35. MOMENT

12.1K 783 18
                                    

Banyak momen yang terjadi dalam satu hari,

Ada yang mendapat, ada yang kehilangan

Ada yang berpisah, ada yang bertemu.

-Anonim.


Aku berjalan cepat menuju pintu masuk gedung Pacific Century Place. Sudah setahun aku kerja disini, sehingga sudah mulai khatam pula dengan seluk beluk gedung. Sampai jumlah waktu yang dibutuhkan untuk berlari dari lobi ke lift pun aku sangat tahu. Beginilah setiap hari terburu-buru karena hari ini aku harus berangkat kerja dengan taksi akibat ban mobil yang kempes total.

Aku juga perempuan biasa, yang kerap kali lalai urusan kendaraan pribadi. Meskipun sudah sering terjadi namanya juga manusia, suka jatuh kelubang yang sama berulang-ulang kali. Aku mengecek jam tanganku untuk mengecek estimasi sampai di lantai 4.

Aku mengantri didepan salah satu pintu lift yang masih tertutup bersama beberapa orang yang lain. Pintu lift berdenting, sembari membuka. Beberapa orang berduyun memilih masuk lebih dulu. Aku berdiri tepat dr barisan paling depan.

Tepat saat pintu lift akan menutup, seseorang tampaknya memencet tombol lagi sehingga membuat pintunya terbuka kembali. Seorang lelaki tinggi sekitar 182 memakasi setelan jas gelap rapi, dengan rambut ditata rapi kebelakang. Dewangga, masuk kedalam lift setelah sempat terkejut melihatku di hadapannya.

"Kinan?" Sapanya terlebih dahulu.

"Eh Pak, emm eh Hai!" Aduh aku tergagap didepan Dewangga, bingung bagaimana memanggil mantan bosku ini.

"Kantor lo disini?" Tanyanya sambil tersenyum, sungguh senyuman yang sudah lama tak pernah kulihat. Melihat Dewangga dengan segala aura kerennya yang tak berubah membuatku seperti upik abu didepannya, padahal ini masih pagi.

"Yes, lantai 4." Aku tidak mau kalah menunjukan senyuman manisku.

"Wah, kebetulan banget gue juga ke lantai 4." Ujarnya santai.

Aku hanya melongo. Jangan bilang dia klien meeting hari ini. Oh my God! Aku bisa merasakan jantungku berdetak makin cepat.

"Kayaknya gue ada kesempatan ngajak lo dinner diluar nih." Dewangga tersenyum jahil, senyuman yang nggak pernah sekali pun kulihat dahulu jaman masih kerja romusha dengannya.

"Kok gitu?" Aku mengertukan kening.

"You haven't wear any rings yet in your finger." Katanya pelan, tapi membuat nadiku berdesir makin cepat. Oh God! Apa ini maksudnya? Tolong beri hambamu jawaban pasti, jangan samar-samar. Doaku dalam hati, ingin mengamini lelaki disampingku.

***


-Tuhan akan memberikan kita ganti yang jauh lebih baik, saat kita sudah ikhlas.-


Jakarta, 31 Januari 2022. Siapa yang menyangka di usia 29 ini aku mendapatkan kado terbaik, sepanjang sejarah kehidupanku selama ini. Selama 28 tahun terakhir, belum ada seorang pun yang melingkarkan cincin di jari manisku seperti ini. Seseorang yang tersenyum hangat dihadapanku sembari menggenggam jemariku dengan tangannya yang besar.

"Thank you for accepting my proposal." Ujarnya dengan suara rendah.

"Thank you for waiting me so long." Aku tersenyum menyentuh wajahnya dengan tangan kiriku yang tampak sangat kecil disana.

"Kinan." Ucap Dewangga pelan.

"Hmm?" Aku menaikkan alis.

"Nggak, cuma pengen manggil aja." Dewangga tersenyum jahil.

Aku menghela nafas, dia sering sekali begitu. Tampaknya memang sudah menjadi hobinya. Memanggil namaku saja, tanpa ada embel-embel kalimat lainnya.

"Jadi.. kapan kamu bakal bilang.."

"Aku udah bilang ke Ibu dan Ayahmu kok." Dewangga terlihat santai.

"Hah? Kapan?" Aku nyaris melonjak dari kursi karena terkejut. "Kok aku nggak tahu?"

"Udah dari lama, right when I meet your parents." Dewangga cengar cengir tenang di kursinya.

"No way! Masa sih? Waktu aku ngenalin kamu ke ayah ibuk?" Keningku mengerut tak percaya, karena aku tahu Dewangga tidak berbohong. Bagaimana mungkin dia bisa sangat percaya diri saat itu.

"Udah, nggak usah kaget gitu." Dewangga mengusap-usap kepalaku. "Kamu kok dandan banget sih malam ini?"

"Ya masa dinner ditempat gini buluk." Aku mengedarkan pandangan keseluruh ruangan.

"Jangan sering-sering ya kalo nggak sama aku." Dia memegang wajahku dengan kedua tangannya.

"Kenapa gitu?"

"Aku nggak rela kamu cantik didepan orang lain." Ujarnya tersenyum penuh arti.


***

THE DEADLINE  [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang