Meet up sama temen adalah waktu yang tepat untuk menambah informasi dan dosa dosa.
-Ghibah holic hardline.
KAMPRETSS
Kinan : Kusudah di MONKS ya. Jangan nyasar lo pada. Terutama Anya.
Gina : OKS
Vidi : Galah yang nyari tempat dong, nyempil2
Amira : Pengen ikut. Tp anak gw gk ada yang jagain. Sedih.
Anya : Ga bakal nyasarlah. I'm good on using Gmaps.
Aku menutup obrolan WhatsApp grup kami. Memasuki pintu kaca Monks café yang terlihat damai. Memang paling benar kalau meet up di sini karena tempatnya sepi. Bukan jenis tempat nongkrong dengan live music yang meriah plus pengunjung yang berisik.
"Selamat malam kak, sudah lama nggak kelihatan?" Sapa barista ramah didepanku.
"Loh kamu lagi ngeshift? Capuccino ya biasa.." Yes! Aku memang sudah kenal dengan Dave karena sering dulu semester lima aku sering datang kesini.
"Iya nih, udah lulus apa? Kok jarang dateng" Dave mulai memencet layar tab kasir sesuai pesanan.
"Banyak kerjaan jadi nggak ke sini deh," Aku mengeluarkan kartu debit sembari mengecek notifikasi WhatApp. Dave dengan sigap membuatkan pesananku. Dengan tangan terampilnya memasukan segala bahan dengan cepat. Sampai memperlihatkan otot-otot lengannya yang seperti sudah terlatih. "Dave, aku di ujung ya."
"Siap!" Dia mengembangkan senyuman lebar. Memang cakep nih anak. Garis rahangnya terlihat sangat jelas meskipun tertutupi rambutnya yang agak gondrong.
Aku berjalan menuju meja diujung dekat kaca. Tempat paling baik untuk bergosip nanti. Well, sudah pasti akan ada banyak yang di bicarakan kalau sudah ketemu kampret-kampret tersayang. Tidak sampai lima menit kopiku sudah sampai diatas meja. Dave sedang ngobrol sedikit denganku ketika Vidi menyapa dari belakang. "Nan!"
"Oy, kok cepet tumben?" Dave menoleh, menyadari dia harus beranjak sambil melambaikan tangan sebagai isyarat Dah ya!
"Kenapa? Nggak suka ya gue datang kecepetan ngganggu lo ngobrol sama cogan." Repet Vidi seperti biasa. Dia memang paling antusias kalo urusanku menyangkut lelaki.
"Cogan? Oh Dave? Yaelah pegawai sini keles" Kilahku sembari mencampur gula kedalam gelas.
"Halah. Udah embat ajaa ganteng gitu lakik." Seringai Vidi yang menempatkan diri duduk di depanku.
Belum ada lima menit Gina sudah melambai-lambai dari pintu masuk "Hai Gin!" Sapaku
"Gina!" Suara Vidi hampir memekik saking antusiasnya. Aku memukul bahunya mengingatkan kalau saja Vidi lupa ini kafe bukan pasar unggas.
"Halooo... Vid, Kin gilaaa susah amat mau ketemu wanita karir kayak kalian" Gina dengan semangat memasang bada duduk di sebelahku.
"Iyadeh ibu guruuuu. Kayaknya anda deh yang susah tuh," Ujarku sambil menyeruput kopi. "Nih mau pada pesen dulu enggak"
Selagi berisik mengobrol asik Vidi dan Gina sudah menetapkan pesanan mereka. "Gin gimana kabar si burung camar?" Geng kami menamai Radit pacar Gina sebagai burung camar. Karena profesinya yang TNI AU membuat Gina ditinggal terbang mulu. LDR-nya darat-udara.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DEADLINE [FINISHED]
Romance'Setiap orang akan deadline pada waktunya' adalah kalimat yang tepat menggambarkan kehidupan Kinanthi. Perempuan yang dalam 4 bulan kedepan sudah menginjak usia 27 tahun ini, masih harus mengejar banyak hal. Sebagai mahasiswa semester tua, Kinan jug...