Tips kalau mau ghibah adalah pastikan orang tersebut tidak ada ditempat yang sama.
-Kampret yang ketangkap basah!
Aku memarkirkan motor matic-ku di parkiran motor yang berderet panjang di halaman Mc. Donalds. Tidak ada pilihan lagi, karena listrik di rumah padam sejak satu jam dan belum ada tanda-tanda menyala. Baterai HP juga hampir sekarat. Sedangkan aku harus segera menyelesaikan kedua deadlineku.
Kenapa Mc.D? Murah, jaraknya dekat, bisa diakses dengan motor, dan karena bukan malam minggu, should be tidak terlalu ramai. Simpel.
Anya menelpon. "Kinanthi Naeswari. Dimana lo?!"
"McD deket rumah. Why?" Jawabku santai seraya berjalan ke kasir mengantri pesanan.
"Ngapain coba kesana?" Ada suara bising seperti kendaraan lewat dari ujung telepon Anya.
"Elo dimana sih? Kok berisik." Sekarang giliranku memesan "Mas iced coffe float sama french fries medium ya."
"Gue didepan rumah lo dan ini gelap gulita sekampung."
What? "Hah, serius kamu? Mati listrik makannya aku ngungsi ke McD. Sini aja nyusul" aku membayar pesananku.
"Ihh. Pantesan tumben amat McD. Oke. Gue kesana" Jawab Anya sigap.
"Sip!" Aku menutup telpon kemudian tidak lama pesanan float dan kentangku sudah tersaji. Kuangkat nampanku dan naik ke lantai 2 karena dibawah lumayan penuh orang. Lantai 2 no smooking sama saja. Sebenarnya tidak terlalu penuh full, tapi lumayan banyak orang dengan jarak yang dekat. Dan yang paling penting adalah stopkontak! Oke coba yang diluar smooking area saja. Tidak banyak juga yang ngerokok.
Ada satu bangku diagak tengah tengah menghadap kearah luar jalanan dengan stopkontak yang belum taken. Sikat! Aku tidak lupa kalau penugasan begini membawa terminal listrik sendiri jadi orang yang disebelahku nanti tetap dapat colokan.
Setelah menyeruput kopi kubuka laptopku, dan beberapa email pun masuk. Mas Feri pasti. Aku membuka layout lembar kerjaku kemarin, mengecek apakan ada yang kelewatan. Beberapa menit kemudian datang segerombolan lelaki terdiri 3 orang menemukan bangku kosong di sebelah kananku. Kok tampan-tampan.
Mereka semua tingginya tidak jauh beda. Kalu dilihat lihat sekitar 175-180-anlah. Kurus ramping. Yang dua mukanya pribumi tapi manis, yang satu sedikit oriental. Seperti blasteran jepang gitu. Lumayan, cuci mata.
Aku sudah tenggelam dengan pekerjaanku, revisi dari Pak Pram sudah ku selesaikan tadi siang. Sekarang giliran mengerjakan desainku. Aku membuka lembar kerjaku kemarin di Illustrator dan Invision. Sedang sibuk menggonta-ganti warna yang tepat ketika suara di sebelah kananku memecah suasana. "Yang itu aja Mbak. Bagus."
"Eh?" Aku menoleh kaget. Kulihat lelaki disebelahku, berwajah oriental yang kubilang seperti blasteran jepang tadi.
"Lagi milih warna kan? Bagus yang item magenta gitu." Waw! Dia tahu magenta. Ya kan biasanya laki-laki itu sangat polos soal warna-warna. Seperti Icuk yang tahunya hanya warna mejiku hibiniu dan hitem, putih, abu-abu.
Aku tersadar dengan lamunanku ketika lelaki ini tersenyum ramah. Matanya minimalis dibalik kacamatanya hampir menghilang ketika dia senyum. "Eh iya. Thanks sarannya." Aku menyeringai sedikit. Berusaha memperlihatkan mata ramahku. Apaan sih aku ini?!
Sudah tersadar kembali, aku kembali menatap lembar kerjaku. Tapi aku masih bisa melihat dari sudut mataku kalau lelaki berambut ikal ini masih menatapku. "Pake program apa Mbak?" ucapnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DEADLINE [FINISHED]
Roman d'amour'Setiap orang akan deadline pada waktunya' adalah kalimat yang tepat menggambarkan kehidupan Kinanthi. Perempuan yang dalam 4 bulan kedepan sudah menginjak usia 27 tahun ini, masih harus mengejar banyak hal. Sebagai mahasiswa semester tua, Kinan jug...