Apa kalau jalan sama artis harus punya soft skill sebagai bodyguard?
-Culture shock of Kampret
"Kinanthi, sorry banget kayaknya aku sampai sana telat banget. Seminarnya molor sejam nih." Ucap Mas Danis memelas diujung telepon.
"Iya mas santai aja. Janu udah di jalan kok." Aku menjawab ramah sembari membuka-buka buku menu didepan mata.
"Thanks banget ya." Click Mas Danis memutuskan teleponnya.
Aku sudah tiba sekitar 15 menit lebih awal sebelum waktu yang ditentukan di sebuah kedai di Plaza Senayan. Awalnya aku menyarankan nongkrong di Monks tapi Janu mengajak ke PS saja karena alasan searah dari studionya dia.
Setelah menyelesaikan pesanan aku kembali duduk dan mengecek ponselku. Ada puluhan notifikasi dari grup kampret. Rupanya membahas postingan instagram ku sabtu kemarin.
Kampretss
Vidi : Eh yang jongkok depan lo siapa sih Kinan ih penasaran.
Anya : Cakep ya Vi?
Vidi : Gila Kinan simpen rahasia segede ini sama kita.
Amira : Kinan nunggu waktu yang tepat kali ya.
Gina : Yang diomongin mana nih kok nggak muncul.
Anya : Kinan nih temen kantornya lumayan lho, kok katanya nggak ada prospek ya
Gina : Iyaa tuh yang sebelahnya juga. Sama yang pake batik dasar putih bening juga.
Kinan : Itu bosku kalik. Yang depanku.
Vidi : WHAT? Kok lo nggak pernah bilang sih bos lo cakep banget!!
Aku menghela nafas. Sepertinya lebih baik kuhapus saja deh. Memangnya perlu ya aku bilang kalau Dewangga itu ganteng tapi kaya iblis gitu sifatnya. Aku masih sibuk mengetikan balasan di grup yang kian heboh ketika ada pesan masuk lagi. dari sebuah nomor yang tidak kusimpan.
+6281392XXXXXX
Hai Nan, sibuk?
Oh iya Gilang, karena aku tidak enak kemarin tidak kubalas jadi kuputuskan untuk membalasnya. Aku langsung menyimpan nomornya.
Kinan : Hai, lagi nunggu temen nih.
Gilang : Dimana?
Wah! Fast respon sekali ya. Aku baru akan menatap ponselku ketika waitress sudah mengantarkan kopiku di meja.
"Makasih mbak." Ucapku ramah.
Dari arah pintu masuk aku bisa melihat seseorang lelaki tinggi menggunakan baseball cap jaket hitam kasual, dan masker. Harus gitu ya? Mungkin dia takut kena polusi Jakarta ya.
"Hai, udah lama?" Janu berjalan mendekat dan memasang badan duduk didepanku.
"Lima belas menitan sih." Aku mengaduk-aduk kopiku.
Janu memandang ke seluruh ruangan. "Wah rame juga ya, padahal senin." Lah namanya juga Mall.
"Iya mungkin karena udah jam pulang kantor sih." Aku mencoba berfikir positif.
Janu menoleh mencari waitress. Seorang perempuan yang tampak masih kuliah atau ya mungkin se-Kiara lah SMA, datang mendekat membawa buku menu. Aku bisa menyadari gerak-geriknya ketika mendekat dan melihat wajah Janu tanpa masker. Dia seperti agak sedikit terkejut, namun mencoba ditahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DEADLINE [FINISHED]
Romance'Setiap orang akan deadline pada waktunya' adalah kalimat yang tepat menggambarkan kehidupan Kinanthi. Perempuan yang dalam 4 bulan kedepan sudah menginjak usia 27 tahun ini, masih harus mengejar banyak hal. Sebagai mahasiswa semester tua, Kinan jug...