.05 ketika aku melihat sebuah Toyota Yaris berhenti didepan gerbangku. On time sekali saat aku belum benar-benar siap.

"Eh Mas, masuk dulu ya. Aku 10 menit lagi kelar." Aku meringis sambil mempersilahkan Mas Danis duduk.

Sesiangan tadi aku terlalu nyaman di depan TV sambil senam pilates sebentar, masak, maskeran segalanya dilakukan sembari menonton Money Heist. Membuatku memakan waktu yang lebih lama, sehingga tidak memperhatikan jarum jam.

Aku sudah ready, dan sudah memastikan bahwa tidak ada barang yang terlupakan. Aku merogoh tasku sambil memastikan dompet, kunci rumah, HP, tissue, power bank, dan parfum semuanya sudah didalam tas.

"Yuk!" Aku keluar dari kamar.

Perjalanan ke senayan sore ini sangat padat. Acaranya masih seusai magrib, tapi untuk berjaga-jaga kami berangkat lebih awal untuk mengantisipasi kemacetan dan sekalian makan di Plaza Senayan.

THE DEADLINE  [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang