31. Almost

5.1K 594 0
                                    

Almost is never enough

-Ariana Grande


Alunan lagu Ariana Grande menggema keseluruhan ruangan Monks. Aku mendengus kesal mendengar lagu yang seolah sengaja diputarkan untukku. Dave terlihat sedang berjalan mendekat membawakan cup kopi.

"Nih kak buat lo." Dave meletakkan ice latte didepanku, bertuliskan


TO: Kak Kinan

Semangat ya cari jodohnya, meskipun sulit dan berliku i know you can!


"Heh, apasih ini." Aku tidak terima, "Siapa juga yang cari jodoh."

"Halah gue tau kali kak." Dave nyengir duduk didepanku.

"Harusnya ngasih semangat tuh buat skripsi noh." Aku menunjuk laptop dengan daguku. "Itu mah udah capek nyemangatinnya, nggak kelar kelar." Dave duduk dikursi depanku.

"Yee, udah mau kelar kali bentar lagi wisuda nih. Anyway, aku nggak pesen ini loh." Aku menyedot iced latte dari Dave.

"Udahlah gampang, free buat lo."

"Dih, kok gitu?"

"Gue udah marketing manager kak, disini cuma kalo pas nggak ada yang bisa ngeshift. Gue gantiin bentar." Ujarnya sambil bersedekap di meja.

"Wih naik pangkat nih." Aku menepuk-nepuk pundaknya, "Good boy."

"Iya dong." Dave tersenyum.

Dari jauh tampak Anya berjalan masuk ke kafe, melambai kepadaku sambil tersenyum.

"Dari tadi?" Anya duduk setelah menyapa Dave.

"Yoi." Ujarku sembari menyelesaikan tulisanku.

"Eh gue cabut ya kak, mari kak" Dave undur diri otomatis karena tahu bahwa setelah ini ada rombongan ibu-ibu rempong yang akan datang.

"Eh tu cogan masih aja ya, lo gimana sama Gilang. Apa sama dia aja tuh siapa namanya?" Anya langsung membuka pembicaraan.

"Enak aja! Dikira ini hati buatan cina apa gampang ganti seri lakik!"

"Gampang patah kan tapi, hahaha" Anya terkikik menyebalkan. "Eh tapi udah ada dua minggu belum sih sejak lo balik dari Tokyo? Gilang ga ada kabar gitu?"

"Ya baru sepuluh harian sih, dia minggu kemarin telfon ngajakin ketemuan tapi aku nggak maulah. Gila aja kapan bisa move on nya." Aku menyenderkan punggung.

"Tapi kan kalian sempat spesial, hampir jadi malah." Anya menyindirku.

"Hampir doang tuh nggak akan pernah cukup. Justru karena spesial, aku nggak bisa temuin dia. Takut jadi luluh." Aku menghembuskan nafas berat melihat sosok yang baru saja masuk ke kafe, ibu-super ribet. Vidi.

"Bonsoir!" Vidi menyapa.

"Lo kesurupan setan Prancis?" Anya menggeleng geleng melihat outfit Vidi yang seperti sudah siap jalan di catwalk.

"Ih gue kan harus latian bahasa Prancis, soalnya gue bakalan ke Paris!" Vidi setengah berteriak.

"Liburan apa kerjaan?" Tanya Anya.

"Kerjaan dong, ih besok gue kasih tau deh kalo udah fix. Eh Kinan, gila ya lo nggak bilang bilang. Gimana Gilang gimana?"

"Ya gitu, tanya aja ke Anyalah males bahas dia." Aku masih fokus dengan laptopku.

"Ih sayang banget ya bibit unggul tuh padahal." Vidi berseloroh. "Lo nggak mau kasih dia kesempatan gitu? Kali aja terbuka hatinya."

"Ya kalo terbuka, kalo makin tertutup? Nggak ada jaminannya Di kalau urusan hati." Aku merengut.

"Ya setidaknya lo sudah mencoba." Vidi masih bertekad.

"Aku nggak mau buang-buang waktu buat jatuh cinta sama orang yang jelas bakalan bikin sakit hati. Aku move on nya tuh lama."

"Yaudah deh, gantinya pasti ada lebih unggul dari Gilang." Anya menengahi.

Vidi mengalah, dia kemudian tidak membahas Gilang lagi karena tahu aku sudah bertekad.

"Lo ngapain sih Nan?" Vidi menunjuk laptopku.

"Nyelesaiin skripsilah."

"Emang udah mau kelar?" Anya nimbrung.

"Yes, bulan ini sidang." Jawabku tenang.

"Serius lo?!"

"Beneran?"

Baik Anya maupun Vidi menjadi histeris, yang senang justru mereka. Mungkin karena akhirnya setelah ribuan windu teman semata wayangnya ini lulus juga.

"Jadi kalau udah lulus ada rencana apa?" Tanya Vidi bersemangat.

"Resign maybe?" Ujarku.

"Iya sih lagian udah kelamaan disana lo, tertekan mulu." Anya berfikir rasional.

"Well, kalo emang prospek udah nggak oke ya pindah aja sih. Ditempat kerja yang baru siapa tau lo dapet lakik cakep!" Pernyataan Vidi mebuatku pusing, belom juga move-on sudah laki terus yang difikirkan.

THE DEADLINE  [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang